7

627 62 7
                                    

December 2011
Seems like a long time

...
"Huaaa daddy! rindu jeno dan bubu, mau pulang saja"

Seorang anak di tahun terakhirnya itu menangis meraung suara nya sudah serak dan bengkak dimata, ini sudah tiga jam ia menangis, padahal perjalanan masih jauh di depan.

Setelah landing mereka di jemput supir keluarga menggunakan mini van bergambar shinchan.

"Memangnya tidak senang ya mau bertemu nini dan kiki?"

Sekarang adalah libur Natal semua sekolah diliburkan, saat nya keluarga haechan bertemu keluarga besar, christmas dan new year Haechan tahun ini adalah ke Bangkok Thailand.

Padahal haechan sudah menantikan semua ini namun apa daya rindunya membuncah saat sudah 6 jam perjalanan, ya ia memang agak excited karena kakek neneknya memesan mobil khusus bergambar shinchan. 

"Sayang dengarkan mae, sudah cukup menangis nya ya". Ten dengan telaten mengusap setiap air mata yang menetes dari mata putranya.

"Tidak mau!! Haechan mau bubu dan Jeno". Tangisannya semakin kencang bahkan agak berontak sedikit dari pangkuan sang ibu.

Ten seorang ibu tentu saja, melihat anaknya yang menangis meraung ini membuatnya kesal juga sudah dibicarakan baik-baik bahkan di bujuk sekalipun tidak membuah kan hasil, ia juga lelah menyiapkan segala keperluan sebelumnya.

"Seo Haechan jikaa—

"BEARRR JANGAN MENANGIS TERUS!! DADDY JADI IKUT MENAGIS!! HUAAA".

Ten dan haechan terkejut bahkan ia menghentikan tangisnya sesaat. Johnny benar-benar menangis ia duduk didepan bersama sang supir, menangis meraung seperti haechan.

"Haechan jangan menangis! Lihatkan daddy juga menangis!". Lanjutnya.

Ten dan haechan memandangnya berbeda satu penuh amarah satu lagi terlihat bingung tapi merasa kasihan juga.

Perilaku suaminya telah menghancurkan pertahanan terakhir kesabaran, sungguh lelah sekali dengan keadaan.

Ten memindahkan anaknya ke kursi samping lalu menggulung baju lengannya sebatas siku.

"AAAA! ASTAGA! SAYAAANG IT'S HURT".

Rambut di genggaman tangannya ia cengkram kuat melampiaskan seluruh kekesalan yang ia tahan sejak tadi, Ingin menangis juga rasanya.

"BERHENTI MENANGIS!".

"Promise Mae! daddy tidak akan menangis lagi".

Dirasa sudah cukup lega dengan perasaannya ia kembali duduk di kursi semula merapikan kembali lengan bajunya dan melirik anaknya yang melongo menatap orang tuanya tidak percaya.

"Sorry Mae daddy tidak akan menangis lagi". Johnny berucap dengan lirih sambil melirik sang anak dikursi belakang.

"Sorry Mae haechan banyak menagis padahal daddy bilang kalau sudah besar jangan sering-sering menangis, maafkan haechan ya Mae". Ucapnya lirih penuh penyesalan sambil menundukkan kepala tanda bersalah.

'Ahh akhirnya' ucap ten dalam benaknya.

Menarik haechan dalam pelukan hangat, mengambil tisu basah lalu membersihkan seluruh wajah anaknya.

"Jangan di ulangi lagi ya, jika ingin sesuatu katakan saja dengan baik bear harus bisa mengontrol emosi mengerti?".

Haechan hanya mengangguk sebagai respon. Lalu lama-lama terlelap setelah kelelahan menangis.

"I'm really sorry did that hurt you?".

"No, not at all, I'm sorry kamu pasti kelelahan juga maaf ya".

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

(Discontinued) We Grow TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang