Seorang pembunuh berantai yang memulai aksi kejinya sejak 10 tahun lalu berhasil terendus kejahatannya baru-baru ini. Lagi-lagi polisi kehilangan jejaknya setelah tidak pernah menemukan bukti khusus kecuali ciri khas pembunuhan. Seorang warga sipil terluka akibat baku tembak yang terjadi di dermaga. Warga mulai melakukan...
Suara seorang pembawa acara memenuhi ruangan yang berisikan 6 orang pasien. Salah satunya Min Yoongi, warga sipil yang terluka akibat penembakan tersebut.
"Enggak, maksudnya kenapa sampai harus melukai warga sipil?" Salah seorang pasien berusia senja menambahkan komentarnya.
"Betul. Saya jadi agak khawatir dengan anakku yang selalu pulang tengah malam." Tambah seorang ibu-ibu yang masih satu baris dengan bangsal pasien baruh baya itu.
"Hm? Bukannya kamu warga sipil itu?" Seorang lelaki setengah abad menunjuk kearah Yoongi. Seluruh mata yang ada di ruangan tersebut dengan serentak menatap lelaki berkulit pucat itu.
Yoongi yang sedang memakan apelnya berhenti sejenak, bergerak kikuk karena tatapan yang tak bisa ia jelaskan.
"i-iya. Tapi saya tidak apa-apa. Saya hanya tak sengaja menabraknya," ucap Yoongi kikuk dan kembali memakan apelnya.
"Sudah saya bilang, lebih baik kamu di ruangan sendiri saja." Suara lelaki yang sedaritadi duduk disebelah Yoongi dengan pisau dan apel ditangannya membuat Yoongi memalingkan wajahnya dari tatapan para penunggu ruangan.
Tidak menjawab, Yoongi memilih mengacuhkan Polisi yang sudah hampir seminggu ini terus menjenguknya, menjaganya, bahkan sesekali membantunya walaupun sekedar mencari udara segar.
"Kamu nggak kerja apa? Kenapa kamu disini terus?" Mulut Yoongi tak berhenti mengunyah walaupun muutnya juga sedang bertanya.
Namjon mengernyitkan dahinya jijik, meletakkan apel serta pisau yang ia pegang kembali kepiring dengan kasar. "Ck!" decaknya.
"Apa?'' Tanya Yoongi tidak tau.
"Jorok! kalau mau ngomong jangan sambil makan, jorok!" kesalnya.
Yoongi mengunyah apelnya dalam diam, menatap Namjoon dengan malas. "Terus kenapa kamu nggak kerja, jawab ayo. Ini aku ngomongnya nggak sambil ngunyah nih." Yoongi membuka mulutnya lebar kearah namjoon, memperlihatkan bahwa mulutnya benar-benar kosong. Lagi-lagi Namjoon mengernyit jijik. Apa Yoongi benar-benar harus melakukan ini kepadanya?
Namjoon berdecak sekali lagi, kemudian menjawab, "nungguin kamu juga sebagian dari kerja."
"Boong!" ucap yoongi setelah berhasil menggigit apelnya.
"Dimana letak bohongnya?"
"Aku bukan tersangka kenapa harus dijaga?"
"Karena ada besar kemungkinan kalau tersangka mencoba untuk membunuhmu. Kamu termasuk saksi disini, jadi setelah keluar dari Rumah Sakit, kamu harus datang ke kantor polisi untuk dimintai keterangan." Jelas Namjoon dengan lugas... dan kesal.
Lalu apakah sang pasien ini mendengarkan? Tentu saja tidak. Yoongi memilih untuk tidak menghiraukan sang Detektif, mengunyah apel dengan mata tertuju ke layar televisi yang tengah menyiarkan saluran memasak seafood.
Namjoon kesal, melipat kedua tangannya dan menggigit bibir bawahnya demi menahan amarahnya. Melihat itu, Yoongi mengulurkan tangannya untuk menarik kulit dagu sang Detektif agar bibir bawahnya keluar dari mulut.
"Jangan digigit, nanti berdarah." ucapnya lembut.
Yoongi yang menyebalkan kini berubah menjadi Yoongi yang lembut? Sungguh, manusia ini seperti mempunyai banyak persona. Apa dia juga punya banyak topeng untuk setiap keadaan?
"Jangan liatin aku begitu," Yoongi mengusap dahi Namjoon yang berkerut, melemaskan pandangan namjoon yang tajam menatapnya. "Aku nanti datang kalau sudah sembuh kok. Jangan khawatir." Tambahnya dengan kekehan yang membuat sang detektif menjadi lebih kesal.
I'll give you something so real...
- sanctuary by Joji;

KAMU SEDANG MEMBACA
MASK [YoonNam]
FanfictionNamjoon tidak akan percaya apapun kecuali ia melihatnya sendiri. Maka Yoongi akan memperlihatkan apapun yang hanya ingin ia perlihatkan. ©Forgettable