labyrinth 1/2

176 20 1
                                    

CW// killing, blood.



Suara nafas terengah-engah terdengar jelas di telinga lelaki yang sedang duduk tak jauh dari lelaki yang sudah bersimbah darah. Dengan sarung tangan latex nya, ia mengeluarkan senjatanya yang selalu ia gunakan untuk membunuh mangsa. Kali ini, lelaki berusia 47 tahun, Moon Geun Seok seorang Jaksa yang tengah menangani kasus korupsi sebuah perusahaan transportasi. Jaksa yang selalu menentang kejahatan dan tak pernah bisa tunduk walaupun dengan uang di depan mata.

Lelaki dengan sepatu dibungkus plastik khas forensik dengan pakaian serba hitam berjongkok didekat sang mangsa. Menghela nafasnya seakan mengejek.

"Coba aja waktu itu kamu menerima tawarannya. Pasti semuanya akan lebih mudah kan?" Ucapnya seraya membungkus tubuh Jaksa Moon Geun Seok dengan plastik yang selalu dibawanya.

"Selamat tinggal." Lirihnya.

Bukan hal yang sulit lagi baginya untuk melakukan pekerjaan yang sudah digelutinya sejak berusia belasan tahun ini. Dengan sekali tusuk tepat di leher kiri, mampu melumpuhkan bahkan menghilangkan nyawa manusia tersebut.

"Hah, nggak sia-sia tiap hari ikut nyokap kerja." Ucapnya sembari menikmati darah yang mengucur keluar memenuhi plastik.

"Ugh, gue kayaknya terlalu baik deh. Jadi tim forensik nggak perlu capek-capek bersihin."

Lelaki itu berdiri setelah mengambil beberapa foto dan mengirimkannya ke seseorang. Berjalan dengan santai meninggalkan rumah yang masih sepi. Tak lupa menghindari CCTV yang memantau setiap sudut luar rumah.

Seperti menjadi sebuah rutinitas, ia akan selalu mampir di pantai. Menggali tanah dan mulai memasukkan sarung tangan dan plastik yang membungkus sepatunya tadi. Menyulut api dan membawanya setelah semua menjadi debu. Lelaki ini, pembunuh yang amat sempurna.

"Tim sergah satu, seseorang mencurigakan terlihat melewati gang,"

"Tim lapangan dan polisi tutup segala akses!"

Suara dari monitor saling bersahutan, Namjoon yang sudah siap di tempat dengan mata memicing yang siap menodong siapapun yang mencurigakan baginya. Lelaki dengan tinggi kurang lebih 170cm, pakaian serba hitam dan mata yang terlihat tajam. Hanya itu ciri-ciri yang sering kali tertangkap oleh kamera pengawas. Pembunuh yang sudah melancarkan aksinya lebih dari 7 tahun dan tidak pernah terprediksi aksinya akan berlangsung.

Tidak seperti pembunuh berantai pada umumnya, pembunuh kali ini sama sekali tak memiliki target tertentu. Bahkan waktu pun tidak memiliki tenggang waktu yang sama. Hanya satu yang membuat para detektif, terutama Kim Namjoon yakin bahwa itu adalah aksi pembunuh yang sama, yaitu cara membunuh.

Pembunuh ini sering dipanggil 'zero killer' oleh para detektif, karena aksinya yang rapi. Mulai dari TKP yang tidak pernah meninggalkan jejak, juga TKP tanpa bekas darah sama sekali. Terkadang detektif terkecoh bahwa TKP aslinya tidak disitu, namun ahli forensik mengatakan bahwa sang pembunuh sudah ahli dan mengerti tentang TKP. Mulai dari menggunakan sarung tangan, sarung sepatu, dan plastik lebar untuk menahan darah muncrat kemana-mana.

Tidak seperti psikopat pada umumnya, zero killer tidak pernah menyiksa ataupun mengambil barang milik korban. Ini membuatnya benar-benar meninggalkan zero proof seperti julukannya, zero killer. Sempat seorang ahli forensik dituduh atas pembunuhan tersebut, namun karena kurangnya bukti, membuat Namjoon harus rela melepaskannya.

Bukan tanpa alasan, Namjoon melihat seorang ahli forensik- Lee Dokyeom, keluar dari rumah korban dengan mencurigakan. Memang Lee Dokyeom mencoba membunuh sang korban yang pada saat itu adalah kepala badan forensik- Jang Eun Tak, namun Lee Dokyeom bersaksi bahwa dirinya sudah melihat Jang Eun Tak sudah tak bernyawa dan memilih untuk kabur.

MASK [YoonNam]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang