My Name 1/2

175 26 1
                                    

Namjoon menghabiskan hari-harinya bergelut dengan beberapa kasus besar yang baru saja diendusnya. Sebuah penggelapan uang di sebuah perusahaan besar, yang menggunakan pabrik cabang baru untuk menutupi pemasukan dan pengeluaran uang perusahaan.

"Jadi Cable Film dapet sponsor dari Golden Jinx. Ini jumlahnya banyak banget," gumam Namjoon melihat angka-angka yang terlihat di layar monitor.

"Tapi ini juga nggak bisa dibilang sponsor. Soalnya pihak Cable Film menjual rumah produksinya yang di pinggiran ke Golden Jinx." jelas Jimin.

"Padahal Cable Film termasuk perusahaan gede ya, kenapa dia rela jual rumah produksinya sih," ucap Namjoon. "Detektif Park, coba tolong carikan seluruh sumber dana Cable Film." Pinta Namjoon yang kemudian berlalu meninggalkan ruangan setelah mendapatkan jawaban.

Sebagai seorang detektif, tentu saja bukan hal yang mudah bagi Namjoon untuk menangani berbagai teka-teki yang terlalu berbelit-belit dan tak masuk akal. Tak jarang Namjoon yang terkena bentak dari atasan ataupun hinaan dari sesama rekan kerja. Namun hal seperti itu tak lagi bisa membuat Namjoon menyerah dari beberapa kasus.

Divisi Namjoon bukan divisi khusus menangani masalah-masalah besar, terkadang masalah ayam yang hilang dari kandang pun divisinya harus memecahkan.

"Detektif Park, soal pencurian ginseng itu berkasnya sudah dikasih ke kepala?" Tanya Namjoon mengalihkan pandanganya dari monitor.

Jimin mengangguk. "Ngomong-ngomong Detektif Kim, Min Yoongi hari ini tidak datang? Padahal saya nungguin masakannya." Ucapnya.

Namjoon yang tadinya lupa soal Yoongi, otaknya kini kembali ingat soal ajakan akhir pekan. Dia tidak menerimanya, tapi menolaknya pun juga tidak. Detektif muda ini tidak ingin pergi, tapi juga tidak ingin tinggal.

"Ah fuck! Tinggal iya-iya, enggak-enggak." Gumam Namjoon kesal.

"Detektif Kim!" Panggil salah seorang petugas.

Namjoon menoleh, mendapati petugas muda itu berdiri diambang pintu divisi dengan lelaki yang sudah lama ingin ia temui berada di belakangnya. Dengan senyuman yang manis dan rantang makanan. Namjoon ikut tersenyum.

"Wah, panjang umur. Sekarang juga liat Min Yoongi bisa senyum?" Ledek Jimin tiba-tiba.

Senyum Namjoon memudar, mencoba bertingkah tidak terjadi apa-apa. Tapi memang tidak terjadi apapun, Namjoon hanya tersenyum. Apa itu salah? Tidak.

"Detektif Kim, Min Yoongi menunggu di tempat makan karyawan seperti biasa, katanya." Ucap Lee Hyun, petugas termuda.

Namjoon mengangguk. "Itu,," Namjoon menunjuk rantang yang Lee Hyun pegang.

"Ah, ini buat kami. Punya Detektif Kim kan spesial. Dibawa langsung sama Min Yoongi. Detektif Kim, tolong sampaikan terimakasih kami ke pacarnya ya. Kami jadi sering makan enak." Jelasnya dengan terkekeh.

Namjoon mengerutkan keningnya tidak terima, "pacar?"

"Detektif Kim, dipanggil Kepala Moon."

Ah, Namjoon tidak sempat protes untuk julukan pacar Yoongi, saat ini. Otaknya kini sudah teralihkan. Kepala Moon memanggilnya? Ah apa lagi ini? Apa dia akan dimarahi lagi? Kira-kira betis sebelah mana yang akan kena tendang?

"Apa? Kasus diambil alih?" Ah, Namjoon kesal. Begitu kira-kira yang dikatakan Kepala Moon. Kasus zero killer akan diambil oleh divisi 1, mereka berpikir bahwa divisi 4, tempat dimana Namjoon berada kini tidak mampu menangani kasus ini.

"Menyerahlah. Bukankah anak buah kamu juga lelah harus berlarian kesana-kemari di pantai, hm?"

Namjoon kesal. Ia merasa kasus ini lebih besar dari dugaannya. Hampir semua orang yang terbunuh memiliki satu kesamaan, berhubungan dengan Golden Jinx. Kim Seokjin pemiliknya. Lelaki mapan nan tampan itu terlihat manis namun bengis. Dengan meninggalnya Jaksa yang menangani kasus pembelian apartemen, beberapa saingan bahkan seorang detektif, Namjoon tidak bisa melepasnya.

"Detektif Kim, ada yang mencari mu."

"Siapa?" Tanya Namjoon benar-benar tidak minat.

"Kim Namjoon!" Yoongi dengan senyumannya yang manis datang lagi, membawa makanan buat Namjoon. Kali ini memanggil namanya. "Aku tungguin kamu nggak dateng-dateng, jadi aku samperin. Mau makan sekarang?" Tanya Yoongi setelah melirik jam di pergelangan tangannya.

Saat itu, tubuh yang tadinya tegar, segala rasa lelah yang tidak pernah ia rasakan muncul begitu saja ketika lelaki berkulit pucat itu memanggil namanya.

Ditengah kebisingan dan penatnya kepala, Namjoon hanya menginginkan seseorang untuk meminjamnya bahu walaupun hanya untuk sekedar memejamkan mata. Tidak perlu tangan yang membantunya keluar dari segala masalah, tapi tangan yang bisa ia genggam ketika gundah menyapa. Bukan orang yang memberi saran, ia hanya butuh orang yang mendengarkannya.

"Min Yoongi,"

"Hm?"

"Aku mau."

"Gimana?"

"Akhir pekan, ngedate."

Say my name and everything just stop,
Dress - by Taylor Swift

MASK [YoonNam]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang