sanctuary 2/3

194 22 0
                                    


Dipagi yang cukup cerah, dengan matahari hangat menyapa kulit lelaki pucat yang sudah hampir satu jam menghabiskan waktu fajarnya bergelut di dalam dapur. Sesuai janji, Yoongi pagi ini datang ke kantor tempat Namjoon bertugas dengan tangan kanan menenteng termos makanan. Tentu saja dari hasil paginya. Duduk di ruang interogasi berdua dengan sang detektif tidak membuat Yoongi merasa terintimidasi ataupun berpikir hal yang tak seharusnya. Diam dan tenang, serta senyum yang terlihat menyebalkan bagi Namjoon, juga manis disaat yang bersamaan.

"Kamu tau kalau ini," Namjoon mendorong teremos makanan yang diberikan Yoongi tepat setelah dirinya sampai di ruangan menggunakan pulpen ditangannya. "Bisa disebut suap?" Tanya Namjoon yang lebih seperti penekanan.

"Kenapa disebut suap? Aku datang kan jadi saksi, bukan tersangka. Apa aku dibohongi?" Yoongi mengernyitkan dahinya.

Namjoon melemparkan tubuhnya kebelakang, melemaskan tubuhnya yang menegang dan berusaha untuk mengubah ekspresi mukanya yang mengintimindasi menjadi ramah.

"Ah iya, tentu saja. Kamu kan saksi. Mari kita mulai kesaksian kamu." Namjoon membuka laptopnya, mulai mengklik kesana kemari sebelum sesi tanya dimulai.

Yoongi sedikit menutup layar laptop milik sang Detektif, memajukan tubuhnya agar lebih dekat dengan wajah karismatik itu. Lalu berkata, "jangan lupa review makananku juga. Aku bakalan balik lagi buat ambil termosnya. Makan pelan-pelan ya."

Lagi-lagi, senyum tipis itu menyebalkan baginya. Kenapa? Kenapa harus tersenyum di setiap kalimatnya? Itu seperti sebuah ekspresi ejekan.

Namjoon menghembuskan nafasnya berat, menutup laptop-nya setelah selesai dengan berbagai pertanyaan yang selalu dijawab dengan menyebalkan.

"Terimakasih untuk kesaksiannya, saya harap kita tidak bertemu lagi." Tutup Namjoon dan berlalu meninggalkan Yoongi.

"Hm, cowok yang menarik." Lirih Yoongi menatap punggung Namjoon yang semakin hilang ditelan tikungan pintu.

Seperti seorang pemilik restoran pada umumnya, membeli bahan dan memasak adalah hal yang memang sudah menjadi kesehariannya. Setelah seminggu menutup restorannya, hari ini Yoongi memulainya dengan bebersih, kemudian menyortir bahan.

"Ck. Kayanya hari ini belum bisa buka." Yoongi berkata dengan dirinya sendiri, setelah melihat seisi kulkas yang penuh dengan bahan rusak.

"Yah, padahal gue pengen makan ikan kuk-"

"HA!!" Yoongi terkejut, seseorang dari belakangnya tanpa diketahui berbicara begitu saja.

"HAA!!! Anjing Lo!" Seru Taehyung.

Kim Taehyung, teman sebayanya yang sudah bersamanya sejak umur belasan. Taehyung bekerja sebagai pemasok ikan di dermaga- oh, jika kalian ingat lelaki yang menemui Yoongi ketika ia terluka, dia Taehyung.

"Abis dari mana Lo?" Taehyung menyandarkan setengah bokongnya di atas meja, melihat sekeliling yang sepi. "Wah restoran Lo bentar lagi bangkrut nggak sih?" Gumam Taehyung.

"Anjing!" Kali ini Yoongi melemparinya dengan bawang bombay setengah busuk.

Walaupun sempat menghindar, namun umpatan juga keluar dari mulut Taehyung diselingi dengan kekehan.

"Gue abis dari kantor polisi," ucap Yoongi membuka pembicaraan yang lebih serius.

"Asli!? Ketahuan??" Taehyung memajukan tubuhnya, mendekat ke arah Yoongi yang diam menatap kulkas yang kosong.

"Kaga lah!"

Taehyung menghembuskan nafasnya lega.

"Makanya Lo tuh jangan suka rekrut pegawai illegal dari luar negeri. Jantungan sendiri kan Lo, tiap ada polisi." Mulutnya memberi wejangan, sedangkan kakinya kesana-kemari berbenah.

MASK [YoonNam]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang