Six.

2.4K 157 16
                                    

Fourth terbangun sendirian di ranjang itu. Gemini sudah tidak ada. Yah lelaki itu mungkin sudah pergi pagi-pagi sekali kembali ke rumahnya sebelum berangkat ke kantor. Dia kan punya rumah, tidak mungkin kan dia terus terusan berada di apartemen ini? Tapi entah mengapa Fourth merasa ada yang kosong, setelah beberapa kali dia terbangun dengan Gemini di sisinya, entah kenapa ada yang kurang saat dia terbangun sendirian sekarang.

Bodoh! Apa yang kau pikirkan Fourth? Kau hanyalah pacar simpanannya, yang dibelinya untuk memuaskan nafsunya! Jangan pernah berpikir macam-macam. Lagipua masih ada Indy yang harus kau cemaskan.

Fourth melangkah ke kamar mandi, tubuhnya terasa agak nyeri, karena entah kenapa pagi tadi Gemini bercinta seolah-olah kesetanan dan tidak menahan diri.

Ketika berkaca Fourth mengernyit. Dari leher, dada, hingga perutnya, semua penuh dengan bekas ciuman Gemini. Lelaki itu seolah sengaja meninggalkan jejak di mana-mana. Warnanya merah di sekujur tubuh Fourth, dan Fourth yakin tak lama lagi akan berubah menjadi ungu.

Dasar Gemini! Siapapun yang melihat akan tahu kalau ini bekas ciuman, di bagian dada bisa dia sembunyikan, tapi yang di leher? Fourth belum pernah mendapatkan bekas ciuman seperti ini di tubuhnya sebelumnya.

Percintaannya dengan Indy selalu sopan dan tidak pernah sepanas itu sehingga Indy bisa meninggalkan bekas-bekas ciuman di kulitnya. Tapi Fourth tahu bekas ciuman ini butuh beberapa hari untuk hilang.

Dasar Gemini bodoh! Gerutunya sambil mencari-cari turtleneck yang dapat menutupi tubuhnya sampai ke leher lalu memadankannya dengan blazer, Fourth merapikan rambutnya, lalu melangkah keluar, jangan sampai dia terlambat ke kantor lagi.

Ketika berdiri di tepi jalan menanti kendaraan umum, Fourth merasakan sengatan sakit yang tiba-tiba di kepalanya. Fourth lupa tadi belum sarapan, dan dia kurang tidur gara-gara Gemini hampir tidak pernah membiarkan tidur nyenyak tiap malam.

Dengan memaksakan diri Fourth naik ke dalam bus menuju kantornya.

----

"Wajahmu pucat sekali." Salah satu temannya memandang Fourth dengan cemas ketika Fourth mendudukan diri di kursinya. Tadi dia hampir terlambat dan setengah berlari ke mesin absen.

Fourth memgang pipinya, memang terasa agak panas, apakah dia demam? Dan kepalanya juga pusing sekali. Tapi tetap dipaksakannya tersenyum.

"Tidak apa-apa, mungkin karena belum sarapan, nanti setelah minum teh hangat pasti lumayan baikan."

Tapi ternyata tidak, rasa pusing itu makin menusuk-nusuk di kepalanya terasa nyeri, bahkan untuk menolehkan kepalanya saja terasa sangat sakit, badannya juga sama saja, rasanya nyeri di sekujur tubuh seperti habis dipukuli. Fourth bertahan dengan tidak bergerak di kursinya, tapi rasa sakitnya makin tak tertahankan.

"Fourth coba kesini sebentar, lihat draft pemasaran ini bagaimana menurutmu?" salah seorang rekannya memanggilnya.

Dengan mengernyit Fourth mencoba berdiri, tubuhnya limbung sejenak, tapi dia berdiri dan bertahan sambil berpegangan di tepi meja.

Lalu setelah menarik napas dalam-dalam, dia melangkahkan kaki ke meja rekannya. Tapi tiba-tiba rasa nyeri tak tertahankan menyerang kepalanya dan semuanya menjadi gelap.

----

"Pingsan?!"

Gemini setengah berteriak kepada Joong yang menyampaikan kabar itu padanya.

"Kapan? Dimana?!" Gemini mulai berdiri dari balik meja besarnya.

Joong hanya duduk di sofa kulit hitam di ruangan kantor Gemini.

A Romantic Story About Fourth | GeminiFourthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang