Nine.

2K 147 10
                                    

Lelaki itu marah, marah besar padanya.

Fourth bisa merasakannya dari suasana pagi itu, ketika mereka bersiap-siap berangkat ke kantor.

Semalaman Fourth tidak bisa tidur, dan Fourth yakin Gemini juga tidak tidur, karena lelaki itu bergerak dengan gelisah sepanjang malam.

Suasana tegang di waktu sarapan pagi itu terasa seperti kawat berduri yang direntangkan, siap putus dan melukainya.

Ia tidak menyukai suasana seperti ini, lebih baik Gemini meledak-ledak marah seperti kemarin, setidaknya semua kemarahannya terlampiaskan, tidak seperti sekarang.

Lelaki itu murka, tetapi menyimpannya sehingga membuat seluruh dirinya tegang dari ujung rambut hingga ujung kaki.

"Kita berangkat bersama." Desis Gemini setelah membanting serbet makannya ke meja.

Tangan Fourth yang menyuapkan roti ke mulutnya berhenti di tengah-tengah.

"Apa?"

"Kita berangkat bersama-sama." Ulang Gemini datar.

"Tapi..."

"Tidak ada tapi, Fourth." Sela Gemini kasar lalu berdiri dengan marah ke pintu. "Ayo cepat!"

Dengan gusar lelaki itu membukakan pintu untuk Fourth, dan membantingnya ketika Fourth sudah duduk di kursi tanpa dapat membantah, tanpa dapat memberikan perlawanan.

Sepanjang jalan, lelaki itu menyetir dengan sangat kasar, seolah-olah melampiaskan kemarahannya. Fourth hanya duduk berdiam, tidak mau melakukan apapun yang dapat memancing kemarahan Gemini.

"Nanti kau pulang denganku! Kau dengar itu? Kau datang ke ruanganku setelah jam kantor, kita pulang bersama!"

Gumam Gemini tanpa mau dibantah ketika menurunkan Fourth di lobby kantor.

----

Hari ini berlalu dengan amat lambat bagi Fourth, perasaannya tidak enak, sampai kapan Gemini akan marah padanya? Sampai kapan Gemini akan bersikap seperti ini kepadanya?

Dia tahu dia bersalah. Tapi kan dia sudah meminta maaf? Lagipula kenapa permasalahan kecil semacam ini begitu dibesar-besarkan oleh Gemini? Pemikiran itu masih berkecamuk di kepalanya ketika keluar dari lift yang mengantarkan ke ruangan pribadi CEO perusahaan.

Sebenarnya Fourth tadi bermaksud pulang sendiri dan mampir ke rumah sakit menengok Indy, memanfaatkan waktu bebasnya yang dijanjikan oleh Gemini pada waktu perjanjian awal mereka.

Tapi dengan ancaman Gemini tadi pagi, Fourth tidak punya pilihan lain selain menuruti permintaan Gemini untuk menemuinya di ruangannya sepulang kerja.

Meja sekertaris Gemini sudah kosong, dengan pelan Fourth melangkah ke pintu besar ruangan Gemini, mengetuknya pelan.

"Masuk."

Sebuah suara mempersilahkan dari dalam. Fourth masuk dan menutup pintu di belakangnya, ketika membalikkan badannya dia terpaku.

Bukan Gemini yang ada disana, tetapi Joong, lelaki iut sedang duduk santai di sofa, menyesap segelas brendy, menatap Fourth dengan penilaian santai yang sedikit kurang ajar.

"Gemini menyuruh saya kesini jam pulang kantor." Jelas Fourth terbata.

Joong tersenyum, masih duduk santai di sofa sambil menatap brendynya yang tinggal seperempat gelas.

"Aku tahu, Gemini menyuruhku menunggumu di sini, dia sedang menemui tamu penting dari Jerman di ruang pertemuan."

"Oh."

A Romantic Story About Fourth | GeminiFourthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang