Haiiii assalamualaikum semuanya
Yuk dibaca!***
"Anak-anak gue dimana sih? Janjinya jam 8 pulang. Udah jam 9 belum keliatan batang hidungnya," gumam Bunda Hafsah. Ia resah karena putra putrinya belum kembali hingga sekarang.
Bunda Hafsah sudah menghubungi Ayah David, namun mereka terpisah karena Ayah David harus mengantarkan Abidzar membeli sepatu baru. Ayah David juga mengatakan jika Alin dan Arkan sedang membeli nasi kuning untuk sarapan. Tapi hingga sekarang mereka belum sampai rumah.
Bunda Hafsah sedari tadi melirik jam dinding. Kakinya pun tak berhenti mondar-mandir. Bibirnya komat-kamit menyebut kalimat Allah. "Yaallah, lindungi keluarga hamba," gumamnya.
Tiba-tiba gerbang dibuka oleh Pak Slamet, selaku satpam. Ternyata Alin dan Arkan telah kembali. Bunda Hafsah menyambut mereka dengan tatapan mengintimidasi.
"Assalamualaikum bunda," ucap salam si kembar.
"Wa'alaikumussalam, darimana aja kalian?" tanya Bunda Hafsah.
"Em itu, tadi..." Alin mencoba menjawab namun ia tersentak dengan suara tegas Bundanya.
"Duduk!" titah Bunda Hafsah. Si kembar pun menurut, mereka langsung duduk bersebelahan.
"Jelasin!" titah Bunda Hafsah lagi. Si kembar menelan ludahnya susah payah. Alamat, mereka dalam bahaya. Bunda Hafsah tidak akan mengampuni mereka.
"I-itu, anu..."
Alin ingin menjawab namun suaranya seakan tercekat. Ia tak mampu berkata-kata. Ia menyenggol Arkan, mengode agar Arkan saja yang menjawab.
"Maaf bun kami telat. Tadinya kami mau beli nasi kuning habis itu pulang. Tapi ada ibu-ibu kecopetan. Jadi kami tolongin dulu, terus nganterin ibu-ibu itu ke rumahnya," ujar Arkan. Bunda Hafsah menaikkan satu alisnya.
"Benar?"
"Beneran bun, kita ga ngarang. Tadi itu dia bawa anak cewek seumuran kaya aku sama abang. Kayanya sih mereka baru pindah ke rumah kakeknya cewek itu," ujar Alin. Bunda Hafsah menghela napas panjang.
"Yaudah, tapi kalian gapapa kan?"
"Alhamdulillah kita gapapa bun, cuma pas ngejar pencopetnya kita kalah bun. Soalnya mereka pakai motor, jadi abang sama Ina ga bisa ngejar," ujar Arkan.
"Tapi kamu udah foto plat nomor kendaraannya kan?" tanya Bunda Hafsah. Arkan mengangguk sebagai jawaban.
"Yaudah, nanti setorin aja ke Ayah kalian, biar teman Ayah kalian yang bantu nemuin si pencopetnya," ujar bunda Hafsah. Arkan dan Alin kompak mengangguk. Akhirnya mereka bisa bernapas lega. Tapi kemudian jantung mereka terasa dipompa cepat pasalnya Bunda Hafsah menanyakan perihal nasi kuning.
"Oh ya, nasi kuningnya mana?" tanya Bunda Hafsah.
Alin dan Arkan kompak menundukan kepalanya. "Abang sama Ina ambil uang dulu ya bun, habis ini kita berangkat buat beliin nasi kuning," ujar Arkan. Bunda Hafsah menghela napas panjang.
"Gausah! Bunda udah masak ayam kecap. Sana bersih-bersih habis itu makan. Dari pagi kalian cuma makan roti sama minum susu doang," titah Bunda Hafsah. Alin dan Arkan kompak mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAPAL ARDIN (END)
RomanceKarya ini murni hasil pemikiran dan kegabutan saya sendiri. No copas/plagiat❌❗ 🔥THIS STORY IS NOT ABOUT MARRIAGE LIFE🔥 Cerita ini adalah spinoff dari cerita MY DESTINY IS YOU. Silahkan baca MDIY dulu, karena mereka masih saudaraan hehee... Dinda C...