15✨: Dijemput?

3.6K 224 6
                                    

Haiii, assalamualaikum semuanya... Gimana kabarnya hari ini? Ga kerasa udah seminggu sejak update terakhir. Waktunya update lagi nih.
Yok langsung dibaca aja😉

Kalo dia emang jodoh gue, mau syarifah, mau ustadzah, mau santriwati sekalipun nggak ada yang bakal jadi istrinya kecuali gue!

(Dinda Calista Dirgantara)

***

Seminggu sejak kedatangan Arkan di rumahnya, Dinda tampak melamun sembari memeluk boneka bintang. Sebenarnya apa maksud kedatangan Arkan hari itu? Bahkan Arkan menjawab pertanyaannya dengan kosa kata yang bahkan tidak Dinda ketahui. Khitbah.

Sepulangnya Arkan, Dinda memutuskan untuk surfing di internet mencari makna khitbah sesungguhnya. Dan betapa terkejutnya ia ketika mengetahui makna dari kata khitbah.

"Khitbah diartikan sebagai istilah lamaran atau peminangan dalam Islam. Secara bahasa, khitbah berasal dari kata Arab yang artinya bicara. Khitbah juga didefinisikan sebagai ucapan yang berupa nasihat, ceramah, pujian, dan sebagainya."

Dinda terus membaca ulang sebuah artikel yang tertera di layar handphonenya. Dalam pikirannya, kembali terputar sebuah momen dimana ia meminta Arkan menikahinya. Namun Arkan tidak mengatakan 'ya' atau 'tidak' melainkan "entar". Dinda tersenyum malu.

"Apa iya Arkan ngelamar gue?"

"Kalo iya kenapa dia bilangnya "mengkhitbah seseorang"?

"Kenapa nggak bilang "mengkhitbah kamu" gitu. Kan lebih jelas, dan pastinya bakal gue terima saat itu juga," lanjutnya. Dinda geleng-geleng kepala. Sungguh pemikirannya begitu random sampai-sampai ia pusing sendiri.

"Dahlah bodoamat. Kalo dia emang jodoh gue, mau syarifah, mau ustadzah, mau santriwati sekalipun nggak ada yang bakal jadi istrinya kecuali gue! Lagipula gue seharusnya mikirin skripsi dulu baru mikirin bantu mama ngurus perusahaan kakek. Soal nikah, entar aja deh," ujar Dinda. Memang seharusnya begitu karena Mama Lisa juga terkadang kewalahan menghadapi tantangan bisnis zaman sekarang. Jadi untuk meringankan beban mamanya, Dinda harus cepat menyelesaikan skripsi dan lulus dari universitas.

Dinda pun melirik jam beker yang tertata rapi diatas nakas. Ternyata hari belum terlalu larut. Dinda beranjak menuju jendela kamarnya. Ia membuka tirai dan salah satu daun jendelanya. Disana ia dapat melihat kilauan ratusan atau bahkan ribuan bintang yang bertaburan di sekitar rembulan.

Malam ini adalah malam purnama. Dinda begitu menyukai malam dengan bulan purnama bersinar terang. Malam-malam seperti ini hanya bisa ia lihat sebulan sekali. Kilauan bintang menambah kesan indah pada setiap sudut langit.

"Masyaallah, indah banget," gumam Dinda.

Semilir angin malam hari terasa menyejukkan di kulit putihnya. Ia merasakan kedamaian ketika memandang satu-persatu bintang di langit.

"Bintang itu ibaratnya Arkan. Indah tapi tidak bisa digapai dengan mudah," gumam Dinda.

"Waktu berlalu begitu cepat ya, Ar. Pertemuan terakhir kita belanja buku bareng. Sampai sekarang gue belum pernah ke toko buku manapun selain sama lo waktu itu. Gue sampai bosen baca buku yang itu-itu aja. Gue pengen beli buku lagi, tapi sekalian sama toko-tokonya. Biar gue bisa bebas baca buku, kapanpun gue mau. Termasuk mengenang masa-masa saat lo belum masuk pesantren."

KAPAL ARDIN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang