Chapter 3

31 23 53
                                    


Keesokan harinya saat Ezra memasuki kelas untuk mengajar, Asena kembali menggerutu. Entah kenapa ia merasa tidak nyaman ketika pria itu mengajar. Yang ada ia akan teringat pada masalalunya terus.

Jujur saja, matakuliah Ezra adalah matakuliah tersulit dan Asena sama sekali tidak paham dengan materinya.

Dari tadi Asena terus berusaha memahami penjelasan pak Ezra, entah power pont maupun tulisannya dipapan. Tapi tidak ada satupun yang dapat diterima otaknya. Asena melirik jam tangannya berulang kali, dua jam terasa begitu lama baginya.

"Ayo asena bisa" Semangatnya dalam hati.

Difokuskannya kembali kedepan sambil sesekali memperhatikan pak Ezra. Kalau diingat-ingat Ezra sangat berbeda dari yang Asena kenal dulu. Ezra yang dulu adalah pria yang begitu humoris, murah senyum dan penyayang. Kenapa sekarang Ezra terlihat sangat dingin dan cuek. Selama kelas, Ezra terlihat serius dalam mengajar tidak ada bercandanya hingga membuat kelas jadi sedikit membosankan.

"Materi kita hari ini sampai disini karena waktu kuliah akan segera berakhir"

"Iya pak" Sahut beberapa mahasiswa.

"Sampai jumpa dipertemuan selanjutnya and good luck semuanya" Ezra pun langsung keluar dari kelas setelah mengakhirinya.

++++

Ezra berjalan keparkiran, hari ini ia hanya mengajar satu kelas jadi dia memutuskan langsung pulang.

Mobil yang Ezra kendarai keluar dari pekarangan kampus. Namun matanya tertuju pada wanita yang sepertinya sedang kesakitan memegang perutnya. Mobilnya ia pinggirkan terlebih dahulu lalu turun menghampirinya.

"Kamu baik-baik saja" Ucapnya pada Asena.

Yaps, dia adalah Asena yang sedang menunggu gojek dikarenakan mobilnya sedang berada di bengkel. Saat akan keluar gerbang tiba-tiba perutnya terasa sakit, sepertinya maagnya kambuh lagi.

"Saya baik-baik saja kok pak" Balas Asena berusaha untuk tidak terlihat kesakitan didepan Ezra.

"Tapi dari tadi kamu memegang perutmu, mukamu juga terlihat pucat"

"Perut saya hanya kram pak" Bohongnya.

"Saya hanya ingin membantu mahasiswi saya yang kesakitan, tidak berniat apapun"

Asena tidak tahan lagi dengan perutnya yang sakit pasrah dengan tangannya yang dirangkul Ezra menuntunnya untuk masuk kedalam mobil.

Di perjalanan asena hanya diam sesekali meringis menahan sakit pada perutnya.

"Rumah kamu masih sama kan?" Tanya Ezra dengan pandangan fokus kedepan.

"Masih pak" Jawab Asena lirih.

Sebelum mengantarkannya pulang, Ezra mampir dulu ke apotek dan restoran cepat saji untuk membelikannya makanan dan obat maag.

"Ini diminum dulu obatnya, nanti sampai rumah baru makan" Ujar Ezra memberikan obat dan air mineral kepada Asena.

"Makasih pak, maaf sudah merepotkan bapak"

Mobil Ezra memasuki pekarangan rumah Asena lalu menghentikan mobilnya depan pagar. Diliriknya obat yang diberikan tadi hanya dipegang oleh Asena, ia pun berinisiatif dengan membukakan obat untuk Asena dan menyerahkannya. Asena hanya bisa pasrah menerima uluran obat dari Ezra dan meminumnya berharap rasa sakit diperutnya segera berkurang.

"Jangan lupa makanannya di makan" Ucapnya sebelum Asena membuka pintu mobil.

"Iya pak, terimakasih sudah mengantarkan saya pulang. Sekali lagi maaf sudah merepotkan bapak" Balas Asena tersenyum sungkan kearah Ezra yang hanya dibalas senyum singkat.

Setelah itu Ezra langsung menancapkan gas mobilnya keluar dari perkarangan rumah Asena.

Asena memasuki rumahnya lalu berjalan ke kamarnya, hari ini Asena sangat lelah yang ia inginkan sekarang hanyalah makan dan istirahat.

Di simpannya makanan yang diberikan oleh Ezra di nakas lalu membaringkan tubuhnya. Jika bertemu Ezra terus seperti ini akan susah buat dia untuk melupakan masalalunya. Tak mau ambil pusing Asena bangkit dari tempat tidurnya membersihkan dirinya dulu lalu makan. 



Balikan Paling Serius (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang