[8] 𝓋𝒶𝓂𝓅𝒾𝓇𝑒'𝓈 𝓌𝒾𝒻𝑒

134 108 16
                                    

ִֶָ 𓂃⊹ ִֶָ

Hai! Sebelum itu, jangan lupa klik "Vote" nya, supaya aku makin semangat updatenya~ thx!

.

.

Sebuah tatapan dari orang itu, semakin membuat Livana bingung untuk menghadapinya. Senyuman palsu adalah andalan Livana tatkala terjebak dalam situasi ini. Seolah sadar dengan perilaku temannya, Luke segera menyingkirkannya bahkan sampai dia terjatuh ke lantai.

"Hey!" pekiknya.

"Cobalah untuk bersikap biasa saja, jangan membuat Livana risih!"

Seraya mengusap lengannya, dia berkata, "Cih! Iya, maaf Livana."

Luke berusaha untuk mengatur napasnya, dan memperkenalkan temannya dengan wajah datarnya. "Ah, begitu rupanya. Aku Livana, salam kenal Eric," ucap Livana.

"Hehe, kakak yang waktu itu kan? Wajar sih kalau Luke suka samamu, soalnya kakak sangat menawan."

Sontak Luke menoleh dengan keras, dia memberikan sebuah ekspresi menjijikan. "Tunggu, kakak?! Gila! Sadar diri, tuaan dirimu!"

Livana hanya bisa berdiam diri, dari dua orang Vampir yang sedang bertengkar. Livana jadi seperti pajangan dan mereka tidak menghiraukannya. Sedikit kesal mendengar ocehan mereka yang semakin jadi, Livana berteriak kencang sehingga mereka tercengang dan menoleh dengan rasa herannya.

Livana tersenyum, namun di dalam senyumannya terselip kekesalannya. "Kalian berdua, kalau mau bertengkar aku sarankan di luar saja!"

"Maaf," sesal mereka.

Hari kian berlalu, kini terik matahari pun mulai terasa semakin panas. Di sisi lain aktivitasnya, Livana juga sesekali menyirami tanaman yang ada di halaman Rumahnya. Namun, seketika terdengar teriakan seseorang. Dia berlari dengan penuh rasa semangat dalam dirinya.

"Eric? Apa yang kamu lakukan siang hari begini? Bukankah, itu berbahaya?"

"Kak, Vampir itu bisa kok keluar di siang hari. Hanya saja tidak bisa sesering itu, karena Vampir juga perlu menyembunyikan identitasnya," jelas Eric.

"Oh, tapi Luke sedang tidak ada di rumah. Semalam dia memberitahuku akan bertemu denganmu?"

"Benarkah?" tanyanya.

Livana terdiam sekejap. Beralih pandangan Livana sekarang menjadi lebih waspada. Segala perlakuaan Eric menjadikan dirinya berpikir negatif. Tapi pada akhirnya Livana tetap mencoba untuk tenang dahulu.

Secara sigap, Eric menarik tangan Livana dan berjalan masuk ke dalam Rumah. Raut wajah Livana amat terkejut, ia juga segera melepaskan genggaman itu. Livana tak pernah terbiasa, jika ada orang lain yang menyentuhnya.

Dia berjalan ke arah Dapur, dan berkata, "Kak, aku bisa masak loh. Kalau pun aku tidak pernah memakan masakanku, tapi menurut orang - orang masakanku enak sekali."

"Wah! Tapi Eric, sebaiknya kita menunggu Luke terlebih dahulu."

"Tidak usah, aku mampir hanya untuk menyajikan sebuah masakan untuk Kakakku."

Tepat berselingan dari itu, Luke datang dengan Wajahnya yang merengut. Mata Livana terbuka dengan lebar saat melihat Eric dicekik oleh Luke. Berulang kali Eric memohon, tapi tak kunjung dilepaskan olehnya. "Luke," ucapan lembut dari Livana langsung mengalihkannya.

Chu... kecupan dari Luke berlabuh di pipi Livana. Karena tak bisa menyembunyikan rasanya, Livana senantiasa tersenyum.

"Apa dia berperilaku aneh - aneh? Luke bertanya pada Livana.

"Yang benar saja, aku datang hanya untuk menyajikan masakan yang sering kali diminati manusia. Kau terlalu berlebihan."

"Jaga mulutmu! Ini adalah reaksi wajar saat seorang Suami khawatir dengan keadaan Istrinya."

"Luke? Memangnya aku ini orang asing? Aku sahabatmu. Tenang saja, aku tidak akan melukai Kakak."

"Tidak akan melukaiku? Tapi saat itu kamu yang menyuruh Luke untuk membunuhku?!" seraya Livana mengucapkan itu, ia juga menatap tajam Eric.

Dengan tawa kecilnya, Eric menjelaskan, "Tapi setelah itu aku merasa kaget sekali, karena Luke tiba - tiba bercerita bahwa dia sudah menjadikan kamu sebagai Istrinya. Kalaupun Luke tidak pernah menceritakan tentang rasa cintanya, tapi aku rasa dia amat dalam jatuh padamu. Jadi, aku memutuskan untuk tidak mencampuri urusan Luke."

Kemudian, Livana dan Luke duduk dari jarak yang lumayan dekat ke dapur, Livana tengah melihat Eric memotong bahan masak dan, sepertinya Eric memang pandai dalam hal tersebut.

Sesudah menunggu, Eric menyajikan makan dan mempersilakan Livana untuk mencicipinya. Ketika makanan itu mendarat dilidahnya, spontan Livana berkata, "Ini enak sekali."

Eric berdiri dengan tegak, seolah - olah setiap kata pujian menambah tinggi badannya. Plak! Bunyi nyaring dari tamparan itu menjadikan Livana melihat dengan tercengang.

"Sehari saja, kau tidak kasar pada sahabatmu ini bisa?!" tutur Eric.

"Cepat pergi sana! Kau mengganggu waktuku dengan Livana."

"Ah, ternyata kau mengusirku."

"Itu sudah jelas kan?"

"Baik, aku akan pergi. Dasar Vampir!" gerutu Eric.

"Cobalah untuk sadar diri! Kau pun Vampir!"

Tatapan Eric begitu berbeda tatkala melihat pada Livana. "Sampai jumpa Kakak! Aku akan mampir untuk menemuimu nanti!" Eric melambaikan tangan dan pergi dengan senyumannya.

Sedari tadi, Luke selalu merangkul pinggang Livana. Dengan nada geramnya, dia berkata, "Kenapa bajingan itu bisa ada di sini?"

"Agaknya kamu harus menanyakannya pada temanmu sendiri," jawa Livana.

Cukup mengejutkan, Luke tiba - tiba mengerutkan bibirnya dengan keras, bahkan dia menatap Livana dengan matanya yang berkabut. Sambil mendekap Livana, dia senantiasa menggerutu tentang ketidaksukaannya pada Eric.

"Livana?"

"Hm?"

"Jangan menyukainya, dia bodoh."

Livana pelan - pelan mengusap rambutnya. "Tidak akan, hatiku hanya milik Luke saja."

ִֶָ 𓂃⊹ ִֶָ

next? →

have a nice day!
makasih ✿

tenang aja Luke, Livana mah cintanya
Luke aja, hehee

Vampire's Wife [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang