Nayla berjalan santai di samping Jonathan, di sepanjang koridor tangannya tidak pernah lepas dari genggaman Jonathan membuat semua mata tertuju padanya dengan padangan iri.
Bagaimana tidak iri bila yang menggandeng Nayla Cantika adalah seorang Jonathan Arselino si tampan anak tunggal pengusaha paling sukses dan kaya raya. Keluarga Arselino adalah keluarga yang terkenal dengan julukan rich man, setiap keturunan mereka selalu sukses dalam dunia bisnis. Jadi tidak heran bila semua orang menatap Nayla dengan pandangan iri bahkan benci karena satu-satu keturunan Arselino menjadi miliknya.
Nayla menghiraukan pandangan mereka, ia sudah terbiasa dengan semua ini tapi anehnya tidak ada yang berani mengganggunya secara langsung. Mungkin dulu ada tapi ketika masuk SMA tidak ada lagi yang mengganggunya ia bingung dan bersyukur mungkin mereka sudah lelah untuk berurusan dengannya tapi tanpa Nayla ketahui tunangannya lah yang telah mengusir hama-hama tersebut sebelum mereka mengusik Nayla mulai dari mengancam sampai mengeluarkan mereka dari sekolah, hal ini Jonathan lakukan hanya untuk melindungi Nayla-nya.
"Athan, nanti pulang jangan nungguin Nay." Kata Nayla sembari mengayunkan tangannya yang ada di genggaman Jonathan.
"Kenapa?" Jonathan menatap Nayla dengan alis dengan mengangkat satu alisnya.
"Nay, mau ke toko buku"
"Aku anter"
"Ih, Nay maunya sama temen-temen aja." Nayla menyentak tangan Jonathan sehingga genggaman mereka lepas.
"Nay, jangan mulai!" Ujar Jonathan datar.
"Kamu tuh selalu gitu. Aku marah!" Nayla memalingkan wajah.
Jonathan tersenyum tipis bukannya marah, iya malah merasa lucu dengan tingkah Nayla. Ia tidak tau kenapa ketika Nayla bersikap begini selalu menggemaskan di matanya.
Jonathan mengusap rambut Nayla lembut lalu tangannya beralih menangkup kedua pipi Nayla dan mengarahkan wajahnya untuk menatap Jonathan.
"Kamu boleh pergi sama temen-temen kamu tapi aku anter. Gak ada penolakan!" Peringatan Jonathan melihat penolakan di wajah Nayla.
Nayla berdecak pelan, ia kesal dengan sifat Jonathan yang terlalu mengekang. "Tapi janji gak ngintilin aku?"
Jonathan terdiam sebentar, ia sebenarnya tidak suka melihat Nayla bersama orang lain walaupun mereka hanya temannya. "Iya aku nunggu kamu di dalam mobil!" Ujar Jonathan.
Nayla menggangukan kepalanya. "Yaudah, turuni tangan kamu bentar lagi bel nih." Ucap Nayla.
Jonathan menurunkan tangan tanpa banyak kata ia kembali menggenggam tangan Nayla dan melanjutkan jalannya kearah kelas Nayla.
Di sebrang koridor seorang perempuan berambut panjang yang terurai dengan hiasan jepit rambut biru di rambutnya mengepalkan kedua tangannya, ia kesal melihat kemesraan sepasang kekasih di depannya. 'Nay, gue benci liat lu bahagia. Apapun yang jadi milik lu harus jadi milik gue.'
Jonathan menghentikan langkah didepan kelas Nayla. "Udah sana ke kelas kamu bentar lagi masuk nih" Kata Nayla sambil melepaskan tautan tangan mereka.
Merasa kesal melihat tangannya yang dilepas, Jonathan dengan tidak tau malunya mencium dahi Nayla di depan kelas setelah itu meninggal Nayla yang terdiam dengan semburan merah di pipinya.
"OMO-OMO, LIAT GUYS PRINCE KITA YANG SATU INI MAIN NYOSOR-NYOSOR AJE." Suara teriakan cempreng menyadarkan Nayla dengan malu ia masuk kedalam kelas menghiraukan sorak-sorai teman-temanya.
"Nay, omg bisa-bisa lu gak pingsan di cium kakak ganteng." Suara cempreng itu kembali terdengar. Namanya Meilinda teman sebangku Nayla yang selalu heboh ketika melihat Nayla dan Jonathan berduaan.
Nayla yang baru saja duduk di bangkunya mengabaikan suara Ursula, ia masih malu mengingat tindakan Jonathan tadi.
"Berisik lu, Mie. Diem dulu kasian noh pipinya masih merah gitu." Kata Susan yang duduk di depan menghadap kearah mereka.
"Tau ya liat tuh pipinya merah-merah gitu hahaha" Ucap Ara melihat pipi Nayla yang terus memerah.
"Ih kalian diem dulu, gue malu." Ujar Nayla lalu menutup mukanya.
"Hahaha anjir, Nay muka lu kaya pantat babi." Mei menarik tangan Nayla mencoba menurunkan tangan dari wajah Nayla.
Mereka semua tertawa melihat pipi Nayla yang masih memerah, benar kata Mei pipi Nayla persis pantat babi.
Nayla berdecak kesal tidak terima dengan perkataan teman-temanya. "Ihh kesel, gue aduin Jonathan nihhh." Kata Nayla.
Mereka seketika berhenti tertawa bisa gawat urusannya bila Jonathan terlibat.
"Hehehe, bercyanda Nay bercyanda." Ucap Mei sembari mengacungkan kedua jariannya.
Nayla hanya mengangguk-angguk dia juga tidak bersungguh-sungguh akan mengadukan mereka kepada Jonathan.
Bel masuk berbunyi mereka pun kembali ketempat masing-masing untuk memulai pembelajaran.
••••••••••••
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Better With You
Ficção AdolescenteKehidupan Nayla yang kelabu tiba-tiba berubah penuh warna ketika Jonathan Arselino hadir memberikan sebuah kebahagiaan yang dia dambakan. Tapi disaat Nayla menikmati kebahagiaannya sebuah rahasia besar tentang keluarganya terungkap membuat dirinya...