Karina, mendengar sang ibu memanggilnya dari bawah, dengan tergesa-gesa, kakinya yang pendek nan mungil itu, berlari ke arah pintu kemudian membuka pintu.
Bug.
Baru saja membuka pintu kamar hendak berlari menuruni tangga, kepala serta wajah Karina, mendarat sempurna di dada bidang Zergan.
"Wah... Rejeki nomplok ini mah." racau Karina, dalam hatinya.
Lelaki tampan dengan tinggi 183, itu terdiam di depan pintu kamar Karina, dengan pemilik yang nempel di dadanya.
"Omg! Dadanya beneran kekar, ini otot dadanya empuk gini. Bibir gue, mendarat di dadanya, walapun terhalang baju." cerocos Karina, dalam hatinya.
Tidak menemukan respon Karina, mengadah ke atas, dan Zerga, sedikit menunduk menatap kedua bola mata Karina, dan entah keberanian dari mana Karina, langsung mencium bibir Zergan, dengan sekilat mungkin.
Cup.
Zergan, yang awalnya terdiam menerima ciuman tiba-tiba dari seorang gadis di depannya, hanyan memandangi wajah Karina, yang sudah merah merona bak tomat matang.
Tak di sangka Zerga, malah menarik leher belakang Karina, membalas kembali ciuman Karina, pada akhirnya keduanya malah berciuman panas.
Karina, memerankan matanya melepaskan koper yang dia pegang di tangan kanannya, kedua tangan Karina, berhasil masuk kecelah baju Zergan, membelai dada lelaki itu.
"Karina," panggil Zergan, memandang Karina, entah sedang mengkhayal apa di dada bidangnya.
"Hah?" Karina, kaget karena sadar dari hyalannya.
"Kamu kenapa?" tanya Zergan, tanpak bingung melihat Karina, bengong.
"Akh... Sial! Lagi-lagi menghayal tercyduk. Ish kenapa harus tabrakan sama dada bidangnya yang kekar sih? Akhh, sumpah pengen bikin merah-merah di sana." racau Karina, dalam hatinya.
"Karina," panggil Drian, memperhatikan Karina, yang hanya diam di panggil oleh Zergan.
"Iya?" jawab Karina, celingukan malu bukan kepalang karena Zergan, memandang Karina, aneh.
"Maaf, aku tidak tau jika ini kamar kamu. Aku kira ini kamar kakakmu," jelas Zergan, memundurkan tubuhnya membuat wajah Karina, yang menempel pun jadi ikut menghindar.
"O-oh, kak aku pergi dulu." pamit Karina, berlari begitu saja menuruni tangga, sambil menahan malu dengan wajah yang merah merona.
"Kenapa malah masuk kamar adek gue?" tanya Drian, kepada Zergan.
"Belum masuk, baru aja mau ngetuk pintu, adik Lo, udah buka pintunya alhasil nabrak gue," jelas Zergan, sebelah tangannya masuk kedalam saku celananya.
Karina berpamitan kepada Ayah dan ibunya, gadis itu mencium wajah kedua orang tuanya secara bergantian.
"Alah lebay, kaya mau ninggalin bertahun-tahun aja Lo, bocah." celetuk Drian, memang selalu usil pada adiknya.
Karina, menatap kesal kepada sang kakak, bibirnya tersenyum sinis, sepertinya dia tau apa yang harus dia lakukan kepada kakak, lelakinya itu.
"Sini. kakak, juga aku, peluk, cium pipi kanan kiri." usil Karina, sambil berlari kecil hendak memeluk tubuh sang kakak, tetapi lelaki itu cepat menghindar.
"Diam. Jangan sentuh apapun dari badan gue," ucapnya matanya memandang Karina, sinis.
"Apasih bang, sama adik kandung ini, susah amat mau di peluk sama di cium." kesal Karina, menunjukkan wajah imutnya.
Drian, lelaki tampan dengan sikap arogan, dingin, cuek, tidak mudah berbaur dengan orang-orang di sekitarnya, dan Drian, paling anti yang namanya di peluk atau di cium walaupun itu oleh adiknya sendiri.
"Gue, bilang diam. Do not touch me," perintah Drian, terus berlari mengelilingi ruangan tengah.
"Alah abang nyebelin, pake segala gak mau di sentuh, nanti kalo abang udah nikah, sentuhan adalah kegairahan dan hasrta Loh bang," ucap Karina, otaknya mulai kumat.
"Akhh. Pusing gue, punya adik kaya Lo," teriak Drian.
"Karina, sudah. Nanti kamu telat sampai club." Kirana, mengingatkan melihat waktu yang hampir malam.
"Iya, benar kata mamah, cepat pergi." titah Drian, dengan kesal.
"Apanya yang cepat pergi? Kamu yang mengantarkan adikmu, cepat keburu malam banget." perintah Alex, kepada anak pertamanya.
"Apa? Dia kan sudah besar, biarkan saja club yang menjemput dia." elak Drian, menolak.
"Aku sudah kasih tau manajer Club, kalo kakak, yang akan mengantarku." sambung Karina, sambil memainkan hpnya kemudian tersenyum menang ke arah Drian.
"Engga. Gan, tolong anterin adik gue, ke club. Gak bisa gue, nganterin nih bocah." pinta Drian, melemparkan kunci mobil kepada Zergan.
"Kamu ini, papah mu sudah menyuruhmu, untuk mengantarkan adikmu, malah minta temanmu yang mengantarkannya." kesal Kirana, tak enak pada Zergan.
"Gak papa tante, biar Zergan, aja yang mengantarkan Kirana, ke club." ucap Zergan, tulus.
"Apa? Kak Zergan, yang gantarin gue? Akhh, berduaan di mobil." racau kembali Karina di dalam hatinya.
"Ya udah mah, pah, Aku pergi ya udah malem banget soalnya." pamit Karina, berjalan keluar mengikuti Zergan, di depannya.
"Sono pergi, jangan balik lagi kerumah!" celetuk Drian, mengusir Karina.
"Nyebelin, ngeselin, dasar sok angkuh, segala gak mau di peluk, situ yang lebay and alay." ejek Karina, wajahnya masam bibirnya terus bergumam.
Sepanjang perjalanan keduanya hanya diam, menikmati udara malam, dan angin malam. Mungkin karena keduanya baru di pertemukan malam ini, jadinya belum terbiasa untuk berinteraksi satu sama lain.
Tapi yang namanya Karina, apa lagi jika bertemu dengan lelaki tampan seperti Zergan, matanya tidak akan berhenti menatap, dan otaknya selalu liar.
"Kenapa sih kak Zergan, ganteng? Akhh, kalo gini caranya gue, gak bisa tenang ini sepanjang perjalanan." ucap Karina, dalam hatinya.
Melihat bibir Zergan, yang tebal dan warna bibir fink alami, otak liar Karina, semakin menjadi-jadi, membayangkan jika dirinya duduk di pangkuan Zergan, dengan tangan yang mengalung ke lehernya, dan bibir terus menghisap bibirnya.
"Akh, kenapa mengkhayal itu nikmat ya? Tapi gak kebayang sih, kalo gue jadi pacarnya Kak Zergan, uhhh panas tiap hari. Dan kayanya tubuh gue, berkeringat tiap hari deh? Kan olahraga malam terus." cicitnya dalam hati tanpa sadar bibir Karina terus tersenyum membuat Zergan, seakan khwatir.
"Karina, kamu kenapa?" tanya Zergan, menjulurkan tangannya dan meletakkannya di dahi Karina.
Blus.
Merah sudah pipi Karina, kini melihat tangan yang kekar dan berurat itu mendarat sempurna di dahinya.
"A-aku tidak papa. Kakak, fokus nye-nyetir aja." kiku Karena, mendapatkan perlakuan yang tiba-tiba itu.
"Aku kira kamu sakit. Oh ya, aku dengar di timmu akan ada yang pensiun ya?" tanya Zergan, berusaha berbicara pada Karina, supaya tidak terlalu hening.
"Iya. Ketua timku, padahal jadi ketua itu tidak mudah, malah mau keluar, aku sudah terlanjur nyaman dengan ketua tim yang sekarang." jawab Karina, wajahnya dari murung sedih.
"Jangan sedih," ucap Zergan, sambil mengelus puncak kepala Karina. "Aku tau, di bidang dunia Esport, menjadi pemain profesional itu tidak mudah, kalian menang dan kalah harus menerima, begitu juga dengan pensiunnya salah satu tim'mu, harus juga kamu terima." sarah Zergan.
"Kakak, tau tentang dunia Esport?" kaget Karina, baru menemukan lelaki yang benar paham tentang dunia gamer, dan baru mendengar ucapan yang begitu lembut.
"Tau, bahkan bisa di bilang aku, jago memainkannya." jawab Zergan, meririk Karina, sambil tersenyum Manis.
"Ya Tuhan, itu senyuman nya manis banget melebihi gula. Kayanya Kak Zergan, nafas aja udah bikin gue, gairah kepanasan ini mah." ucap Karina, dalam hatinya.
.
.
.
#tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
🌚ADEK MESUM🌚💦 (Selesai)✅
Разноеbijak dalam membaca ya, 18++ sampai 21++ kalo mau maksa baca ya udah bukan salah saya okey. ************************* gimana rasanya punya adik otaknya mesum? Karina Adriana Zhian, gadis berumur 22thn memiliki otak yang sangat mesum terpikat kepad...