1 [Satu]

282 62 32
                                    

Keringat mulai bercucuran didahi lebar milik sang abah, terik matahari pun mulai berlomba-lomba ikut memanaskan bumi yang sedang dilalui oleh manusia perkerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Rasa letih ia tahan agar pekerjaannya cepat selesai, kakinya berjalan lebar menuju pinggiran sawah engambil benih padi untuk disebar dengan benar agar tumbuh nya bisa membuat sang pemilik merasakan nikmat dari hasil kerja keras nya selama ini.

Berjalan mundur menanam padi supaya terlihat rapih dan yang sudah ditanam pun tidak terinjak oleh kakinya, berulang kali tangannya membuang keong-keong kecil yang terlihat dari mata sipitnya agar tidak terinjak oleh kakinya. Hal itu bisa membuat pekerjaan nya menjadi lambat karna luka di kaki jika saja abah tidak telaten membuang keong kecil itu ke pinggiran sawah.

"Abahhh! istirahat dulu sudah siangg!! Nono bawakan bekal untuk abah makan!" suara kecil yang terdengar jelas di telinga sang abah membuat pekerjaannya yang sedang membuang keong kecil pun terhenti.

Badannya berdiri menegak melihat siapa sang pemanggil kecil yang sekarang sedang berlari kecil ke arah nya, sambil menenteng keresek hitam berisikan bekal untuknya. Dia Nono anak satu-satunya yang sangat ia sayangi. Mulut kecil itu kembali berucap sebab sang abah tak kunjung beranjak dari padat nya lumpur sawah "Abahhh kenapa diam saja disana? ayooo kemari Om Joseph membeli kan Nono dan abah nasi dan ayam goreng".

Mendengar kalimat yang di ucapkan si anak perlahan kaki abah berjalan menuju pinggiran sawah, tangannya menimba air di sungai dekat sawah lalu mencuci bersih kaki dan tangan beserta muka yang sedikit kotor akibat terkena lumpur, belum selesai menaruh timba ke tempat nya tangannya sudah ditarik duluan oleh sang anak, mungkin karna sudah siang juga lapar pikir abah.

"Sebentar Nono pelan-pelan saja jalan nya nanti jatuh nak" didudukan nya abah di bawah pohon kelapa yang teduh lalu di buka nya kresek hitam berisikan ayam goreng tadi.

"Tadi Om Joseph membeli kan Nono ayam goreng 4 abah, yang dua pakai nasi yang dua lagi tidak pakai nasi kata Om Joseph hadiah buat Nono karna hari ini Nono mengumpulkan banyak barang bekas jadi di belikan ayam goreng dehh" senyum itu mengembang lebar tatkala tau di belikan nya ayam goreng oleh Om Joseph sahabat karib abah.

"Wahh anak abah pinter, yaudah sekarang makan dulu yah nanti ayam goreng nya keburu dingin" menurut, mulut itu pun sudah tidak lagi mengoceh melainkan fokus melahap ayam goreng yang ada di tangannya.

Matanya sesekali melihat sawah yang sedang di garap abah nya, baru setengah benih padi yang tertanam karena sawah yang di garap cukup luas. Sawah ini dulunya milik Om Joseph lalu diberikan kepada abah nya secara cuma-cuma karna dulu nya tanah itu tidak mau subur jika di tanami tumbuhan apapun, tapi berkat usaha dan kesabarannya tanah itu pun sekarang sudah mulai bisa di tanami tanaman seperti padi.

Beberapa menit mereka menghabiskan makan siang mereka, abah pun mulai membersihkan kertas minyak bekas tempat makan mereka berdua. Melihat itu Nono mengambil sisa nya dan mulai membantu abah untuk membuang bekas tempat makan mereka.

Di sela-sela ia membersihkan ia teringat sesuatu, tangannya merogoh saku celananya dan mengambil uang dengan nominal 30 ribu "Abahh ini uang hasil tadi Nono mengumpulkan barang bekas"

"Simpan saja buat jajan Nono"

"Emm bagaimana kalo Nono bagi saja Abah biar adil, Nono sepuluh ribu Abah dua puluh ribu" tangan kecil nya memberikan uang dua puluh yang sudah lusuh di ganggam sang anak.

Abah pun terkekeh melihat tingkah sang anak yang masih mau berbagi dengan nya bahkan uang yang diambil pun lebih sedikit dari uang yang diberikan untuk nya, tangannya mengelus kepala sang anak sayang merasa bersyukur mempunyai anak penurut seperti nya, lalu mengambil uang yang di berikan Nono lalu di simpan.

Si kecil Nono dan Abah HozharTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang