3 [Tiga]

116 49 23
                                    


Halooo semua selamat membaca yaa, jangan lupa vote sama follow 😁💓🦕




















Bocah manis yang masih setia meringkuk memeluk sarung sebagai selimut nya merasa terganggu dengan tepukan halus di pipi nya, perlahan mata itu membuka memperlihat kan cahaya sinar lampu yang menyinari mata kecil itu.

Tangan nya pun bergerak menutupi mata nya agar tidak melihat cahaya lampu itu, jujur itu menyilaukan mata apalagi ia baru saja membuka mata nya sudah langsung di suguhkan cahaya, sedikit ada rasa kesal yang hinggap di diri bocah itu.

"Nonoo ayo bangun sholat subuh dulu, Abah mau lanjut masak nasi" ucap Abah sambil ngelus pelan kepala si anak.

Tidak ada pergerakan dari si anak, bukan nya bangun tapi malah semakin membenamkan muka nya kembali ke bantal tempat kepala nya singgah, Abah berfikir jika di teruskan pasti anak nya akan semakin tidur maka ia akan memakai cara ini "Abah punya hadiah loh buat Nono, Nono mau ngga?"

Ajaib seperti sulap, si bocah yang mendengar akan mendapat hadiah dari Abah mulai beranjak duduk dari posisi ia berbaring tadi, mata kecil nya terbuka tutup berusaha membuat agar mata itu tetap terbuka seakan takut kalau tertutup dia tidak jadi di berikan hadiah oleh Abahh.

Melihat si anak yang tampak antusias mendengar kata hadiah, Abah menepuk pelan pipi anak itu sambil terkekeh lalu menggendong nya ke arah sumur untuk mengusap kan air ke wajah ngantuk anak nya itu.

"Ihh Abahhh, iya iya Nono ambil air wudhu cepat turun kan" rengek Nono sambil berontak di gendongan Abah meminta turun.

Setinggalan dari Abah ia langsung mengambil air wudhu, walaupun sekali-kali badan nya menggigil saat tangan kecil nya bersentuhan dengan air yang mengalir. Mulut nya komat kamit membaca niat wudhu tak luput dengan mata yang masih sangat susah untuk terbuka sempurna.

Selesai dengan kegiatan berwudhu sekarang muka nya terlihat lebih fresh walaupun masih dengan uapan kecil keluar dari mulut nya, melangkah pelan menuju kamar dan berhenti sebentar di depan pintu kamar. Dirinya termenung sambil memiringkan kepala sambil melihat benda menggantung di depan nya.

Baju sekolah? satu set dengan baju pramuka? mata nya membola saat ia sadar baju itu adalah hadiah yang di maksud oleh Abah nya, lantas Nono pun berlari menuju Abah yang sedang sibuk dengan api di depan nya. Badan nya menubruk punggung lebar Abah, senyuman itu masih mengembang semakin mengembang tatkala Abah membalikan badan nya dan mencium pucuk kepala nya.

"Abahh terima kasih, baju sekolah yang di gantung di depan kamar itu hadiah nya? "

"Abahh, Nono beneran boleh bersekolah?"

"Abahh Nono mau coba pakai baju nyaaa"

"Abah, ayo jawab kenapa diam saja" kesal si anak ketika Abah nya yang di ajak bicara malah melihat anak nya mengoceh sambil tersenyum, tanpa ada niatan untuk menjawab.

"Gimana Abah mau ngomong, Nono aja ga biarin Abah ngomong barang satu detik"

"Iyaa itu hadiah nya Nono, nanti bakal di coba kalo Nono udah sholat" lanjut Abah sambil mengelus kepala si anak, melihat mata anaknya yang berbinar ia tak rela jika suatu saat mata itu akan mengeluarkan air mata karena orang lain, sungguh pasti itu sangat menyakitkan untuk sosok Ayah seperti Abah.

Anggukan ribut itu adalah respon dari ucapan Abah tadi, Nono pun segera sholat dan setelah selesai ia mulai menghampiri Abah nya lagi di meja makan yang sedang sibuk menata piring-piring untuk sarapan pagi mereka berdua.

Melihat Nono yang sangat bersemangat ingin mencoba baju sekolah, abah jadi khawatir kalau-kalau baju itu akan mengecewakan si anak. Pasalnya, baju itu diperolehnya dari bekas orang lain. Abah takut jika Nono mengetahui hal itu, semangat Nono untuk bersekolah jadi hilang.

Si kecil Nono dan Abah HozharTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang