5 [Lima] Nono Masuk Sekolah

57 13 4
                                    

Suara ayam jago mulai terdengar bersamaan dengan azdan subuh. Rintik hujan yang bertabrakan dengan benda seng sebagai atap rumah abah membuat tidur lelap nya sedikit terusik. Abah yang masih setia menutup mata nya seketika terbangun dengan keadaan setangah sadar, karena separuh nyawa nya  belum terkumpul.

Setelah di rasa sudah terkumpul semua nyawa nya, Abah pun melihat jam yang terpasang apik di atas lemari baju. Melihat jam sudah menunjukkan pukul 04.06 Abah segera beranjak menuju dapur, melihat-lihat di lemari makanan masih ada kah sisa bahan mentah yang bisa Abah olah untuk makan di pagi ini.

Tidak ada sayuran yang nampak di dalam lemari berbahan kayu itu, yang tertangkap oleh mata tajam Abah hanya ada satu batang tempe yang ia beli kemarin lusa. Tangan nya mengeluarkan satu batang tempe tersebut lalu kaki panjang nya melangkah ke belakang rumah untuk mencari jamur liar yang bisa di masak.

"Perasaan baru kemarin aku liat jamur tumbuh disini deh, kok udah gada yaa," tanya Abah pada diri sendiri. Bingung sebab baru saja kemarin ia melihat jamur tumbuh banyak di area belakang rumah nya, namun sekarang satu pun ia tak nampak. Tetap pada pendirian nya untuk memasak jamur, tubuh nya terus bergerak jalan mencari-cari bahan makanan yang bisa di bilang murah dan mudah di dapat.

Akhirnya Abah pun menyerah, mata nya menerawang kedepan melihat satu batang pohon pisang yang jantung nya lumayan besar dan siap untuk di masak.

"Masak jantung pisang ajalah, Nono udah lama ngga makan sayur jantung pisang," ucap Abah sambil berjalan mengambil galah untuk memetik jantung pisang tersebut.

Selesai dengan sayuran yang ingin di masak, Abah kembali ke dalam rumah untuk membuat bumbu untuk memasak jantung pisang dan menggoreng tempe.

Setelah itu Abah mulai fokus untuk memasak sampai tak menyadari anak nya sudah terbangun dan berjongkok tak jauh dari tempat nya berdiri "Astagfirullah! Nono ngapain kamu ngejongkok di situ nak? kan ada kursi," kaget Abah ketika membalik kan badan nya untuk mengambil wadah untuk menaruh masakan nya yang sudah matang.

Nono yang melihat Abah nya kaget saat melihat dirinya sedang berjongkok lantas berdiri, menghampiri Abah nya dan memeluk tubuh yang dua kali lebih besar dari tubuh mungilnya.

Abah yang terheran melihat perilaku aneh anak nya pun berjongkok untuk melihat wajah sang anak, khawatir anak nya sakit.

"Nono kenapa nak? sakit?" gelengan pelan adalah jawaban dari nono untuk pertanyaan simpel Abah.

"Terus kenapa nakk?" air muka Abah tak bisa di hindarkan lagi jika ia takut, ia benar-benar khawatir anak nya sakit.

"Abah Nono laper" tiga kata yang keluar dari mulut Nono membuat pundak kokoh Abah jatuh dengan cepat. Abah menghela nafas pelan lalu mengangguk paham, jelas sekali anak nya lapar saat subuh begini karna semalam mereka hanya makan ubi bukan nasi. Walaupun anak nya bilang ia sudah kenyang tetap saja anak sekecil Nono mana mungkin benar-benar kenyang hanya dengan memakan tiga ubi saja.

"Kalo gitu Nono wudhu dulu, Abah mau naro sayur nya di wadah terus nanti kita sholat bareng yaaa" setelah mengucap kan itu Nono berjalan ke arah sumur untuk mengambil air wudhu, begitu pun dengan Abah yang mulai menyelesaikan kegiatan nya tadi. Lalu segera mengambil air wudhu untuk sholat subuh bersama anak nya.

Selesai sudah sholat subuh kedua manusia ini, kini Nono sedang duduk berhadapan dengan Abah. Tangan kecil Nono membantu Abah menuangkan lauk dari wadah yang berisi sayur jantung pisang tadi, tak lupa ia mengambil dua potong tempe goreng dan memakan nya dengan khidmat.

" Nono udah baca do'a ?" tanya Abah saat melihat si kecil langsung memasukan satu potong tempe goreng itu ke dalam mulut mungil nya, membuat kedua pipi nya mengembung lucu. Tangan yang tadi untuk memegang sendok makan, sekarang tangan nya berpindah menepuk kening sempit yang tertutup poni cepak nya.

Si kecil Nono dan Abah HozharTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang