Bagian 4

657 70 3
                                    

"Ning, kamu ngga enak badan kah? Sejak di cafe tadi kenapa jadi diem banget gini?"

Winter merasa aneh melihat rekan kerjanya itu yang berubah menjadi pendiam dalam sekejap. Bahkan sampai mereka sudah di mobil lagi untuk perjalanan pulang, temannya satu ini tidak berbicara sepatah kata pun ke dia.

Diberikan pertanyaan seperti itu oleh Winter, membuat Ningning sedikit gelagapan menjawabnya. "E-eh ngga kak, aku ngga papa kok. Cuma sedikit pusing aja."

Mendengar jawaban Ningning malah membuat Winter semakin khawatir. "Kamu mau ke apotek dulu buat beli obat? Atau kamu mau mampir buat makan?"

Ningning menggeleng keras ketika mendengar pertanyaan sekaligus tawaran dari teman di sebelahnya itu. "Ngga usah kak, langsung pulang ajaa. Kayaknya aku cuma ngantuk mangkanya pusing ini."

"Okay deh, kalau makin sakit nanti langsung hubungi aku aja ya. Sekarang kamu tidur aja dulu, nanti kalau udah sampai aku bangunin."

"Iya kak makasih yaa."

Setelah menjawab itu, Ningning menyenderkan kepalanya ke kaca jendela mobil dan berusaha memejamkan matanya. Begitupun dengan Winter yang kembali fokus ke jalanan.

Ningning mencoba mencerna kembali kejadian 2 jam yang lalu, dimana dia tanpa sengaja bertemu kembali dengan seseorang yang dirindukannya bertahun-tahun. Dia tidak menyangka kalau momen pertemuannya dengan teman masa kecilnya itu bersamaan dengan fakta bahwa temannya akan menikah dengan perempuan lain.

Bagi orang lain mungkin tidak masalah, namun berbeda dengan seorang Ning Yizhuo. Selama ini tidak pernah ada yang mengetahui kisah cinta dia, entah dari segi siapa orang yang berhasil membuatnya jatuh cinta ataupun lainnya. Ningning memilih menutup rapat agar perasaannya tidak diketahui oleh siapapun karena dia tahu kalau perasaannya mustahil akan dibalas oleh teman kecilnya itu.

Iya, Ningning menyukai teman masa kecilnya itu sekaligus client yang akan dia handle pernikahannya bersama perempuan lain. Mungkin beberapa orang beranggapan kalau cinta di masa kecil akan hilang seiringnya berjalannya waktu. Tapi nyatanya sampai detik ini perasaan Ningning hanya untuk 1 nama saja. Huang Renjun.

ᳶᳶ

Setelah kepulangannya dari mengantar Shuhua, Renjun memilih berdiam diri di meja makan dengan smartphone di tangannya. Dia menimbang untuk meminta nomor Yiyi kepada Haechan. Mereka berdua tidak sempat bertukar nomor, bahkan untuk menanyakan kabar satu sama lain pun tidak mereka lakukan. Renjun sebenarnya takut kalau temannya itu marah kepadanya atau bahkan lebih parahnya dia marah.

Setelah pertimbangan yang cukup lama, dia akhirnya memutuskan untuk menghubungi Haechan untuk meminta nomor Yiyi. Dan untungnya Haechan tidak bertanya lebih lanjut setelah dia menjelaskan bahwa ada tambahan penting yang perlu dia bahas sekarang juga ke pegawainya itu.

Renjun pun langsung menuju roomchat dia bersama Yiyi, berulang kali dia menghapus dan mengetik pesan yang akan dia kirimkan karena sejujurnya dia bingung bagaimana memulainya. Setelah hampir 5 kali dia menghapus pesan yang akan dia kirimkan, akhirnya dia memutuskan mengajak Yiyi bertemu besok. Aneh memang ketika mereka belum berbicara sepatah kata pun, tapi Renjun dengan beraninya mengajak temannya itu bertemu. Belum lagi kalau ada kemungkinan temannya itu sudah lupa akan dirinya, mungkin dia bakalam di anggap freak. Tapi, Renjun berusaha tidak peduli karena buktinya dia sekarang sedang menunggu balasan dari sang teman.

15 menit dia menunggu dan tidak ada tanda-tanda pesannya akan dibaca apalagi dibalas, akhirnya Renjun memutuskan mandi terlebih dahulu untuk menyegarkan badannya.

Until We Meet Again || Renjun × NingningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang