Bagian 18

598 50 0
                                    

Pagi ini, Ningning terbangun dengan suasana yang berbeda. Selain karena kamar yang ditempatinya masih terasa asing, dia juga tidak menemukan keberadaan Renjun.

Perihal tadi malam, sebenarnya dia merasa sangat bersalah. Namun, dia sendiri juga tidak mengerti apa yang dilakukannya itu. Pada awalnya dia tidak ada niatan menyusul Renjun ke ruang kerjanya, dia bahkan sudah merebahkan dirinya di kasur Renjun. Namun setelah 15 menit dia berusaha memejamkan mata, rasa ingin memeluk calon suaminya itu tiba-tiba datang sehingga membuatnya memilih menyusul Renjun di ruangan sebelah.

Sesampainya disana pun dia hanya mengikuti nalurinya sampai membuat mereka making out seperti semalam. Ketika dia melihat nafsu Renjun sudah di ujung, malah rasa kantuk tiba-tiba menyerangnya dan berakhir seperti semalam. Bahkan sesampainya dia di kamar pun, tidak sampai 1 menit dia sudah tertidur lelap hingga pagi.

Mungkin nanti dia akan berkonsultasi ke dokter kandungannya mengenai apakah dia diperbolehkan melakukan hubungan badan selama masa kehamilan. Hitung-hitung apabila memang diperbolehkan, dia akan menebus kesalahannya semalam.

Lamunannya buyar ketika dia mendengar suara yang berasal dari dapur. Dia menebak bahwa Renjun memang sedang memasak. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk segera membersihkan dirinya terlebih dahulu dan membantu Renjun di dapur.

"Eh udah bangun, Yi? Gimana tidurnya semalam?" Renjun melihat Ningning yang berjalan menuju ke arahnya.

"Nyenyak banget kak sampai bangun kesiangan gini. Maaf ya malah ngga bantuin kamu." Sesal Ningning.

"Udahlah ngga masalah. Yang penting kamu bisa tidur nyenyak, takutnya kalau ngga di kamar sendiri jadi susah tidur."

"Aku bisa tidur di mana aja kok." Jawab Ningning sambil tertawa kecil. Dia memang punya 1 kelebihan yaitu bisa tidur dimanapun itu asal memang sudah mengantuk.

"Syukurlah kalau gitu. Yuk kita sarapan dulu! Kamu hari ini mau kerja atau pulang ke apartement aja?"

Sembari mengambil nasi yang sudah disiapkan di meja makan, Ningning menjawab pertanyaan dari Renjun. "Aku mau kerja hari ini, tapi mau pulang dulu buat ganti pakaian nanti."

"Okay habis ini tunggu kakak siap-siap dulu ya, biar aku antar ke apartement sama ke tempat kerja kamu."

"Duh ngrepotin banget kak malahan. Antar ke apartement aja biar aku naik kendaraan umum atau nebeng Kak Winter nanti. Lagian kakak bukannya harus kerja juga? Nanti malah terlambat." Jawab Ningning merasa tidak enak.

"Mulai sekarang aku ngga akan ngebiarin kamu pakai kendaraan umum dulu, Yi. Takutnya malah desak-desakan dan bikin kamu makin capek. Biar kakak aja yang antar jemput nanti."

"Terus bentar lagi kita kan juga nikah, Yi. Jadi biasain buat selalu ngandelin aku dalam semua kegiatan yang sedang kamu lakuin itu."

"Iyaa kakk." Gemas sekali Ningning mendengar omelan Renjun pagi ini. Dia berasa diberi siraman rohani pagi-pagi. Padahal kalau boleh jujur ya, perut dia sudah lapar minta diisi ditambah melihat makanan yang dimasak oleh Renjun terlihat sangat lezat.

"Kakak, ayo kita makan!" Ajak Ningning ketika melihat Renjun masih sibuk sendiri dengan kegiatannya.

"Duluan aja, Yi. Mau nyelesaiin ini bentar."

Mendengar hal itu membuat Ningning memutuskan untuk menyuapkan makanan terlebih dahulu. Demi apapun pagi ini dia merasa sangat lapar, padahal semalam dia juga sudah makan lebih banyak dari biasanya. Sepertinya bayinya ini suka sekali dengan makanan.

"Pelan-pelan Yi makannya, nanti kamu kesedak. Ngga ada yang minta makanan kamu juga lagian." Renjun yang menaruh gelas berisi air di depan Ningning menjadi tertawa kecil melihat Ningning makan dengan lahapnya.

Until We Meet Again || Renjun × NingningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang