Hari ini, Amuro & Azusa diajak oleh pemilik kafe Poirot untuk piknik bersama sambil melihat bunga sakura.
"Biar kuambilkan bir lagi," ucap Amuro beranjak melihat botol bir yang sudah hampir habis oleh manajer & kawan-kawannya.
Kebetulan ia membawa mobil, dan minuman atau makanan piknik ditaruh di mobilnya. Ia sempat melamun mengingat mendiang teman-temannya. Hingga suara Azusa terdengar.
"Kau belum mengambil minumannya, kan?"
Ia menghampiri Amuro yang masih belum sampai mobil.
"Ada apa? Kau ingin menitip sesuatu?"
"Bukan begitu. Tapi sepertinya manajer-san dan teman-temannya sudah hampir mabuk. Jadi sekalian saja aku ingin mengambil cemilan dan minuman non alkohol," jelasnya.
Amuro mengangguk, merekapun bersama menuju mobil. Saat kembali ke tempat piknik Amuro tak sengaja melihat kelopak-kelopak sakura yang menempel di rambut Azusa.
"Azusa-san, sumimasen..."
Ia mendekat, dan Tangannya bergerak hendak menyingkirkan kelopak-kelopak tersebut dari rambut Azusa. Sementara Azusa yang sedang menaruh minuman mendadak mematung kaku dengan sikap Amuro. Belum lagi tubuh Amuro yang terasa terlalu dekat.
Ia sontak menahan napasnya. Atau lebih tepat mungkin ia lupa bagaimana caranya bernapas.
"Sepertinya rambutmu berhasil menangkap kelopak bunga sebelum menyentuh tanah."
Amuro menunjukkan kelopak sakura yang berhasil ia ambil ke Azusa. Rupanya ia mengingat ucapan Azusa, jika berhasil menangkap kelopak bunga sakura yang gugur sebelum menyentuh tanah, maka permohonannya akan terwujud.
Ia menaruh kelopak itu ke telapak tangan Azusa. "Apa permohonanmu?"
Bukannya menjawab, Azusa malah diamm terpaku sambil menatap kelopak di tangannya lalu berganti lagi ke Amuro.
Ia tidak bisa lagi mengelak. Ia juga tak kebal dengan pesona pemuda ini, ternyata. Jantungnya yang berdebar sudah cukup membuktikan kalau ia menyukai Amuro.
"Sepertinya, permohonanku akan susah terwujud," gumamku namun masih dapat ia dengar.
Aku menatap Amuro lekat-lekat. Ia tidak bergurau. Karena setelah ia sadar menyukai Amuro selama ini. Yang ia inginkan adalah menjadi bagian hidup Amuro, dan sebaliknya.
Selama ini, ia tidak benar-benar tahu mengenai Amuro. Ia masih tidak tahu keapa pemuda itu sering pergi tiba-tiba. Kemana ia saat menghilang, atau tidak masuk kerja. Mengapa Amuro selalu terlihat seperti sedang menyembunyikan sesuatu?
Dan tatapan sedih, suram, dan dingin yang kadang tak sengaja tertangkap matanya di wajah pemuda itu. Ia ingin tahu semua hal tentang Amuro. Ia ingin... tidak ada rahasia diantara mereka. Dan sepertinya itu mustahil.
"Mengapa? Memang apa permohonanmu?" Tanya Amuro peenasaran.
Azusa memilih mengobrol dengan yang lain ranpa menjawab pertanyaan Amuro.
Entah beruntung atau sial, keduanya justru kini harus pulang bersama. Azusa yang tadi datang bersama Manajernya tidak bisa ikut karena si manajer bersama temannya masih ingin pergi ke tempat lain. Mereka bahkan pergi duluan, dan meninggalkan Amuro serta Azusa untuk beres-beres.
"Maaf, gara-gara manajer kau harus ikut repot begini."
Azusa merasa bersalah melihat Amuro memindahkan barang-barang piknik ke mobil. Pemuda itu hanya tersenyum ringan.
"Tidak apa-apa. Dengan begini justru kita bisa bersantai berdua, kan?"
Amuro sungguh tidak keberatan. Ia memiliki kesempatan berdua dengan Azusa. Keduanya memilih duduk & istirahat sebentar di karpet tersisa yang belum dimasukkan ke mobil. Jika dilihat-lihat, mereka jadi seperti sedang kencan sambil melihat sakura. Ditambah suasana yang mendukung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected LOVE (det. Conan fanfiction : AmuroxAzusa)
RandomMemiliki 3 identitas berbeda, Rei Furuya sudah terbiasa menjalaninya. Bekerja sebagai agen polisi rahasia yang menyusup ke organisasi kriminal paling berbahaya di Jepang membuatnya terb8asa untuk berhati-hati. Yang jelas, tidak ada waktu baginya mem...