Innocent

41 1 1
                                    

Amuro POV.

"Ayolah, jangan menangis lagi..."

Bujukku setengah geli melihat Azusa masih tersedu. Tadi saja saat masih ada Conan dan kawan-kawannya ia tidak memperlihatjan raut wajah sedih sama sekali. Tapi setelah anak-anak itu pergi barulah ia menangis.

Ini karena Taii, kucing jalanan yang biasa kemari setiap hari. Azusa selalu memberi kucing itu makan, dan karena sifatnya yang memang baik dan penyayang. Ia pun mengadopsi kucing itu untuk beberapa hari. Karena baru saja pemilik asli si kucing mengambilnya.

"Aku menangis bahagia, tahu! Aku senang karena akhirnya Taii bisa pulang," ia membalas sambil menyeka air matanya.

"Dan alasanmu tidak ingin menangis di depan anak-anak adalah karena mereka juga sudah sedih. Kau tidak ingin mereka berpikir kau sedih berpisah dengan Taii-chan, dan akhirnya melarang Taii untuk dibawa siapapun, kan?"

Azusa hanya mengangguk. "Bagaimana kau tahu?"

"Lupakan, aku lupa kalau kau seorang detektif," lanjutnya tanpa menunggu jawabanku.

"Dan karena aku juga tahu kalau Azusa-san bukan hanya orang yang baik. Tapi memiliki hati yang lembut. Meskipun kau sedih, tapi kau tidak akan membiarkan air matamu mempengaruhi orang di sekitarmu."

Kami saling bertatapan. Azusa mengerjap-ngerjap polos. Matanya yang sembab habis menangis & hidung sedikit memerah itu terlihat sangat imut. Aku menahan diri untuk tidak mencubit hidung kemerahan itu. Lihatlah, bahkan sekarang pipinya juga ikut  memerah.

"Amuro-san, kau tidak boleh sering-sering berbicara seperti itu ke wanita lain, tahu?"

"Eh...?" Aku kali ini bingung dengan responnya.

Kukira ia akan bersikap malu-malu & menghindar dengan canggung. Tapi ia malah terdengar dan terlihat... panik?ia justru menegurku seperti itu.

"Iya... Jika kau berbicara seperti tadi dengan wanita lain, mereka akan mengira kau menyukai mereka dan sangat perhatian," ucapnya dengan nada memperingatkan.

Aku masih memasang wajah bingung.

"Untung aku ingat kalau kau ini seorang detektif. Kalau tidak aku hampir mengira kau sampai memahamiku seperti itu karena kau menyukaiku," lanjutnya jengkel.

Oh, karena itu rupanya. Aku hanya terkekeh. "Sou da ne..." 

Hampir aku lupa kalau ini Azusa. Wanita yang tingkahnya selalu berhasil mengejutkanku. Tak peduli meski aku sudah terlatih untuk menghadapi segala situasi tak terduga.

Ia buru-buru membersihkan tempat yang sebelumnya dipakai untuk mengumpulkan para 'pemilik' kucing. Sementara aku terus mengawasi pergerakan Azusa yang terus kesana kemari. Perlahan sudut bibirku terangkat samar.

"Suka, ya...?" Gumamku sangat lirih.

"Amuro-san! Kau mau membantuku atau diam saja di sana??!" Tegurnya keras.

"Ah, hai...! Aku datang!"

*****

"Kau masih bekerja di kafe kecil itu?"

Aku menegang mendengar pertanyaan Vermouth di sampingku.

Pikiranku tadinya masih tertuju soal Akai yang ternyata memang masih hidup. Bukannya senang karena kecurigaanku terbukti benar. Meski tidak seluruhnya. Aku masih tidak puas karena beberapa hal tidak berjalan sesuai rencanaku. Aku yakin anak kecil bernama Conan Edogawa itu ada di balik ini semua. Dia memang penuh kejutan.

'Sialan!'
Yang paling menyebalkan, aku tidak bisa berbuat apa-apa setelah mengetahui bahwa Shuichi Akai masih hidup.

"Aku masih tidak mengerti. Kenapa kau memilih bekerja di kafe kecil seperti itu? Padahal kau bisa menyamar menjadi apapun..."

Unexpected LOVE (det. Conan fanfiction : AmuroxAzusa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang