Their feeling

36 2 0
                                    

___

Amuro POV

Syukurlah, kata dokter Azusa hanya mengalami gejala keracunan makanan. Tetapi apapun yang membuatnya keracunan makanan, itu juga membuat lambungnya mengalami peradangan ringan. Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, sekarang Azusa baru dibolehkan pulang.

Selama ia dirawat, otomatis aku juga menangani urusan di Poirot sendiri. Untuk urusan pekerjaanku di Biro Keamanan Publik, aku sudah meminta tolong Kazami memberiku cuti sementara. Karena ini juga berhubungan dengan penyamaranku di Black Organization, tidak ada kesulitan meminta izin cuti panjang.

"Yokatta...!! Sampai rumah juga!"

"Hati-hati! Kau baru saja sembuh!" Peringatku melihatnya terburu-buru melompat turun.

"Daijoubu, aku benar-benar merasa sangat sehat. Lihat ini..!"

Bugh..!!

"Ittaii...! "

Aku terkekeh mellihatnya memekik setelah meninju dadaku. Wajah percaya dirinya sebelum memukulku tadi berganti dengan ringisan kesakitan.

"Kenapa otot dadamu keras sekali?" Ia merengut lucu.

Aku menepuk kepalanya lembut. "Sudahlah, ayo cepat masuk dan istirahat! Besok kau sudah masuk kerja, ingat?" Suruhku.

Setelah memastikan keadaan sekitar aman, dan Azusa sudah masuk rumah. Aku baru menyalakan mobil & beranjak dari sana. Senyum yang sedari tadi kutunjukkan di depan Azusa perlahan menghilang.

"Aku harap kau tidak lupa siapa kita, Bourbon..."

Ucapan itu pernah diucapkan Vermouth sebelum kami berpisah saat ia menyamar menjadi Azusa. Saat itu hampir saja aku tidak dapat mempertahankan ekspresi tenangku.

Kalau saja aku juga tidak memegang salah satu rahasia pentingnya, aku yakin ia akan langsung bertindak saat merasa ada sesuatu yang ganjil dariku.

Kata-katanya menyadarkanku. Bagi orang dengan kehidupan penuh bahaya sepertiku. Terlalu beresiko untuk memiliki seseorang yang berarti, atau orang yang kucintai. Dari dulu itulah yang selalu ditekankan kepadaku semenjak memilih pekerjaan di Keamanan Publik, dan menyelidiki Organisasi ini.

Namun Azusa, perempuan itu berhasil menarik perhatianku entah sejak kapan. Tapi saat ini aku tidak bisa, tepatnya tidak boleh memikirkan hal lain yang bisa mengacaukan fokusku.

Jika sesuatu terjadi, dan mereka menganggap Azusa adalah kelemahanku. Maka perempuan itu juga akan dalam bahaya.

Saat sedang sibuk berdebat dengan pikiranku sendiri, samar-samar suara Azusa terdengar.

"Amuro-san...?"

"Eh, ya? Kau butuh sesuatu?"

Aku sedikit khawatir melihatnya mengangkat kardus berisi peralatan kafe. Aku akui, semenjak kejadian Azusa keracunan, aku menjadi mudah khawatir kepadanya. Hingga aku jadi lebih protektif ke Azusa.

"Bisa aku minta tolong? Nanti saat kau pulang, tolong mampir ke swalayan. Aku lupa mengisi stok bahan-bahan menu," pintanya.

Sambil mengambil alih kardus yang dibawanya, aku menjawab.

"Beres, nanti aku akan mampir. Hari ini giliranku shift makan malam, kan?"

Ia mengiyakan saja. Kami pun melanjutkan pekerjaan. Aku memperhatikan setiap gerak geriknya saat melayani pelanggan.

"Eh, kenapa kau melihatku seperti itu? Ada sesuatu, ya di wajahku !?"

Azusa yang sadar dengan pandanganku sontak mengecek wajahnya sendiri.Aku tertawa pelan. Tanganku bergerak mengusap-usap lembut kepalanya. Bukan usapan jahil yang biasa kulakukan untuk mengejek Azusa.

Unexpected LOVE (det. Conan fanfiction : AmuroxAzusa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang