Azusa POV.
"Hooaaahmm...!"
Ditengah-tengah kesibukan menyiapkan kafe yang sebentar lagi buka, aku menguap tanpa bisa ditahan lagi.
"Astaga, kau masih mengantuk ya?" Kekeh Amuro yang melihatku.
Bagaimana aku tidak mengantuk kalau semalaman aku tidak bisa tidur memikirkan isi surat dari Amuro?
Sejujurnya aku sempat bingung apa itu surat cinta atau misi rahasia. Karena pembukanya saja langsung menyuruhku untuk membakar surat tersebut jika aku selesai membacanya.
Isinya juga tidak secara langsung mengatakan kalau dia menyukaiku. Namun ia dengan jelas mengatakan tertarik pada ku sebagai wanita. Tapi situasinya tidak memungkinkan kami untuk bersama terang-terangan.
"Amuro-san, apa ada yang spesial hari ini?"
"Hai, kalian rajin sekali kemari, ya?"
Aku hanya tersenyum melihat interaksi interaksi Amuro dengan pelanggan. Tak kusangka pria yang begitu luwes & ramah dengan setiap pelanggan justru sangat kaku saat menulis surat.
Dan, ya. Tentu saja surat darinya sudah kubakar sesuai 'perintah'.
"Hei, kau dengar tidak?"
Aku mengerjap kaget. Sejak kapan Amuro sudah ada di sampingku? Astaga, aku pasti melamun lagi.
Jika biasanya Amuro akan mentertawaiku setiap ketahuan melamun, ia justru membuat ku terkejut saat tangannya menempel di kening.
"Kalau kau kelelahan, istirahatlah dulu. Aku bisa menangani semua," sarannya. Ia terlihat khawatir.
"II e...! Aku cuma suka melihatmu melayani pelanggan," ceplosku sambil tersenyum lebar.
Akan sangat aneh jika aku bersikap seolah salah tingkah di depan umum seperti ini. Jadi sebisa mungkin aku berusaha biasa saja.
Kami tidak bisa mengobrol lama-lama. Jam makan siang seperti ini Poirot sedang ramai-ramainya. Para polisi dan pegawai yang sedang istirahat makan siang, kurir-kurir pengantar makanan pesanan, hingga mahasiswa-mahasiswi yang makan siang di sini membuat kafe selalu ramai.
Sebenarnya lumayan aneh juga karena kami bisa bekerja & berinteraksi seperti biasanya. Seolah tidak ada hal mengesankan yang terjadi diantara kami kemarin malam.
Kafe baru sedikit sepi saat jam makan siang sudah lewat. Seperi biasanya jika tidak ada pesanan antar aku akan pergi berbelanja bahan untuk jam makan malam.
"Kau yakin mau pergi sendiri?"
Entah kenapa aku melihat wajah Amuro seperti khawatir.
"Biasanya aku juga sering sendiri, kan?" Balasku.
Aku hanya perlu membeli sedikit bahan, dan memesan yang lain untuk diantar oleh penjualnya besok.
Sepanjang jalan, aku merasa seperti diawasi. Bukan diawasi diam-diam seperti sebelumnya. Justru rasanya orang-orang mengawasiku terang-terangan.
"Azusa-chan?"
"Midori-san, konnichiwa..!" Sapaku balik ke nona Midori.
"Kebetulan sekali kita bertemu di sini!"
Aku mengernyit bingung. Dari ekspresinya sepertinya Midori ingin menyampaikan sesuatu.
"Jadi.. apa benar kalau kau dan Amuro-san berpacaran?" Tanyanya.
Hampir saja aku tersedak mendengar pertanyaan itu.
"A..apa?" Saat ini aku berusaha agar tidak terlihat gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected LOVE (det. Conan fanfiction : AmuroxAzusa)
De TodoMemiliki 3 identitas berbeda, Rei Furuya sudah terbiasa menjalaninya. Bekerja sebagai agen polisi rahasia yang menyusup ke organisasi kriminal paling berbahaya di Jepang membuatnya terb8asa untuk berhati-hati. Yang jelas, tidak ada waktu baginya mem...