5. Senyumanmu

67 10 2
                                    

Happy Reading ...

🌼🌼🌼

Setelah bel masuk sudah berbunyi, Alisya dipanggil untuk menuju ruang BK saat itu juga. Alisya sudah tahu tentunya mengapa dirinya dipanggil oleh guru BK. Alisya tahu bahwa dirinya salah saat itu, jadi Alisya bergegas beranjak menuju ruang BK.

"Mau gue temenin ga?" tanya Celsie saat Alisya beranjak dari tempat duduknya.

"Tidak usah, aku sendiri saja" ujar Alisya menolak secara halus tawaran Celsie untuk menemaninya.

"Ayo dek, sama abang!" ujar Azka tiba-tiba datang.

"Alisya bisa sendiri kok bang," ujar Alisya.

Azka tidak mau mendengarkannya, dia menarik lengan baju Alisya. Dengan terpaksa Alisya mengikuti langkah lebar Azka didepannya. "Abang, pelan-pelan dong!" protes Alisya.

"Kamu sih kaki nya pendek!" ujar Azka meledek, namun tak urung dia memelankan langkah kakinya.

Sesampainya di ruang BK sudah ada Bella yang duduk dihadapan guru BK, Bapak Bambang. Alisya dipersilahkan duduk di sebelah Bella sedangkan Azka berdiri dibelakang Alisya.

"Nak Alisya, apakah betul kamu menampar Bella?" tanya Pak Bambang membuka obrolan.

Alisya menganggukkan kepalanya "Iya pak" jawabnya jujur.

"Tuh kan pak! Dia itu cuman pura-pura baik pak, nyatanya apa?!" ujar Bella menggebu-gebu penuh emosi menunjuk-nunjuk Alisya dengan jari telunjuknya tidak sopan.

"Diem lo cabe!" sewot Azka menepis telunjuk Bella dengan kasar.

"Diam dulu kamu, Bella!" Bella terdiam, "Kalau boleh tahu kenapa kamu menampar Bella?" tanya Pak Bambang kembali.

Alisya membenarkan posisi duduknya menghadap pak Bambang, dengan sopan Alisya menjawab, "Saya hanya menjaga kehormatan saya, pak. Saya akui cara saya salah, tapi saya benar-benar tidak sengaja." jawab Alisya tenang.

Berbeda dengan Alisya yang begitu tenang, Bella dengan amarah membaranya seolah dirinya yang paling tersakiti. "Ga sengaja apa maksud lo hah?! Jelas jelas lo nampar gue keras sampe lebam muka gue!" ujar Bella.

Alisya melirik sekilas kearah Bella, dan memang benar adanya wajah Bella terdapat lebam di area pipi. Bahkan Alisya juga tidak menyangka tamparannya akan sekeras itu.

"Diam lah dulu Bella," ujar Pak Bambang menengahi. "Kejadian ini tidak akan terjadi jika tidak ada yang memulai duluan. Alisya sudah mengakui kesalahannya, lalu apa yang kamu lakukan sebelumnya Bella?" tanya Pak Bambang.

"Saya ga ngelakuin apa-apa pak, dia tampar saya keras. Bapak ga liat ada lebam di pipi saya?" bukannya menjawab Bella malah memojokkan Alisya.

"Apa-apaan! Orang lo narik-narik hijab Alisya sampai mau lepas! Gue lihat sendiri yah dengan mata kepala gue!" ujar Azka yang tersulut emosi melihat tingkah Bella.

"Lo gak usah sok tahu!" sentak Bella.

"Sudah diam kalian!" ujar Pak Bambang tegas membuat keduanya seketika terdiam.

"Sabar bang," bisik Alisya mengusap pelan punggung Azka.

"Kalian berdua sama-sama salah dalam hal ini. Bella, kamu sudah keterlaluan dengan menarik hijab Alisya apalagi di depan umum. Dan Alisya, kamu juga salah dengan menampar Bella. Jadi kalian berdua bapak hukum!" ujar Pak Bambang tegas. "Kalian bersihkan taman belakang hingga bersih, tidak ada sampah ataupun rumput sedikitpun."

"Gak bisa gitu dong pak, masa saya ikutan dihukum!" protes Bella tidak terima.

"Jalankan atau saya tambah hukuman kamu!" Mau tidak mau Bella menjalani hukumannya dengan setengah hati.

"Itu yang disana bersihin tuh! Pungut sampahnya!" ujar Bella menyuruh layaknya mandor.

Disini, di taman belakang sekolah hanya ada Alisya dan Bella yang tengah mengerjakan hukuman dari Pak Bambang tentunya.

"Heh? Kamu juga dihukum, kamu lah yang mungut malah nyuruh-nyuruh. Itu kan bagian mu," ujar Alisya menatap heran pada Bella.

"Ck! Ngelawan lo?!"

"Iya, kenapa?"

"Bangsat! Munafik lo!" mau tidak mau Bella memungut sampah dengan jijik, memasukkannya ke tong sampah.

Mereka berdua membersihkan di bagiannya masing-masing tanpa berbicara apapun lagi dan fokus kepada pekerjaannya masing-masing.

🌼🌼🌼

"Dek, abang sama bang Cakra mau latihan basket, kamu abang antar pulang dulu ya?"ujar Azka saat Alisya sedang memasukkan buku-bukunya kedalam tas.

Alisya sempat berfikir sebentar, "em ... ga usah deh bang, Aisy ingin pulang sendiri. Besok Aisy juga kan berangkat sendiri pake motor!" ujar Aisy antusias dengan senyum lebar mengingat besok dirinya akan dibelikan sepeda motor oleh papanya untuk pergi ke sekolah.

"Kamu mau naik apa pulangnya kalau sendiri? Mau naik motor abang?" ujar Azka bertanya.

"Ish! motor abang kan gede, nanti rok Alisya ke angkat. Nanti Alisya pake ojek deh, atau gak bus." ujar Alisya.

"Heh? Mana boleh! udah ayok abang antar dulu!"

"Ayolah bang, Alisya kan pengin jalan-jalan dulu juga ... abang ga usah khawatir kan Alisya bisa jaga diri, yah! yah!" ujar Alisya memaksa Azka untuk mengizinkannya pulang sendirian hari ini.

Azka menghela nafas mendengarnya, "yaudah," ujar Azka pasrah. Lagipula Alisya bukan cewek lemah yang gampang dihasut atupun dilukai, jadi Azka tidak perlu khawatir dibuatnya.

"Yeay! Terima kasih abang," ujar Alisya senang bukan main karena ini kali pertama dirinya keluar sendirian selama di Indonesia.

Azka tersenyum, mengusap puncak kepala Alisya yang tertutup hijab dengan lembut. "Yaudah kamu hati-hati, abang mau ganti baju."

"Siap!"

Alisya benar-benar pulang sendiri siang itu, dia berjalan keluar gerbang sekolahnya. Alisya berniat untuk jalan-jalan sebentar sebelum pulang ke rumah. Dirinya ingin berkeliling dan mencoba berbagai macam jajanan pinggir jalan.

Jujur saja, Alisya tidak pernah memakan makanan pinggir jalan. Jadi, hari ini ia sangat senang bisa berkeliling dan mencoba banyak jajan.

Kaki mungil terbalut sepatu putih itu melangkah kecil sepanjang trotoar jalan mengikuti kemana sang majikan pergi. Hingga kaki itu berhenti tepat di depan penjual harum manis atau yang sering disebut permen kapas.

Alisya tertarik dengan bentuk-bentuk lucu dari permen kapas yang dibuat oleh penjual. "lucunya ..." ujar Alisya gemas sendiri.

"Iya neng, mau yang mana?" ujar penjualnya.

"Em, mau yang bentuk beruang deh om!" pinta Alisya dengan senyum merekah.

"Ini neng, 20 ribu" ujar penjual permen kapas itu sambil memberikannya kepada Alisya.

"Ini om uangnya, kembaliannya ambil saja. Terima kasih om!" ujar Alisya.

Alisya berjalan riang sambil membawa permen kapas ditangannya. Ingin sekali ia mencicipi makanan manis itu, namun sayang dengan bentuk yang lucu itu yang nantinya akan rusak ketika ia makan.

Alisya memutuskan untuk duduk disalah satu bangku taman, memandangi permen kapas yang ia pegang dengan bibir senantiasa tersenyum. "Lucunya ... mau makan tapi sayang nanti jelek."

ARRGHH!

Alisya terlonjak kaget saat mendengat teriakan frustasi seseorang. Alisya mengedarkan pandangannya mencari asal suara. "Ada orang?" gumam Alisya seraya mendekati salah satu semak.

"Astaghfirullah hal'adzim!"

.
.
.
.
.

White Rose Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang