Happy Reading ...
🌼🌼🌼🌼🌼🌼
Jumat, 06.20
"Papa, Alisya berangkat sekolah dulu ya" ujar Alisya setelah selesai sarapan. Ia beranjak dari duduknya menuju kearah Kenzo, mencium punggung tangannya.
"Hati-hati yah, bawa motornya" ujar Kenzo setelah mencium kening putrinya.
"Oke papa!" seru Alisya berjalan keluar rumah menuju garasi untuk mengambil motornya.
Alisya menaiki motornya dan melaju keluar gerbang rumah menuju ke sekolahannya. Ia menikmati perjalanan sembari bersenandung kecil dan sesekali menyapa tukang sapu jalan yang tengah bekerja.
Ditengah perjalananya, Alisya melihat seseorang memakai seragam yang sama dengannya tengah berjalan di trotoar.
Alisya menghentikan motornya tepat di samping orang itu, "Anta?" ujar Alisya saat melihat wajah laki-laki itu.
Arganta menoleh, wajahnya terlihat sangat pucat dengan kantung mata menghitam serta beberapa lebam yang terlihat jelas.
Alisya terkejut melihat kondisi Arganta yang jauh dari kata baik-baik saja. "Kamu mau nebeng nggak? Sekolah masih jauh loh!" ujar Alisya dengan senyuman khasnya.
Arganta menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Entah mengapa ia tidak bisa menolak ajakan Alisya. Aura positif yang terpancar di diri Alisya membuatnya merasakan sedikit ketenangan bila berada di dekatnya.
"Ya udah naik, tapi jangan deket-deket yah!"
Arganta naik, duduk di jok belakang motor Scoopy milik Alisya. Sesuai instruksi, ia duduk di jok paling belakang bahkan duduk di besi yang ada di belakang jok motor.
"Jangan pegang-pegang loh," ujar Alisya sebelum melajukan motornya.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 15 menit, akhirnya motor yang dinaiki Alisya memasuki gerbang sekolah. Alisya memarkirkan motornya di parkiran yang sudah tersedia.
Setelah turun dari motor, Alisya melihat kearah Arganta yang sedari tadi hanya diam saja, entah masalah apa yang yang menyerang pemuda tampan di depannya ini.
"Aku ke kelas dulu yah, bye!"
"Eh, bentar"
"Anta, seberat apapun masalahmu, jangan coba-coba untuk lari karena itu bukanlah solusi menyelesaikan masalahmu." Alisya tersenyum teduh.
"Lawan! Kamu kan kuat," ujarnya sebelum berbaik badan dan pergi meninggalkan Arganta yang masih setia pada posisinya.
"Terima kasih,"
"Sama-sama!"
Entahlah, Arganta juga tidak tau siapa Alisya, ia hanya tau namanya saja. Tapi, Alisya seolah tau apa yang ia rasakan. Kadang ia berfikir, apakah mungkin Alisya adalah malaikat yang diturunkan untuk menerangi jalannya? bisa jadi!.
...
Alisya pov.
Jam istirahat
Aku dan teman-temanku pergi ke kantin untuk mengisi perut kita yang mulai demo meminta jatah makanan.
Aku dan kedua temanku duduk di salah satu bangku kantin yang berada di pojok. Aku sengaja tidak bergabung bersama kedua abang ku karena pasti mereka bersama teman-teman mereka yang banyaknya seperti anggota karang taruna.
"Lo mau apa Sya?" tanya Celsie kepadaku.
"Aku mau salad buah, ada gak yah?"
"Ada sih ada, tapi emang lo kenyang makan gituan?"
"Kenyang kok, soalnya tadi pagi aku udah makan banyak" ujar ku menampilkan deretan gigi.
"Ya udah, lo mau apa Rin?"
"Gue mie ayam, es teh"
Celsie mengangguk mengerti dan pergi menuju stand makanan yang ada di kantin. Celsie itu baik banget, suka beliin aku dan Karin makanan, terus kalau ada yang ganggu kita pasti Celsie berada di garda terdepan untuk membela kita.
Tidak lama, Celsie kembali dengan nampan di tangannya. Aku mengambil salad buah ku.
"Makasih, Celsie"
"Sama-sama"
Aku memakan salad buah ku dengan tenang, tidak ada percakapan diantara kami bertiga semuanya sibuk memakan makanannya masing-masing.
"Eh, gue mau nanya Sya penting banget" ujar Karin memulai percakapan.
"Sok iye lo"
"Kenapa Karin?"
"Gue denger-denger dari siswi lain lo berangkat sama Kak Arga, Sya?"
"Gak mungkin"
Aku mengerutkan keningku mulai berfikir, "Kak Arga siapa?"
"Yang berangkat sama lo tadi pagi,"
"Oh, Anta?"
"Anta? Jangan bilang kakak lo lagi." ujar Celsie.
Aku tertawa kecil dibuatnya, "bukan, tadi pagi aku lihat di jalan terus kasih tumpangan"
"Masa?"
"Iya"
"Hati-hati lo Sya sama dia, catatan kenakalan dia tuh penuh satu buku punya dia semua," ujar Karin memberitahu ku.
"Masa sih?" Aku sedikit tidak percaya, tapi kemungkinan bisa jadi.
"Iya, bahkan dia juga diduga pecandu obat terlarang. Pokoknya catatan buruk dia tuh banyak banget,"
"Jadi ghibah yah," ujar ku tertawa kecil menanggapinya.
"Ck, gak ghibah gak asik" ujar Karin membuatku menggelengkan kepala sambil tertawa kecil.
Saat asik tertawa dengan kedua temanku, tiba-tiba sebuah tangan kekar meletakkan susu kotak dihadapan ku. Aku mendongak melihat siapa pemilik tangan tersebut.
"Anta?"
"Makasih," ujarnya tanpa ada ekspresi sedikitpun di wajahnya, membuat kerutan di dahi ku.
"Buat?"
"Tadi pagi"
Aku mulai paham, ternyata Anta ingin berterima kasih kepadaku dengan memberikan susu kotak. Padahal aku ikhlas membantunya, tapi tidak apa lah, lumayan juga susu kotak hehe.
"Ooh, sama-sama."
Setelahnya, Anta berlalu pergi masih dengan wajah lempeng tanpa ekspresi. Sungguh, sebenarnya ekspresi datar yang ada di wajahnya sangat tidak cocok dengan wajah yang bisa dibilang baby face.
"Anjir! Itu Arga? tumben-tumben banget dia kek gitu woe."
"Iya anjir, pertama kali malah!"
Aku bingung melihat reaksi teman-temanku yang menurutku terbilang heboh,"emang kenapa?" tanya ku.
"Gini yah, Sya. Selama gue sekolah disini dan tau Arganta karena ya memang most wanted, dia tuh ga pernah sekali pun bersikap yang bisa dibilang manis kaya tadi, Sya."
"Iya kah?"
"Iya anjir"
"Mungkin mood dia lagi bagus," ujar ku.
.
.
.
.
.
.Vote yuk!
Komen² share²
Terima kasih support nya, Sayang!.
KAMU SEDANG MEMBACA
White Rose
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA] Gadis cantik dengan penuh keceriaan yang ada didalam dirinya. Gadis berhijab, lemah-lembut, penyayang, penuh perhatian dan pandai beladiri. Dan ... Laki-laki tampan penuh pesona, berdarah dingin, namun menyimpan berbagai luka...