2. Dove-Y(LJN)

1.5K 3 0
                                    

"Aahh! ahh... Aku..."

"Tahan, sayang..."

Pergumulan kedua insan itu kian panas. Sang pria makin mempercepat pergerakan pinggulnya, sedangkan sang wanita tidak berhenti mengeluarkan desahan.

Bunyi penyatuan mereka menggema keseluruh ruangan, aroma khas percintaan terasa kental dipenciuman.

"Jen.. Jeno... aku tak tahan.. eng."

Jeno menatap gadis dibawahnya, sahabatnya. Menatap tubuh yang telah bersemu merah dan dibanjiri keringat itu. Pergerakan pinggulnya tak berhenti, konstan cepat dan dalam.

Menunduk, Jeno kembali memagut bibir ranum yang menjadi candunya itu. "Tahan sebentar, Jea."

Jea menggeleng, dia hampir menangis karena tak tahan dengan seluruh kenikmatan yang diberikan pria diatasnya. Lengan kecilnya dia lingkarkan ketubuh Jeno, berusaha menahan kesadarannya yang hampir menguap.

Jeno menggeram merasakan remasan erat tangan Jea dibahunya. Dia bangkit, memegang kedua kaki Jea yang melingkar dipinggulnya, mendorong kaki-kaki kecil itu, membuka akses lebih untuknya.

••••

Jeno tanpa bosan memandangi Jea yang tertidur dihadapannya, menatap wajah babyface wanitanya.

"Ngghh..." Jea melenguh pelan, matanya perlahan terbuka.

"Siang, sayang." ucap Jeno saat mata cantik itu terbuka.

Jea tersenyum, dia mengangguk untuk membalas sapaan Jeno. Gadis--wanita? itu mendekat pada Jeno, menempelkan wajahnya pada dada bidang pria itu.

"Bangun, Jea. Kau harus makan setelah itu minum obatmu."

"Nanti dulu." Jea makin menduselkan wajahnya pada dada Jeno, sebelah tangannya bergerak melingkari pinggang pria itu.

Jeno tak memaksa, dia membiarkan Jea mendusel didadanya. Satu tangannya menyelip kebawah leher Jea, memeluknya. Sementara yang satu lagi menyelinap kedalam selimut, mengelus punggung mulus itu dengan sensual.

"Jeno... jangan mulai." peringat Jea saat merasakan elusan Jeno yang kian turun.

Jeno terkekeh, dia mengecup pucuk kepala Jea. "Bangunlah, aku akan membuatkan makanan untukmu."

~<>~<>~<>~<>~

"Apa masih sakit?" Jeno bertanya saat melihat Jea yang masih kesusahan berjalan.

"Sedikit."

"Sebaiknya kau libur saja hari ini, biar nanti aku yang mengisi absenmu."

"Aku sudah libur kemarin, tidak mungkin hari ini libur lagi."

"Tapi--"

"Aku baik-baik saja, Jeno. Hanya sedikit sakit."

Jeno menghela napas, dia mengangguk. "Saat dikampus nanti, jika kau kesulitan, jangan sungkan memanggilku."

Jea memberikan okesign kepada Jeno.

END

Se(x) y LUST(republish) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang