Mengetahui Berbohong

100 3 0
                                    

Cheryl terlihat begitu gelisah, dia mengedarkan pandangannnya ke sana kemari, karena tidak ada Anak yang dia cari, hingga dia menjadi berpikir penuh dengan keseriusan harus pergi ke mana sekarang.

Saat tadi dia ke Sekolahan El, dia sama sekali tidak bertemu dengan El, karena sudah lebih dari 1 jam dari waktu El pulang, dia mempunyai pikiran kalau El ada di rumah, tapi ternyata di Rumah juga tidak ada.

Tidak ada satu orang pun yang memberikan jawaban baik, sehingga perasaan Cheryl menjadi tidak karuan sampai kemudian dia menarik napasnya dengan sangat dalam dan berlari keluar dari Rumah ini.

Sekarang Cheryl merasa cukup beruntung, karena tidak lama keluar dia langsung bertemu dengan Abang gojek yang bisa mengantarkan dirinya untuk ke Kantor Dirga.

Rasanya Cheryl tidak bisa diam saja dengan hal ini, dia langsung menemui Dirga yang bahkan sekarang dia berada di hadapan Ruangan Dirga, dia mengetuk-ngetuk pintu Ruangannya beberapa kali.

"Permisi, Pak Dirga. Ini saya, bolehkah saya masuk sekarang? Ada hal yang ingin saya bicarakan dengan Bapak." Cheryl berucap seperti ini, karena khawatir ada orang lain yang mendengarnya dan menganggap dirinya tidak sopan.

"Masuk saja," sahut Dirga dengan santai.

Saat itu juga Cheryl langsung masuk dengan napas yang masih terengah-engah, karena memang rasa cape begitu dia rasakan, dia melakukan semuanya dengan begitu cepat.

Beberapa kali Cheryl menarik napasnya dengan dalam, dia berusaha untuk menetralkan napasnya terlebih dahulu. "Om, El di mana?"

"Kenapa tanya pada saya, bukankah seharusnya dia bersama dengan kamu?" tanya balik Dirga dengan tatapan yang begitu dalam.

"Iya Om, tahu ... seharusnya El bersama dengan saya, tapi dia sekarang tidak bersama dengan saya, maka dari itu saya datang ke sini menemui Om untuk menanyakan keberadaan El!"

"Om! El di mana sekarang? Tidak mungkin kan Om tidak tahu keberadaan anak Om sendiri?"

"Jangan buat saya panik Om!" tekan Cheryl dengan menggunakan nada bicara yang penuh dengan keseriusan.

Mendengar kalimat itu membuat Dirga bangkit dari posisi duduknya, dia melangkahkan kaki dan mendekat ke arah di mana Cheryl berada, hanya saja Cheryl merasa kalau tatapan yang Dirga berikan terlihat berbeda.

Kaki Cheryl secara perlahan melangkah mundur agar menjaga jarak antara dirinya dan juga Dirga, hanya saja Dirga terus melangkahkan kaki mendekat ke arahnya yang semakin membuat Cheryl tanda tanya.

"Om, mau ngapain? Kenapa malah jalan mendekat ke saya, memangnya kalau dari posisi duduk, Om tidak bisa menjawab?" Nada bicara Cheryl sudah mulai gugup.

"Saya masih bisa mendengar semuanya Om," ucap Cheryl lagi yang kemudian dia terus melangkahkan kaki mundur yang berujung dengan dia terpentok dengan dinding.

"Om! Berhenti!"

Tangan Cheryl menahan tubuh Dirga agar tidak terus melangkahkan kaki ke arahnya, karena berada dalam jarak yang begitu dekat dengan Dirga membuat Cheryl merasakan sebuah rasa yang mengalir hebat dalam dirinya.

"Apa alasan yang membuat kamu telat menjemput anak saya?" Nada bicara Dirga terdengar begitu serius, apalagi tatapannya yang terus terfokuskan memperhatikan bola mata Cheryl.

"Emh ... tadi saya masih ada mata kuliah Om, makanya saya telat." Cheryl berusaha untuk terlihat biasa saja.

"Saya memang sudah mengatakan kalau saya akan menjemput El hari ini Om, hanya saja ada mata kuliah yang tidak bisa saya tinggalkan dan hal ini juga sudah saya beritahukan pada Om di awal, kalau saya masih seorang mahasiswi."

Sebuah anggukkan Dirga berikan.

"Gitu Om, makanya saya telat menjemput El, terus setelah itu saya juga langsung ke Rumah untuk mencari El, tapi ... kenapa El tidak ada di Rumah dan orang Rumah juga tidak tahu keberadaan El?"

"Sebenarnya El ada di mana Om?"

"Telat karena ada mata kuliah?"

Ditemani dengan sebuah rasa ragu, Cheryl menganggukkan kepalanya.

"Telat karena ada mata kuliah?"

Mendengar kalimat yang sama keluar dari mulut Dirga, membuat Cheryl mengernyit, dia menaikkan pandangannya dan menatap Dirga dengan tatapan yang tanda tanya.

"Iya Om, saya telat menjemput El karena masih ada mata kuliah yang harus saya hadiri dan saya tidak bisa keluar begitu saja, soalnya saya sudah tanggung berada di kelasnya."

Senyuman miring terukir di bibir Dirga.

"Ke-kenapa Om? Kenapa Om memperhatikan saya dengan tatapan yang seperti itu?"

"Apa kabar kalau El tahu bahwa orang yang mengasuhnya berbohong?"

Saliva Cheryl tertelan dengan begitu kasar, dia semakin gugup saat mendapatkan pertanyaan itu, bukan hanya memikirkan akan bagaimana sikap El nantinya, melainkan dia juga heran kenapa Dirga sampai tahu kalau dia berbohong.

"Bagaimana dia bisa tahu kalau saya berbohong, sedangkan saya tidak berbohong?" tanya Cheryl yang tidak ingin langsung masuk ke dalam suasana yang sudah Dirga ciptakan.

"Apakah kamu berpikiran kalau saya itu bodoh?" tanya balik Dirga yang semakin menatap Cheryl dengan tatapan yang sulit untuk Cheryl terjemahkan.

"Enggak mikir kayak gitu kok Om, emangnya kenapa sih? Tadi saya telat menjemput El memang karena ada mata kuliah, bukan karena saya menemui seseorang atau bersama dengan seseorang terlebih dahulu."

Tawaan kecil Dirga keluar, hingga kemudian dia mengelus-elus puncak kepala Cheryl yang membuat Cheryl tanda tanya.

"Kalau ingin berbohong, coba lebih pintar dari orang yang kamu bohongi."

"Maksud Om?"

"Saya tidak menuduh kamu bersama dengan orang lain terlebih dahulu, tapi kamu langsung mengatakannya."

Kalimat itu membuat Cheryl terdiam, dia merasa terjebak sendiri dalam hal ini, karena memang pada kenyataannya dia tidak menyadari hal tersebut.

"Bagaimana kalau hal ini diketahui oleh El?"

"Ya ... jangan sampai diketahui oleh El," ucap Cheryl dengan begitu enteng seolah tidak ada hal apa pun yang terjadi.

Cheryl menatap Dirga dengan tatapan yang begitu dalam, karena dia menaruh harapan yang begitu besar pada Dirga, dia merasa sudah cukup sayang pada el dan tidak ingin kalau El menjauh darinya.

"Om, please... jangan kasih tahu El akan hal ini."

"Hal apa yang akan kamu lakukan agar saya tidak memberi tahu semua ini pada El?"

"Hah? Maksudnya apaan Om?"

Otak Cheryl dia putar dengan begitu serius untuk memahami apa yang sudah Dirga ucapkan, sampai kemudian tangan Dirga memegangi bahu Cheryl, dia menaikkan wajah Cheryl agar menaikkan pandangannya.

"Hal apa yang akan kamu berikan agar saya tidak memberi tahu semua ini pada El, hm?"

Dehaman yang Dirga berikan sekarang terdengar berbeda, apalagi dengan tatapan Dirga yang terlihat begitu dalam, bahkan detak jantungnya sekarang menjadi sangat kencang, dia mencoba untuk biasa saja.

"Om, tangannya bisa turun tidak?"

"Jawab dulu pertanyaan saya," sahut Dirga tanpa mengubah ekspresi wajahnya.

Lah terus? Gue harus jawab apaan?

Babysitter Kesayangan Om DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang