01.

430 43 4
                                    

Tubuh terbaring tak berdaya dengan darah yang mengalir deras mengotori zirah perang yang di kenakan oleh ksatria muda itu, sebagai pemimpin ksatria ia Gagal melindungi rajanya, penduduk desa, serta kerajaannya. Ia hanya bisa menatap sendu kala tubuh para ksatria itu bergelimpangan tak bernyawa di depannya. Ia tak bisa bergerak apalagi dengan luka sayatan serta tusukan yang memenuhi seluruh tubuhnya, yang bisa ia lakukan saat ini hanyalah menunggu ajal menjemput nya, menunggu waktu kematian nya.

Sebelum kesadaran sepenuhnya hilang, pria itu mendengar sebuah suara misterius yang membuatnya sedikit kebingungan.

Lee jihoon saat nya kembali ke tempat asalmu.

Pria yang di panggil jihoon pun mengernyit, tempat asal ? Maksudnya alam akhirat ? Cih Di ambang kematian pun ia masih bisa berhalusinasi ternyata.

Setelah mendengar kalimat itu, kesadaran pemuda itu sepenuhnya lenyap, tidak ada lagi suara jeritan dan tangisan bahkan dentingan pedang sekalipun, semuanya Hening dan gelap.

Apakah ia sudah mati ?

....

" Nyonya tangan tuan muda bergerak,"

Samar-samar ia mendengar seseorang berteriak diikuti dengan sebuah genggaman erat pada tangannya, jihoon yakin ia sudah mati, namun kenapa ia masih bisa mendengar suara tangisan ? Apa jihoon tidak jadi mati ?

Perlahan jihoon mulai membuka matanya, mengerjap beberapa kali sebelum mengedarkan pandangan ke sekeliling nya, hal pertama yang ia lihat adalah seorang wanita yang menangis sembari menggenggam erat tangan nya dan seorang pria yang tersenyum sambil mengucap beberapa kata penuh syukur.

Asing, itulah yang ia rasakan.

Wanita yang menggenggam tangannya, pria yang tersenyum itu, jihoon sama sekali tidak pernah melihatnya dan juga beberapa pria dan wanita di belakang sana.

" Putraku, putraku akhirnya sadar,"

Jihoon bingung ? Tentu saja, siapa yang tidak kebingungan saat seseorang yang sudah mati kini hidup kembali dengan suasana dan orang-orang yang berbeda. apalagi jika dia yang seumur hidup tidak memiliki orang tua tiba-tiba di suguhkan dengan sepasang pria dan wanita yang menangis dan mengaku sebagai orang tuanya. Apa jihoon berhalusinasi lagi ?

Jihoon bangun dari posisi berbaring nya, menatap bingung pada orang-orang di sekitarnya, terlebih lagi saat ia merasakan tubuhnya sama sekali tidak merasakan perih dan sakit, seingatnya ia baru saja kalah dalam peperangan dan tubuhnya penuh dengan luka dan memar, kenapa sekarang ia tidak merasakan apa-apa ?

Pemuda itu menatap kedua tangannya,meraba Perut serta dada dan tempat-tempat yang ia ingat pernah terluka, namun semuanya hilang, Luka sayat dan tusukan serta memar pada tubuhnya, seperti tidak pernah ada, dan peristiwa perang itu seakan hanyalah mimpi semata.

Jihoon dilahirkan kembali ? Begitu kah

" Sayang apa ada yang sakit ? "

Jihoon menggeleng saat seorang pria yang ia tebak sebagai ayahnya bertanya. Jihoon sama sekali tidak merasakan sakit bahkan tubuhnya saat ini merasa jauh lebih sehat dari pada sebelumnya.

" Kau benar-benar baik-baik saja sayang ? "

Wanita itu kembali bertanya memastikan bahwa pemuda mungil itu benar-benar baik-baik saja. Terlebih lagi ketika melihat jihoon yang sedari tadi terus menatap awas pada sekitar nya.

" Kau mengingat kami jihoon-ie ? "

Hening

Tidak ada sahutan dari pemuda mungil itu, bahkan pandangan nya jatuh tertunduk tidak berani menatap pada pasangan suami istri yang menatapnya penuh kesedihan.

" Tidak apa jihoon-ah, kita bisa mengembalikan ingatan mu bersama-sama," ujar sang wanita sambil mendekap tubuh jihoon dengan erat.

Jihoon menatap pasangan itu sendu, ia merasa menjadi orang yang paling jahat sekarang, terlebih lagi pada pertemuan pertama nya ia sudah membuat sepasang suami istri ini menangis.

" Maaf " hanya itu yang dapat jihoon katakan.

Pasangan suami istri itu menggeleng, lalu mengecup kening jihoon lembut.

" Selama kau baik-baik saja, kami sudah senang jihoon-ah," ucap sang pria sembari mengusap surai jihoon dengan lembut.

Jihoon tak mampu menahan rasa harunya, kehangatan ini adalah yang pertama kali ia rasakan dalam hidupnya, selama ia hidup menjadi ksatria, ia di latih dengan keras untuk melindungi rajanya, kesetiaan dan tekad untuk menang dari sebuah peperangan membuat nya tidak pernah merasakan bagaimana arti dari sebuah keluarga, karena memang jihoon tidak pernah memiliki nya,tidak pernah tahu bagaimana wajah ke dua orang tuannya, dan dia juga tidak pernah mencari nya.

Dan di kehidupan ini, jihoon memilikinya meski ia tidak tahu kapan masanya berakhir di sini.

Lee jihoon

Lee jihoon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

.

Next

My Queen is a Knight Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang