06.

312 45 7
                                    

Jihoon terjebak di antara kerumunan penduduk desa, kedatangan putra mahkota membuat desa kecil ini terasa sedikit sesak, apalagi saat penduduk desa berlomba-lomba untuk membuka jalan bagi sang putra raja membuat tubuh kecil jihoon terhimpit di antara dinding-dinding rumah warga.

Jihoon mengeratkan topi jubah yang dia kenakan, berusaha sebisa mungkin untuk keluar dari keramaian penduduk desa, jihoon ingin pergi secepatnya tanpa sepengetahuan sang putra mahkota, Entah apa yang akan dikatakan oleh pangeran konyol itu jika ia melihat jihoon di sini, ia pasti mengira jika jihoon sengaja datang ke sini untuk melihatnya, percaya diri pangeran akan menjadi-jadi setelah ini.

Namun karena kondisi yang berdesak-desakan dan saling dorong-mendorong membuat jihoon dengan susah payah
Mempertahankan keseimbangan tubuhnya, hingga seorang pria dengan tubuh besar menabrak tubuh mungil jihoon dan membuat pria malang itu jatuh bersimpuh tepat di depan sang putra mahkota yang sedang menunggangi kudanya.

Jihoon bergeming.

Pria mungil itu tak tau harus berbuat apa ketika seluruh pasang mata kini tertuju ke arahnya.

Jihoon tersadar tatkala topi jubah yang ia kenakan terlepas dari kepalanya, mengekspos rambut barunya nya yang putih seperti salju. Keadaan ini membuat jihoon bungkam sepenuhnya terlebih lagi ketika ia melihat seluruh penduduk desa berbisik-bisik membicarakannya.

" Great wizard Yoon ? "

Panggilan itu membuat jihoon lagi-lagi bungkam, ia tidak tahu harus beraksi seperti apa terlebih lagi saat pengawal kerajaan menodongkan sebuah pedang tepat di lehernya membuat jihoon dengan refleks mengangkat kepalanya dengan tubuh yang menegang hebat.

Manik mata jihoon bertemu tepat di manik mata sang putra mahkota, membuat sang pria menatap kaget tatkala mengetahui jika itu adalah Lee jihoon, pemuda angkuh yang terobsesi dengan nya.

" Turunkan ! " Titah sang pangeran.

Begitu pedang yang tertodong di lehernya hilang, jihoon akhirnya bisa bernafas lega, ia kembali menundukkan kepalanya sembari menarik kembali topi jubah yang sempat terlepas dari kepalanya.

" Apa yang kau lakukan di sini Lee jihoon ? Di mana para pengawal mu ? " tanya sang pangeran dengan nada dingin.

Jihoon diam, tangannya sibuk memilin ujung lengan jubah yang ia kenakan, tanpa berani menatap pria di depannya,jihoon benci dirinya sekarang,kenapa ia harus diam seperti ini,kenapa ia tidak berani menatap sang pangeran dan menjelaskan semuanya.

" Choi seungcheol kau membocorkan kegiatan ku hari ini ? "

Seungcheol menggeleng dengan cepat," tidak yang mulia, saya tidak mengatakan kepada siapapun tentang kegiatan anda hari ini,"

Jihoon mendengus, ia tahu jika pangeran itu menuduh jihoon mengikutinya, cih percaya diri sekali, ingin rasanya jihoon mendaratkan telapak tangannya di pipi pangeran konyol itu.

" Lee jihoon aku tanya sekali lagi, apa yang kau lakukan di sini ? " Ulang sang pangeran namun dengan nada yang mengintimidasi.

Tubuh jihoon kembali menegang saat di rasa sebuah pedang kembali tertodong ke arahnya, jihoon Ingin sekali berbicara namun lidahnya terasa kelu.

" Jawab ! " Teriak sang pengawal tegas.

" A-aku..aku H-hanya.."

Jihoon benci tubuhnya, kenapa sekarang ia merasa selemah ini, bahkan bibir nya sudah bergetar menahan tangis, isakan yang sedari tadi ia tahan kini mulai terdengar keras bersamaan dengan tangan mungilnya yang mengusap kasar air mata yang mengalir di pipi.

Ia menangis bahkan sesenggukan ?

Astaga ada apa dengan jihoon yang sekarang ? Kenapa ia mudah sekali menangis, ia seorang ksatria bahkan luka tusukan bukan apa-apa baginya, tapi kenapa sekarang hanya karena bentakan keras ia menangis bahkan sampai sesenggukan.

" Lee jihoon ? " Panggil soonyoung namun pemuda mungil itu masih setia menunduk bahkan isakannya terdengar semakin keras.

Mau tak mau sang putra mahkota akhirnya turun dari tunggangan kudanya menghampiri pemuda mungil yang masih setia bersimpuh di depannya.

Soonyoung berjongkok berniat melihat keadaan jihoon mengabaikan tatapan mata para rakyatnya.

" Lee jihoon," panggil soonyoung sekali lagi namun dengan nada yang di buat selembut mungkin.

Jihoon mendongak pelan hingga matanya kembali bertemu dengan manik kecoklatan milik pangeran, jihoon tidak melihat tatapan mengintimidasi atau tatapan kekesalan dari manik itu, ia hanya melihat tatapan lembut yang bersahabat.

Jari-jari soonyoung menyapu lembut pipi jihoon yang basah karena air mata, anehnya ia sama sekali tidak merasa kesal dan marah tatkala wajah jihoon tengah berhadapan dengan wajahnya.

" Tuan muda..!! "

Jihoon menoleh saat sebuah suara yang ia kenal memangil namanya, sontak ia berdiri megambaikan soonyoung yang menatap terkejut saat tiba-tiba jihoon berlarian menghamburkan dirinya ke pelukan sang pelayan.

" Jeonghan-ah aku takut,"

Pelukan itu kian mengerat terlebih lagi ketika jeonghan mengusap pelan pundak pemuda mungil itu.

" Tidak apa-apa tuan muda aku di sini," ucap jeonghan berusaha menenangkan tuan mudanya.

Jeonghan membungkuk sebisanya ketika melihat pangeran menatap ke arah mereka, selembut mungkin jeonghan melepaskan pelukan nya pada Jihoon lalu menggenggam tangan mungil itu untuk berjalan mengekorinya ke arah pangeran.

" Maafkan tuan muda saya Yang mulia, apa tuan saya menganggu perjalanan anda ? "

Soonyoung menggeleng lalu menatap pemuda mungil yang bersembunyi di balik tubuh tinggi jeonghan.

" Tidak, kami hanya tak sengaja berpapasan," jawab soonyoung datar.

" Kalo begitu izinkan kami pergi Yang mulia," Ucap jeonghan sembari membungkuk hormat sebelum ia kembali menarik tangan mungil jihoon untuk segera pergi dari sana.

Soonyoung menatap kepergian pemuda mungil itu, topi jubah yang awalnya menutupi kepalanya kini terlepas menampilkan rambut putih jihoon yang bergerak-gerak di terpa angin.

Sejak kapan surai kecoklatan jihoon berubah menjadi putih ? Apa jihoon mengubah warna rambut nya untuk menarik perhatian soonyoung ? Namun surai itu terlihat begitu lembut, mustahil jika jihoon mewarnai nya.

" Sudahlah pangeran, jihoon sudah pergi, kenapa kau masih terus menatapnya," Ujar seungcheol membuat soonyoung dengan segera mengalihkan pandangannya.

Seungcheol terkekeh.

" Kau bisa tenang Kwon soonyoung, jihoon benar-benar tidak mengingat mu sekarang, dia melupakan semuanya," lanjut seungcheol.

Ada sedikit rasa kesal di hati soonyoung mengetahui bahwa jihoon sama sekali tidak mengingat nya, namun semua ini adalah keinginan soonyoung, haruskah soonyoung bersyukur karena keinginan nya di kabulkan ?

" Kau benar dia sama sekali tidak mengingat ku," lirih soonyoung.

.

.

.

.

Next

My Queen is a Knight Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang