BAB 4 : MATA YANG SEPERTI SENJA, INDAH

9 2 0
                                    

HALOWW..

JANGAN LUPA VOMENT, BAGIKAN KE TEMAN KALIAN JUGA YAA.

4. MATA YANG SEPERTI SENJA, INDAH

"Dari ribuan mata yang kutemui. Sialnya, aku terjatuh pada mata indahmu."

Hari demi hari berlalu, dan acara HUT SMA GARUDA berjalan lancar. Hari ini adalah hari terakhir acara tersebut, dengan mengundang Majelis Ta'lim dan Shalawat Syubbanul Wathan. Majelis tersebut cukup terkenal dikalangan anak muda, dikarenakan kegantengan anggota hadrahnya ataupun dengan selipan lawak dari Khodimul Majelis tersebut.

Panggung sudah berdiri kokoh, sound system juga sudah berjejeran disana, tak lupa juga hiasan bunga yang sudah tertata rapi disana. Beberapa anggota OSIS nampak menata kabel serta camilan diatas panggung, agar nanti tim hadrah tersebut bisa langsung hadir.

Para siswa dan siswi sudah berdatangan dan memenuhi lapangan basket, banyak yang berdesak - desakan berebut tempat duduk didepan, padahal depan belakang sama saja, sama sama bisa mendengarkan suara dan masih kelihatan juga.

Tim Hadrah dari Majelis Ta'lim Riyadlul Mu'min sudah berada di Aula sekolah, Anin mengantarkan beberapa makanan yang baru saja ia beli untuk para tamu. Setelah membersihkan dan menata, sekalian ia mengantar makanan tersebut.

"Assalamualaikum, permisi."

"Waalaikumussalam." Seluruh orang disana kini menatap Anin yang masuk membawakan makanan.

"Silahkan nduk, masuk saja." Titah Pak Imron selaku Kepala Sekolah SMA GARUDA. Anin pun mengangguk, tanpa sengaja matanya menatap mata indah milik salah satu anggota hadrah tersebut.

'Mata yang indah'

Anin hanya menatap sekilas, Anin kembali menata makanan yang ia bawa tadi.

"Saya permisi, mau ngelanjutin tugas yang lain." Pamitnya, yang diperbolehkan oleh Pak Imron.

"Itu murid saya yang cukup pintar di SMA GARUDA ini, selain itu ia juga sopan dan juga sigap dalam menjalankan tugasnya." Tutur Pak Imron pada Gus Ali yang merupakan Khodimul Riyadlul Mu'min. Gus Ali mengangguk, "Beruntung ya pak, punya murid yang kaya gitu." Balasnya dengan senyumannya.

Setelah keluar dari Aula, Anin menangkap sosok Kevin yang tak begitu jauh darinya.

"KEVIN" Panggilnya dengan sedikit berteriak.

Lelaki itu menoleh, "Ada apa?" Tanyanya sembari mendekat.

"Sepulang sekolah, ditunggu Ibu dirumah. Katanya ada sesuatu." Beritahunya.

Lelaki itu menampilkan senyumannya, "Iya, nanti gue mampir. Lo sekalian bareng atau gimana?" Tawarnya, sekalian daripada jalan sendiri - sendiri, pikirnya.

Anin menolak ajakan tersebut, mengingat masih ada pekerjaan yang ga bisa ditinggal, jadi ia harus menyelesaikan terlebih dahulu.

"Tapi kan gue ga enak sama lo, masa gue kerumah lo, tapi lo-nya gaada." Memang, terkadang ada sisi sungkan jika ia bertamu kerumah temannya tapi disana tak terdapat dirinya.

"—Apa gue tunggu lo aja?"

"Tapi lama loh," Beritahunya, pasalnya ia juga tak menjanjikan jika akan pulang lebih cepat.

Hai, TuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang