BAB 5: PENAWAR LUKA YANG AMPUH

9 2 1
                                    

HAII PRENN, BAGAIMANA HARINYA?

SELAMAT MEMBACA

5. PENAWAR LUKA YANG AMPUH

'Sahabat yang patut disyukuri adalah sahabat yang mampu mengajak ke jalan kebaikan'

"Sya, nanti main yuk, daripada gue dirumah diem terus." Ajak Anin, kini dua gadis itu menyusuri koridor sekolah. Mereka hendak menuju perpustakaan guna mencari referensi tugas Bahasa Indonesia tentang membuat puisi.

"Main kemana?" Tanyanya, pasalnya tumben sekali temannya mengajaknya keluar.

Yang ditanya hanya mengendikkan bahunya saja, "gimana ikut aku aja?" Tawar Tasya.

"Kemana?"

"Majelisan."

Anin tampak berpikir sejenak, ia pun mengangguk menyetujuinya, "boleh, tapi cuma kita berdua?"

"Engga, nanti ada temen kok disana." Paparnya.

Informasi baru, bahwa Tasya memang sering mengikuti beberapa Majelis Ta'lim dan Shalawat, sehingga tidak kaget jika ia memiliki banyak teman diluar sana. Bahkan, ia juga punya teman dari luar kota, alasannya jika ia menghadiri acara diluar kota bisa punya teman untuk hadir yang berasal dari kota tersebut.

Anin pun mengiyakan ajakan temannya itu, daripada ia dirumah tak ada pekerjaan ya sebaiknya keluar rumah daripada suntuk.

Langkah mereka pun sampai di perpustakaan, mereka pun menyusuri setiap sudut perpustakaan mencari - cari referensi yang cocok sesuai tema yang mereka inginkan.

"Lo mau tema apa, Sya?"

"Apa yaa?" Tasya tampak berpikir, mereka memang belum menemukan idenya, siapa tau setelah menelusuri perpustakaan mereka mendapatkan ide.

Setelah beberapa menit mengelilingi perpustakaan, Anin sudah menemukan satu buku yang cukup menarik perhatiannya.

'Kisah Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Azzahra'

"Kalau gue unsur cerita gue kaya cerita ini boleh kali ya?" Monolognya, dibukanya setiap lembar buku tersebut dan membacanya.

Kisah dua insan itu cukup membuat Anin takjub, Ketika Fatimah lahir, Ali menghabiskan masa kecilnya bersama Fatimah. Itulah sebabnya Ali sudah sangat mengenal Fatimah karena tumbuh bersama sejak mereka berdua masih kanak-kanak.

Semenjak Fatimah tumbuh besar, Ali mengagumi putri Rasulullah tersebut. Cintanya semakin besar saat ia melihat Fatimah membalut luka sang ayah ketika selesai berperang.

Namun, ia tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkannya dan merasa masih terlalu muda untuk urusan percintaan. Selain itu, ia berasal dari keluarga miskin dan hidupnya hanya dihabiskan berdakwah di jalan Allah SWT.

Ia merasa tidak memiliki apa-apa, sehingga memilih memendam rasa cintanya kepada Fatimah.

Meski begitu, Ali bertekad akan melamar Fatimah. Namun, ia tetap tak pernah mengumbar perasaannya dan hanya menitipkan doa kepada Allah SWT atas rasa cintanya.

Saat sedang mengumpulkan modal dan keberanian untuk melamar Fatimah, tiba-tiba tersiar kabar bahwa Abu Bakar As-Shidiq melamar Fatimah. Ia adalah salah satu sahabat Rasul.

Namun, lamaran tersebut ternyata ditolak oleh Fatimah. Mendengar hal itu, Ali sangat gembira.

Tak lama kemudian, sahabat Rasul yang lain juga ingin melamar Fatimah. Ia adalah Umar bin Khattab. Ali merasa tak memiliki kesempatan karena Umar adalah sosok yang sangat taat beribadah.

Hai, TuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang