BAB 1 : ANIN DAN LUKANYA

27 3 0
                                    

HAIII APA KABAR? SEMOGA SEHAT SELALU YA.

UTAMAKAN VOTE DAN KOMEN YA GENGS, SILAHKAN DILANJUT SCROLLNYA.

BAB 1 : ANIN DAN LUKANYA

Hilangnya kasih sayang, karena keegoisan orang tua yang mementingkan diri mereka sendiri.

Gadis kecil dengan rambut kuncir dua itu, tengah asyik bermain boneka didepan rumahnya, ditemani oleh sang nenek. Berjejer mainannya dari masak - masakkan, hingga beberapa boneka yang ia jejer didekatnya.

"Lalalalala." Mulut mungil itu berdendang, menyanyi lagu yang ia hafal, sembari menyuapi boneka - bonekanya.

"Sekalian makan ya, nduk." Tawar Halimah, sang nenek. Anin menggeleng, "masih kenyang, Uti. Anin mau suapin anak - anak Anin dulu, habis itu Anin makan." Halimah hanya tersenyum celotehan cucunya itu. Tanpa sepengetahuan Anin, Halimah mengambilkan sedikit nasi dan lauk kesukaannya.

Anindiya Septiana Dewi, gadis berusia 5 tahun itu masih bergulat dengan 6 bonekanya yang ia jejer dengan rapi, ia nampak memberikan makan dengan hasil karya gadis kecil itu.

Ditengah asyiknya bermain, sebuah mobil warna merah berhenti didepan rumah dibarengi dengan Halimah keluar dari rumahnya. Anin berlari ke belakang tubuh neneknya itu. Seluruh penumpang itu turun dari mobil tersebut salah satunya Reno, ayah dari Anin. Tak lama nampak Reni sang Tante turun lebih akhir disana.

"TANTEEE." Panggil Anin dengan suara yang cukup besar, gadis itu berlari kearah sang Tante dari pihak ayahnya.

"Eeh, anak cantiknya Tante." Mereka berdua menghamburkan pelukannya.

"Ayo masuk - masuk," titah Halimah pada tamunya itu, "siapa bu?" Tanya Rahma —ibu Anin yang baru saja keluar dari dapur.

"Itu loh, ayahnya anakmu." Rahma mengangguk, dengan sigap wanita itu membuatkan hidangan untuk tamu - tamunya. Halimah dan orang tua ayah dari Anin berbincang - bincang layaknya tamu dan tuan rumah, sedangkan Anin berada didekat Reni dengan membawa beberapa soal.

Anin melihat beberapa soal itu dengan kebingungan, "ini buat belajar ya, Tante?" Reni mengangguk, "iya, Tante ajarin ya, nduk." Anin mengangguk.

Setelah beberapa menit belajar, Anin berdiam diri, bingung melakukan apalagi selain mendengar orang dewasa itu berbicara.

"Nduk, mbahmu kasih tau foto yang habis tampil drumband." Titahnya pada cucunya itu. Gadis itu berlari mencari fotonya, Anin sedari dulu memang selalu aktif dalam kegiatan apapun itu, dan memiliki sikap percaya diri jika tampil di depan khalayak umum.

Setelah menemukan fotonya, Anin kecil menyodorkan foto tersebut kepada mbahnya, sembari menceritakan kegiatannya. Selang beberapa menit, Rahma dan Hasan —Ayah Anin bertengkar ditempat yang tak jauh dimana Anin duduk.

Gadis kecil itu kaget, melihat sang Ayah memaki - maki ibunya. Rasanya sakit sekali hatinya melihat ibunya dimarahi, sebenarnya ia ingin memarahi Ayahnya, tetapi apalah daya ia terlalu kecil untuk membela Rahma, sang ibu.

Anin kecil pun berlari kekamarnya, menangis. Entah dadanya merasa sesak melihat pertengkaran kedua orang tuanya, memang dirinya masih kecil, tetapi ia sudah paham arti rasa tersebut.

Hai, TuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang