BAB 10 : RINDU YANG MEMINTA UNTUK DITUNTASKAN

26 0 0
                                    

HALOO PREN!!

SHARE KE TEMEN - TEMEN KALIAN JIKA MENURUT KALIAN CERITA INI MENARIK.

SPAM KOMEN DISINI YAA 👉👉

10. RINDU YANG MEMINTA UNTUK DITUNTASKAN

Beberapa bulan setelah lulus dari SMA GARUDA, Anin kini sudah bekerja di toko yang tak jauh dari rumahnya. Dengan kerja yang jadwalnya tak menentu, sehingga dirinya jarang sekali untuk ikut bersama teman - temannya menghadiri Majelis Shalawat.

Dan hari ini, ada jadwal rutinan di pondok dimana Syubbanul Wathon berasal. Mumpung Anin hari ini libur kerja, sehingga dirinya mampu menghadiri acara tersebut. Entah kenapa, gadis itu ingin sekali menghadiri sendirian tanpa bersama dengan keempat temannya.

Kondisi saat ini, disana sedang dilanda hujan yang cukup deras. Namun, karena kerinduannya dalam berkumpul dengan orang - orang shalih membuat Anin tetap berangkat ke markas besar itu.

Beberapa waktu lalu, Anin juga mendapatkan teman untuk menghadiri rutinan setiap malam jum'at, sehingga Anin tidak bingung mencari teman untuk sekedar mengobrol. Dan baru saja semalam, dirinya janjian untuk bertemu di markas sana.

Anin kini berjalan mencari keberadaan temannya, sembari mengotak atik ponsel yang tengah ia genggam. Sekali - kali ia melihat jalan, dan sekali - kali melihat ponselnya untuk mengirim pesan pada temannya itu.

"Mbak Anin." Suara yang cukup jauh itu mampu terdengar digendang telinga Anin.

Netranya mencari keberadaan yang memanggilnya tadi, dan akhirnya dua pasang mata itu saling bertaut. Dengan wajah sumringahnya, Anin menghampiri gadis yang tengah berdiri tepat tak jauh dari pangging, sepertinya ia baru saja mencarikan tempat untuk beberapa orang itu.

"Sandra?" Tanya Anin memastikan, sebab pernah temannta itu memberikannya foto tapi ia sedikit lupa dengan wajahnya.

Gadis yang bernama Sandra itu mengangguk, "iya mba, ayo cari yang lain. Gue juga ketemu temen baru lagi, loh." Beritahunya dengan antusias.

"Siapa namanya?"

"Fellyn anak Bekasi, sama Nisa anak Cilacap, satu kabupaten sama gue tapi beda kecamatan." Anin hanya mengangguk, mendengar penuturan teman barunya itu.

Dua gadis itu, berkeliling mencari temannya. Didepan sana terlihat warung yang nampak banyak pria yang tengah berkumpul, sungguh, Anin tak mau melewati warung tersebut.

"San, bisa cari jalan lain, ga?" Pinta Anin dengan menarik - narik lengan gamis milik Sandra. Gadis bermata bulat itu menatap Anin bingung, "kenapa, Nin? Bentar lagi sampai loh." Anin menggeleng.

"Malu, banyak cowok disana, cari jalan lain aja yuk."

"Malu kenapa?" Tanyanya penasaran, "kan bisa sekalian minta foto sama hadrahnya."

Anin menggeleng, ia lebih mementingkan rasa malunya daripada harus menjatuhkan harga dirinya untuk meminta foto dengan tim hadrah dari Syubbanul Wathan itu.

"Malu aja, masa kamu ga malu sih dilihatin banyak cowok yang nongkrong disana?" Tanyanya balik. "Lo ga malu jadi pusat perhatian mereka? Apalagi pikiran cowok itu biasanya liar, walaupun itu santri." Jelasnya. Sungguh, dirinya bingung harus menjelaskan bagaimana rincinya.

"Ya sudah, lo tunggu sini aja, ya. Atau lo mau ke warung itu, mumpung ada dua cewek disana." Sarannya, Anin mennyetujuinya. "Boleh, gue tunggu disana, ya."

Sandra berjalan mencari temannya yang katanya ada diparkiran belakang, sedangkan Anin kini duduk di warung yang menjual makanan ringan dan minuman sachet.

Hai, TuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang