15. Bad Night Bad Day.

4.4K 469 92
                                    

Desclaimer!
Jangan baca sambil makan. Pokoknya jangan!
.
.
.

"aaaa hiks hiks~"

lirih rengekan itu kembali membuat Jamal terbangun untuk kesekian kalinya. Dengan keadaan setengah sadar dan mata terpejam, Jamal meraba sisi sampingnya untuk mencari asal suara, begitu menyentuh sosok yang di carinya. tangan kokohnya bergerak untuk mengelus punggung kecil yang terasa hangat.

"Tidur ayo tidur," Jamal bergumam dengan suaranya yang berat khas bangun tidur. Bungsu Bu Aminah itu bahkan tidak mau repot-repot untuk membuka matanya untuk mengecek keadaan si bayi yang terisak lirih.

Davin semakin bergerak gelisah. Lirihan rintihannya kini berubah menjadi tangisan yang melengking.

"Haaaaa aaaaa~ "

bukaannya jadi tenang, Jamal justru mendapati tangisan bayi disampingnya itu jadi semakin keras dan membuat Jamal mendapatkan seratus persen kesadarannya.

"Sst.. sttt..." Jamal bangkit duduk dengan mengucek kedua matanya. Mulutnya menguap lebar. Tangannya bergerak untuk mengangkat tubuh kecil Davin kemudian memangkunya. Di sentuhnya leher dan dahi di bayi yang sudah membuat ia jadi sulit tidur malam ini. Suhu tubuhnya nya kembali naik.

Jamal menghela napas berat. Jujur sekarang kepala Jamal juga merasa pusing akibat tidurnya yang terganggu. Davin yang terkena demam membuat anak itu terus saja menangis dan akhirnya Jamal juga jadi ikut terbangun.

Lelaki itu beranjak berdiri dan mencoba menimang-nimang Davin agar anak itu bisa berhenti menangis dan kembali tertidur. Obsidiannya melirik jam, Jarum pendek alat penunjuk waktu itu masih menunjuk di angka tiga. Ini masih terlalu pagi.

"Aku ngantuk, Vin. Please, ndang turu sing anteng po'o," keluh Jamal pada balita yang masih terisak di gendongannya.

[Aku ngantuk, Vin. Please, kamu tidurnya yang tenang dong]

Mengurus Davin yang sakit, level frustasinya itu lebih tinggi dibandingkan stress tuntutan ngerjain tugas dari bosnya yang mepet deadline. Meski keduanya sama-sama terpaksa begadang. Setidaknya kalau Jamal ngerjain pekerjaannya, jamal masih bisa santai sejenak buat istirahatin badannya sambil minum kopi. Kalau ngurus Davin yang sakit begini, yang terjadi adalah Jamal yang bener-bener full dibuat repot, sumpek denger tangisan 24/7, harus gendong sambil berdiri buat mengayun-ayunkan Davin. Belum lagi apa yang jamal lakuin selalu serba salah di mata Davin.

Tapi Jamal juga sebenarnya merasa kasihan sama Davin. Baru saja tadi sebelum tidur bayi di gendongannya tadi minun obat penurun demam, masa sekarang mau di jejali obat lagi.

Lelaki pemilik lesung pipi itu belum sempat membeli plaster penurun demam tadi. Ia juga sudah mencoba mengompres bayi pungutannya dengan kain basah namun bayi itu selalu membuang kain basah yang menyentuh dahinya.

Cukup lama Jamal menimang-nimang Davin dalam gendongannya tapi balita itu masih saja tidak mau tenang dan terus saja menangis terisak-isak.

Jamal benar-benar sudah mengantuk berat, akhirnya lelaki bongsor itu mencoba googling. Mencari informasi untuk bisa menurunkan demam pada anak orang selain dengan minum obat.

Skin to skin.

Jamal baca lagi isi artikel tersebut. Disana tertulis manfaat skin to skin bisa menetralkan suhu tubuh bayi yang demam, mampu membuat bayi jadi relaks dan masih banyak manfaat lainnya.

"Apa bisa? Tapi kan aku bukan bapaknya?" Gumam Jamal sambil lihatin Davin. Ia sedikit melempar hapenya ke kasur. "coba dulu deh. Ntar kalau gak berhasil kita ganggu Bu aminah biar bangun ngurusin si bogel."

Anak TitipanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang