Teror Malam

31 22 4
                                    

Ali, Crystal, dan Pak Darma tiba di puncak gunung setelah perjalanan yang mencekam melalui hutan lebat dan cuaca yang tak menentu.

Malam tiba dan menyelimuti puncak gunung dengan kegelapan. Angin dingin menerpa saat pertama kali mereka menginjakkan kaki di atas gunung yang sepi.

Saat mereka mulai berjalan, Ali merasa ada mata gaib yang memperhatikan mereka meskipun ia tak bisa melihat apa pun di dalam kegelapan yang membingungkan.

Dalam sorotan cahaya bulan yang pucat, tiba-tiba bayangan-bayangan aneh muncul di balik pepohonan, juga terdengar suara-suara bisikan yang tak jelas, seolah-olah entitas gaib mengelilingi mereka.

"Apakah kita benar-benar sendirian di sini?" tanya Ali panik. Pasalnya, bulu kuduknya berdiri.

"Aku merasa ada sesuatu yang tidak beres," sahut Crystal. Ia merasa ada sesuatu yang tak beres. Ia pun menoleh ke arah Pak Darma, mencari petunjuk dari ahli spiritual tersebut. "Pak, apa yang bisa Anda katakan tentang tempat ini?"

Pak Darma yang memiliki pengetahuan akan dunia gaib pun memeriksa lingkungan dengan sangat hati-hati. "Ada energi gaib yang sangat kuat di tempat ini," ucapnya dengan suara bergetar.

Tak lama kemudian, suasana malam makin mencekam. Cahaya bulan hanya menerangi daerah tertentu, menciptakan bayangan gelap yang menggeram di setiap sudut hutan lebat. Ali, Crystal, dan Pak Darma bergerak dengan hati-hati. Setiap langkah mereka diiringi suara dedaunan kering dan dahan yang terinjak.

Ketika mereka berjalan melewati pohon-pohon yang berjajar, entitas gaib mulai muncul dengan penampakan yang menegangkan. Bayangan-bayangan ini bergerak tak teratur di sekeliling mereka, seperti roh yang tak bisa tenang. Suara-suara bisikan yang mengerikan menciptakan atmosfer yang makin mencekam.

Ali merasakan sensasi dingin yang menusuk tulang di tengkuknya. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya mereka hadapi, tetapi ia tahu bahwa mereka berada di tengah-tengah sesuatu yang sangat ganjil dan mengganggu.

Crystal yang sebelumnya mulai merasa tidak nyaman, kini merasa begitu terancam. Wajahnya pucat dan matanya terus mencari penjelasan di dalam kegelapan.

Pak Darma mencoba untuk berkomunikasi dengan entitas gaib di sana, mencari tahu apakah mereka dapat bernegosiasi dengan roh-roh ini atau sebaliknya. Namun, suara-suara gaib ini makin intens dan teror malam makin mendalam. Dalam kegelapan itu, mereka merasa seperti ada sesuatu yang ingin mereka sampaikan.

Ali memimpin dengan tetap tenang. "Mari kita lanjutkan! Kita harus menemukan Dewi Selene. Tidak ada yang bisa menghalangi kita."

Mereka bergerak maju dengan hati-hati, memasuki teror malam yang makin mencekam, bersiap menghadapi semua yang mungkin mengintai di kegelapan tersebut.

Ali menatap ke atas pohon, di mana ia melihat sosok menyerupai wanita yang mengenakan gaun putih. Mahluk itu melambai-lambai dengan gerakan yang tidak manusiawi dan senyuman yang menakutkan terpampang jelas di wajah pucatnya. Ali merasa getir saat mata wanita itu menatapnya dan ia menyadari bahwa mereka berhadapan dengan mahluk astral yang tidak terlihat oleh mata manusia biasa.

Meskipun sensasi horor menghampiri, Ali mencoba untuk tetap tenang. Ia merasa harus berkomunikasi dengan mahluk ini. Dengan suara tegas ia berkata, "Kita tidak ingin mengganggumu. Kita sedang mencari Dewi Selene. Bolehkah kami melanjutkan perjalanan kami?"

Wanita astral itu masih tersenyum dengan cara yang sama, tanpa sepatah kata pun. Ali, Crystal, dan Pak Darma merasa tertegun, tak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya. Suasana yang mencekam makin intens dan mereka harus melanjutkan perjalanan.

Dalam sekejap, tiba-tiba muncul di hadapan mereka seorang wanita tua. Penampilannya yang tak terduga membuat Ali dan Crystal terloncat kaget, merasa seolah-olah ia telah datang dari bayangan. Wanita tua itu memakai baju kebaya lusuh, terlihat bongkok, dan memiliki wajah keriput dengan mata yang tajam.

Project Astral Reborn [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang