Denting jam bergetar memekak telinga, tiap kali jam menunjukkan pukul dua belas malam akan berbunyi sedemikian rupa sebagai penanda dini hari telah tiba. Derbvaro masih asyik dengan lembaran kertas yang penuh dengan coretan, berhamburan di atas meja belajarnya.
Derbvaro, lelaki jenius yang telah memasuki semester akhir untuk sekolah tingkat menengah atas. Dia bersekolah di sekolahan yang amat terkenal dan telah berumur ratusan tahun lamanya. Sekolahan yang memang khusus untuk anak-anak jenius dan berprestasi tinggi.
Cahaya yang tak begitu terang, cukup untuk menyinari setiap lembar coretannya. Kertas jadwal menempel tepat di depan matanya agar tak lengah dengan apa yang harus dikerjakannya. Besok hari ada ulangan harian dan praktik ilmiah dari kelas Mr. Eyurdu. Derbvaro sangat suka dengan alam dan segala penelitian yang menyajikan fakta-fakta menarik yang ada di muka bumi ini.
"Derbvaro, kamu belum tidur?" Ketukan pintu membuat Derbvaro terenyuh, dilihatnya jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan lalu dia bergegas berlari menuju pintu kamarnya.
"Ma, Derbvaro lagi belajar. Sebentar lagi ya!" pinta Derbvaro.
"Sayang, ini sudah tengah malam. Sekarang, kamu tidur! Nanti kesiangan besok ke sekolah."
"Tapi, Ma. Nanggung."
"Ya sudah, Mama kasih kamu waktu sepuluh menit lagi, setelahnya kamu harus tidur. Oke!"
"Siap. Good night, Ma." Derbvaro mengecup pipi mamanya.
"Good night too, Derbvaro."
Pintu kamar kembali tertutup. Derbvaro melanjutkan aktivitasnya yang telah terhenti beberapa menit. Dia menepati janjinya, sepuluh menit kemudian dia membereskan semua buku-buku dan alat tulisnya, merapikan ke tempat semula masing-masing benda.
Bruk...
Sebuah buku jatuh ke lantai. Derbvaro dengan cepat meraih buku tersebut, dia pun tersenyum saat nampak cover buku yang mengingatkannya pada beberapa tahun yang telah berlalu.
"Ini kan buku tentang penyihir, kayaknya seru kalau aku baca lagi," gumamnya sembari menatap pada buku yang sedang dia pegang saat ini.
Derbvaro naik ke ranjangnya, dibenamkannya setengah badannya dari kaki ke dalam selimut.
"Baca bentar boleh lah."
Dia membuka halaman pertama dari buku tersebut, sebuah buku yang mengangkat tema dunia penyihir sudah berulang kali selesai dibaca olehnya, buku tersebut mempunyai daya tarik yang kuat baginya hingga mampu membawanya masuk ke dalam cerita tersebut.
Tidak terasa, jam berputar jauh meninggalkan Derbvaro. Harusnya dia sudah tidur beberapa jam yang lalu namun dia masih asyik dengan bacaannya. Larut jauh hingga rasa kantuk pun tak dirasa lagi olehnya.
"Pasti seru kalau punya kekuatan gitu? Argh. Ga ada bosan-bosannya sama buku yang satu ini."
"Astaga, sudah jam dua pagi." Derdvaro baru saja menyadarinya, jikalau dia telah terlampau waktu tidurnya. Langsung saja dia mematikan lampu tidurnya lalu bergegas memejamkan mata.
"Ma, Aku berangkat!" teriak Derdvaro setelah menyantap sarapannya.
Derbvaro masuk ke mobil. Duduk di jok belakang lalu mengeluarkan laptopnya. "Pak, nanti ke toko buku bentar ya!" titahnya pada sopirnya.
"Siap, Tuan."
Derbvaro begitu fokus dengan layar laptopnya. Jemarinya dengan gesit menekan setiap keyboard yang tersusun acak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twelve XII
FantasiaDerbvaro bersekolah di salah satu sekolahan menengah atas yang teramat terkenal dengan murid-muridnya yang jenius. Kecintaannya dengan buku cerita yang mengangkat cerita dunia fantasi yang berkaitan dengan magic sangatlah dia gemari hingga sampai se...