2) Pesaing Baru

12 3 0
                                    


Semua murid sudah berada di dalam ruangan kelas. Duduk rapi menatap papan tulis yang berada di depan mereka. Sebuah soal essay sudah terpampang nyata pada papan tulis. Mr. Eyudru, memerhatikan para muridnya yang tengah fokus, murid yang mempunyai kejeniusan di atas rata-rata memang sudah tak perlu diuji, namun Mr. Eyudru tetap saja ingin mengasah kemampuan nalar mereka. Tugas yang diberikannya tak ada di dalam buku paket namun berada di akal pikiran saja.

Mr. Eyudru, menatap ke arah Derbvaro dan Guezel yang menjadi murid andalannya. Derbvaro nampak memutar-mutar penanya, berpikir dengan matang sebelum mencoretkan jawaban pada kertasnya.

Albert yang menjadi murid baru itu juga ikut andil dalam mengerjakan tugas essay yang menguras ketelitian berpikir ini.

“Albert, kamu sudah selesai?” tanya Mr. Eyudru pada Albert yang diperhatikannya telah santai.

Seketika semua mata tertuju ke arah Albert.

“Sudah, Mr.”

“Kemari! Bawa kertas jawabanmu!” titah Mr. Eyudru pada Albert.

Derbvaro tak memberikan tanggapan apapun. Guezel tersenyum pada Albert sembari memberikan apresiasi. Sedangkan murid yang lainnya terkaget, di benak mereka bahwa ada saingan baru bagi Derbvaro dan juga Guezel yang menjadi tingkat jenius terkuat di sekolah mereka.

Albert maju ke depan, berdiri tepat di depan meja Mr. Eyudru dan dia menyerahkan kertas jawabannya. Mr. Eyudru membaca dengan saksama jawaban dari Albert lalu dia tersneyum simpul. “Oke, awal yang bagus, Albert. Silakan duduk kembali!”

Tepuk tangan meriah memyoraki Albert, kecuali Derbvaro yang masih fokus dengan kertasnya.

“Gila, keren banget,” ujar Guezel pada Albert.

“Kamu jauh lebih keren dari aku, Guezel.”

Derbvaro yang duduk berdekatan dengan Guezel itu mendengar perbincangan antra keduanya. Derbvaro berdiri dari kursinya lalu melangkah ke depan dengan membawa kertas jawabannya.

“Derbvaro. Sulit kah? Kamu habiskan waktu hampir lima belas menit untuk dua soal.”

“Pertanyaan Mr penuh dengan jebakan.”

“Hahaha. Kamu bisa aja, Derbvaro. Oke, bagus! Silakan duduk!”

Derbvaro kembali duduk pada kursinya. Sedikit melirik pada Guezel yang masih sibuk dengan kertas jawabannya. Derbvaro berinsting tinggi, jarinya mulai menerka waktu bagi Guezel yang pastinya sebentar lagi maju ke depan.

‘Satu... Dua... Tiga....’

Tepat sekali, Guezel bangkit dari kursinya. Maju ke depan membawa kertas jawabannya. Derbvaro tersenyum puas, hitungannya tak pernah melesat.

“Oke semuanya. Saya sudah lihat semua jawaban dari kalian. Off cuorse, kalian jenius! Tepuk tangan untuk kalian semua!”

Kelas riuh dengan suara tepuk tangan.

“Kalian punya jawaban yang berbeda-beda sesuai pola pikir kalian. Tapi, ada beberapa jawaban yang bagi saya, ya mungkin yang sangat-sangat tepat. Bahkan bisa dikatakan melebihi ekspektasi saya yang telah membuat soal,” ucap Mr. Eyudru.

“Sepertinya tanpa saya beritahu kalian sudah tahu kan ya siapa?”

“Yes, Mr,” jawab murid serempak, semua mata tertuju pada Derbvaro dan juga Guezel.

“Yaps, tentunya Derbvaro bersama Guezel. Tapi, sepertinya kita dapat member baru yang menjadi terdepan, Albert.” Suara tepuk tangan kembali riuh mengisi kelas.

Guezel dan yang lainnya memberikan selamat pada Albert saat istirahat telah tiba. Sedangkan Derbvaro memilih untuk keluar dari kelas dan pergi ke ruangan kesukaannya, perpustakaan sekolah. Perpustakaan adalah teman terbaiknya, surga bagi Derbvaro.

Derbvaro berjalan mengitari setiap lorong rak buku perpustakaan yang tersusun dengan rapinya. Perpustakaan yang telah berumur ratusan tahun ini menyimpan berbagai macam buku dari berbagai belahan dunia. Bukan hanya tentang buku ilmu pengetahuan, buku dongeng serta dunia fiksi juga banyak tersedia di perpustakaan ini.

Setelah mendapatkan buku yang menarik perhatiannya, Derbvaro duduk bersandar di tembok mengahadap rak buku paling pojok, Menyendiri. Hari ini perpus nampak sepi, berbeda dengan hari biasanya yang penuh dengan para murid di berbagai kelas yang juga senang membaca. Derbvaro membuka buku yang baru saja dia ambil dari rak lalu dia membacanya.

Saat bola matanya fokus menatap tiap tulisan yang ada pada buku itu, entah mengapa matanya terasa baru saja melihat cahaya yang memancar ke arahnya yang berasal dari salah satu buku yang berjejer di dalam rak buku yang ada di hadapannya.

“Cahaya apa itu?” gumamnya menatap lekat pada sumber cahaya yang telah hilang itu.

Dia pun memutuskan untuk bangkit dan mengeceknya. “Rasanya berasal dari sini?” gumamnya lagi.

Sebuah buku yang sangat usang penuh debu menarik penglihatannya, perlahan Derbvaro menarik buku tersebut dari rak.

“Derbvaro!” seru seseorang yang membuat tangan Derbvaro terhenti dari menarik buku usang tersebut.

“Iya,” jawab Derbvaro.

“Di sini kamu rupanya.”

“Ada apa, Lex?” tanya Derbvaro.

“Kamu dipanggil Mr. Eyudru. Disuruh ke ruangannya!” ujar Alex memberitahu.

“Makasih,” jawab Derbvaro lalu menaruh buku yang tadi dia baca ke rak.

Derbvaro pun meninggalkan Alex yang telah memberitahunya itu, beranjak dari perpustakaan menuju ruangan Mr. Eyudru.

Tok... Tok... Tok...

“Permisi,” ucapan Derbvaro yang telah sampai ke ruangan Mr. Eyudru.

“Masuk, Derbvaro!”

Di dalam ruangan Mr. Eyudru sudah ada Guezel dan juga Albert. Derbvaro mengira hanya dia yang dipanggil Mr. Eyudru, ternyata ada Albert dan Guezel juga.

“Duduk!”

Derbvaro pun duduk.

“Oke, sekarang sudah lengkap. Saya hanya ingin memberitahukan sesuatu pada kalian karna kalian adalah orang terpilih untuk hal ini.”

Derbvaro mengangkat tangannya.

“Iya, Derbvaro. Silakan!”

“Maaf, Mr. Sebenarnya ini ada apa?”

“Oke, Derbvaro. Jadi begini, saya akan memberikan tugas pada kalian berdua. Beberapa hari ke depan saya tidak hadir ke sekolah ini karna ada suatu penelitian yang harus saya selesaikan. Jadi, kamu sama Guezel saya minta untuk menghandle perpustakaan dan laboratorium selama saya tidak ada.”

Kali ini Guezel yang mengangkat tangannya.

“Iya, Guezel. Silakan!”

“Kalau boleh tahu, Mr. Berapa lama tidak ke sekolah?”

“Mungkin sekitar satu pekan sampai dua pekan, karna ini suatu tugas penelitian yang memang memakan waktu yang lumayan lama.”

“Baik, Mr,” jawab Derbvaro bersamaan dengan Guezel.

“Terus, Albert ngapain?” tanya Derbvaro tiba-tiba.

“Enggak ada apa-apa, tadi saya ada urusan dengan Albert jadi sekalian saja saya panggil kalian juga.”

Derbvaro mengangguk paham.

‘Berarti yang bertugas cuman aku sama Guezel kan? Baguslah kalau gitu,’ batin Derbvaro senang.

“Baiklah, mungkin itu saja dari saya. Terima kasih dan silakan kembali melanjutkan waktu istirahat kalian!”

Mereka bertiga keluar dari ruangan Mr. Eyudru.

“Der, ini jadwal tugas perpus sama lab,” ujar Guezel memberitahu, dia memperlihatkan buku catatan pada Derbvaro.

Derbvaro membuka cepat tiap lembaran yang bertuliskan semua tugas yang harus dilakukan lalu mengembalikannya pada Guezel.

“Oke, nanti kita diskusikan untuk pembagian tugas kita berdua.”

“Kapan?”

Derbvaro berpikir.

“Gimana pas pulang aja, di toko kamu, Guezel?” Albert memberikan usulan.

“Nah ide bagus, gimana, Der?” Guezel bertanya lagi.

“Aku setuju. Pulang sekolah kita bareng lagi sekalian ke tokomu.”

“Oke.”

Twelve XIITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang