Apa boleh, gadis kecil seperti Jihan mempunyai harapan yang tinggi jangkauan? Si lugu itu punya banyak impian, terlepas dari banyaknya kisah menyedihkan.
Bullying? Hinaan? Cemoohan? Diskriminasi? Dan apalah itu semacamnya. Semua sudah Jihan temui s...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ayah, jangan terlalu sering berjalan, lukanya pasti belum kering." Jihan sangat khawatir dengan kondisi sang ayah. Pasalnya, luka yang tersiram air panas waktu kecelakan kemarin belum kering semua, tapi ayahnya sudah tak sabar untuk berjalan.
"Tidak apa. Ini sudah lebih baik dari kemarin. Kemari, Ayah ajari mengerjakan PR nya. Eh, tapi lupa, kan lebih pintar Jihan." Sang Ayah tiba-tiba tertawa, membuat Jihan dan Ibunya turut tertawa mendengarnya. Benar, ayah dan ibu Jihan memang bukan orang berpendidikan, bahkan hanya lulusan SD. Maka Jihan harus berusaha keras untuk belajar sendiri. Seandainya kakaknya dirumah, pasti ada yang mengajari, sayangnya, sang kakak hanya pulang ketika cuti saja, itupun hanya satu tahun sekali. Bahkan kadang dua tahun sekali.
Kakak Jihan, Irsyad, dia bekerja di luar negeri. Yang kata orang, di luar negeri itu bayarannya banyak, ya memang betul, tapi rasa kesepian akan mendominasi, sebab dia jauh dari keluarga. Itu yang selama ini Irsyad rasakan sejak Jihan masih balita.
***
Masih di bulan Agustus.
Kemarin lomba paduan suara dan geguritan berjalan lumayan lancar bagi Jihan, walau dalam keadaan sakit gigi parah, Jihan tetap melakukannya, ia tidak ingin membuat orang tua dan guru-gurunya kecewa. Ia juga menyembunyikan sakit giginya dihadapan para guru, supaya tetap bisa ikut lomba.
Padahal waktu berlatih dengan Arka sebelumnya, Jihan kesakitan, sampai menangis tak karuan di dalam kamar. Lalu besoknya, sakitnya bertambah luar biasa parah. Dan selama latihan, Jihan juga meminum obat sakit gigi, namun bukannya mereda, justru memperparah sakitnya, jadi harus ia tahan sakitnya itu ketika hari lomba, ia tetap mengatakan bahwa semua berjalan lancar di hadapan mereka. Baru setelah pulang lomba ia kembali menangis kencang karena sakitnya sudah tidak bisa ditahan lagi.
Ayah sudah mengantarnya lagi ke dokter gigi yang berbeda, diberi obat, akhirnya sembuh dalam beberapa hari. Ternyata gigi Jihan berlubang kanan dan kiri. Dokter menyarankan untuk segera mencabut saja. Namun Jihan tak mau, dia takut dicabut, takut jarum suntik juga, berakhirlah hanya diberi obat saja.
Besok lusanya, Jihan lomba voli, bersama Riana, Widia, dan Ima. Iya, empat orang dalam satu grup. Jihan mengesampingkan sikap Riana yang jelas tak enak padanya. Mereka satu grup, kalau tidak kompak, maka belum mulai pertandingan saja sudah terlihat kekalahannya.
Jihan selalu bersemangat jika tentang voli. Sampai akhirnya grup mereka menang, masuk final, dan berlanjut ke tingkat Kabupaten. Walaupun di tingkat Kabupaten grup Jihan kalah, namun guru pelatihnya mengatakan bahwa itu adalah pencapaian yang sudah sangat bagus sekali. Jihan senang. Dapat seragam olah raga baru pula!
***
Banyak lomba, seperti biasa, setiap sekolah pasti ikut berpartisipasi, termasuk sekolah Jihan. Arka mengatakan untuk tak memaksakan diri, tapi Jihan si keras kepala tak mau mendengar perkataan Arka. Gadis itu kelewat semangat.