'Cheat on me ? Then be ready for the consequences.'Chika beruntung karena kebetulan guru mata pelajaran pertama nya tidak ada karena sakit. Jadi, dia tidak dihukum karena telat.
Chika menghembuskan nafasnya lega.
"Yo, Met. Ke mana aja lo ?" Ucap Zee teman sekelasnya sekaligus sahabat nya.
Chika menghela nafasnya.
"Kenapa sih lo pada nanyain gue ke mana ? Cape gue." Balasnya.
Zee tercengang.
"What ?! Demi apa lo ngomong pake Lo-Gue ?"
Chika diam sejenak sambil mencerna maksud di sebalik kalimat Zee barusan. Setelah itu, dia menutup mulutnya dengan telapak tangannya.
"Nada bicara lo juga agak kasar gitu, Chik ?" Tambah Zee.
Chika mengangguk setuju.
Tiba tiba ada seseorang yang menarik lengan Chika.
Shani.
Shani menarik Chika dan membawa nya keluar dari kelas.
"Lo tuh jadi orang nyusahin banget ! Lo menghilang tanpa jejak dan gue yang selalu di tanya sama ortu lo tentang keadaan dan keberadaan lo ! Lo ke mana aja ?!"
Chika menaikkan satu alisnya.
"Menghilang ? Ga kok orang aku di rumah aja seharian, Ci." Jawabnya.
"Seharian ?! LO GA ADA KABAR UDAH LEBIH DARI SEMINGGU, CHIKA ! ORTU LO BERISIK KARNA KHAWATIR !"
Chika terkejut mendengar itu. Seminggu kata nya ?
"Seminggu ? Ga mungkin, ci. Aku masih inget semalam aku minum-"
Ucapan Chika terhenti karena dia baru teringat bahwa dia sudah meminum cecair yang diberikan oleh Sisca.
Dia sekarang mengerti, hal yang membuatkan Chika merasa berbeda adalah karena cecair yang diminum nya semalam. Ralat, seminggu yang lalu.
Chika berdehem dan mencoba untuk bersikap biasa aja.
"Yaudah, nanti aku kabarin ke papi mami aku."
Setelah itu, Chika berbalik badan dan dengan cepat Shani menahan lengan Chika yang hendak pergi meninggalkan nya.
"Mau ke mana lo ?" Tanya Shani.
Chika menunjuk ke arah kelasnya.
"Ga boleh. Lo belum minta maaf. Lo harus gue hukum karena udah nyusahin gue."
"Minta maaf ? Emang gue ada salah ama lo, ci ?"
'Lo-gue ?'-batin Shani.
"Udah berani ya lo sekarang ?" Balas Shani.
Chika terkekeh.
"Harus banget gue takut sama lo ?"
Shani menggeram dan menampar Chika.
Chika terkekeh lagi.
"Ga asik lo main tangan." Ucap Chika.
Shani mengangkat tangan nya hendak menampar Chika lagi namun kali ini berhasil ditahan oleh Chika.
Chika menggenggam lengan Shani dengan kuat dan erat membuatkan Shani meringis kesakitan.
"Mulai sekarang, gue bukan babu lo lagi. Gue mau lo perlakukan gue selayaknya seorang pacar."
Shani tertawa sarkas.
"Kalo gue ga mau ?" Tanya Shani.
"Lo ga punya pilihan lain, Shan. Lo harus perlakukan gue selayaknya seorang pacar. Harus."