[11] Majelis!

536 56 13
                                    

***

"7 tahun yang lalu?"

Silmi mengangguk membenarkan. "Kenapa?" tanyanya heran melihat raut wajah Azlan yang nampak memucat.

"Gapapa, kalau gitu semangat! Saya ke kelas duluan." Pamit Azlan seraya menundukkan pandangan. Silmi juga melakukan hal yang sama, ia mengangguk pelan meskipun arah pandangnya kebawah. Sadar, mereka terlalu banyak mengobrol dan sebenarnya itu tidak terlalu baik.

Selepas kepergian Azlan, barulah Silmi mengangkat pandangan. Ia menatap punggung Azlan yang perlahan-lahan menghilang. Entah mengapa rasa lelah yang sempat ia rasakan tadi juga perlahan-lahan menghilang begitu saja.

Tangan kirinya terangkat mengelus pelan bekas jahitan di keningnya, "sebelum kecelakaan dulu, ada kenangan apa, yaa?"

***

"Apa yang kalau diiket bisa jalan?"

Akhyar dengan wajah polosnya mengerutkan kening bingung. Pertanyaan yang diajukan Afnan membuatnya berpikir keras.

"Apa, yaa?" gumamnya.

"Pocong!" Jawab Fitrah semangat.

Randi menggeleng cepat, "bukan-bukan, pasti buras!"

"Haha, bukan." Tawa Afnan menertawakan jawaban pemuda pendek itu. "Emang buras punya kaki?"

"Iya, yaa.."

"Gue tau, gue tau!!" Seru Agung. "Pasti dasi."

Azlan mendelik kesal, "kok dasi?"

"Kan kalau udah diiket dileher, abis itu orangnya jalan, dasinya ikut jalan." Jelas Agung membuat pemuda yang lain loading.

"Ah, sotoy lo. Salah, jawaban lo salah!" Hardik Afnan setelah beberapa detik terdiam.

"Yaudah deh, kita nyerah! Emang apa jawabannya?" tanya Sandy tak sabaran.

Afnan tersenyum licik, "sepatu."

"Hah?"

Semuanya melongo tak menyangka. Kemudian mereka mulai berpikir keras tentang sesuatu yang diikat maka akan berjalan. Masuk akal juga!

"Haha, ngelag'kan lo pada!"

Yang lainnya menyengir kuda, tidak menyangka jawabannya begitu mudah.

"Gue lagi." Seru Azlan. "Pohon apa yang paling jauh?"

"Pohon kaktus." Jawab Randi.

"Salah!"

"Pohon beringin?" jawab Afnan ragu-ragu.

"Salah!"

"Pohon teratai..." Sandy mengeluarkan pendapatnya.

"Itu bunga, geblek!" Hardik Azlan.

"Saya capek mikirnya, nyerah deh." Pasrah Akhyar dan yang lain mengangguk menyetujui.

"Yaudah, jawabannya, pohon jarak."

Surat Takdir Dari Tuhan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang