Nadia memasuki ruang kelas dan menghempaskan badannya di bangku yang berada di deretan belakang. Ia memang sengaja memilih duduk disana, ia malas menjadi pusat perhatian kalau duduk dibangku depan.Walau nyatanya, tidak ada yang peduli dengan apa yang dilakukannya. Semua anak dikelas sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.
Ia mengumpulkan kembali semangat yang ia miliki. Karena sejujurnya energinya habis karena drama pagi ini.
"Mukamu kenapa kok lesu gitu?" tanya Zia yang duduk di sebelah nya.
"Hari sial memang gak ada di kalender ya" ucap Nadia
"Lah kenapa?"
"Aku tadi salah masuk angkot!"
"Hahaha kenapa bisa?"
"Karena tadi ada orang aneh yang gangguin aku di halte. Terus ada angkot berhenti yaudah aku langsung masuk aja"
"Semoga jodoh deh" Ucap Zia sekenanya. Nadia mengumpati ucapan teman sekelasnya itu.
Nadia tidak mempunyai banyak teman dikelasnya. Hanya Zia teman yang dimilikinya. Ia mengenal Zia saat mereka berada di kelompok yang sama ketika ospek fakultas.
Perempuan yang bernama lengkap Nadia Widyanti itu susah sekali untuk beradaptasi di lingkungan baru, maklum ia masih berstatus mahasiswa baru. Belum banyak yang dikenalnya, mereka semua masih tampak asing di mata Nadia. Semua perlu waktu.
"Kamu tadi liat banyak bendera gak di depan gerbang? " Zia membuka obrolan
"Engga" jawab Nadia jujur, karena ketika perjalanan menuju kampus, ia sama sekali tidak memperdulikan lingkungan sekitar.
"Kok engga sih?"
"Gak penting"
Zia menyentil dahi Nadia dengan sadis membuat temannya itu meringis kesakitan. Nadia mengusap lembut dahinya sedangkan sipelaku tidak merasa bersalah atas ulahnya.
"Organisasi kampus lagi buka pendaftaran buat maba-maba kayak kita yang mau join" Jelas Zia
"Kamu mau masuk organisasi yang mana, Nad?
"Aku gak tertarik"
Sebagai manusia introvert, berada didalam keramaian adalah hal yang paling melelahkan. Energinya akan terkuras habis jika berada ditempat seperti itu, apalagi bertemu dengan orang-orang yang tidak membuatnya nyaman, energinya akan otomatis tersedot habis begitu saja.
"Masa kuliahmu bakalan datar aja kalau cuma jadi kupu-kupu. Jadi kura-kura kek biar keren, banyak teman, siapa tau ketemu jodoh" ocehan Zia berhenti, ketika dosen matakuliah komunikasi organisasi masuk.
Syukurlah, Nadia tidak harus mendengarkan ocehan perempuan yang ada disebelahnya itu. Terimakasih telah menyelamatkan gendang telinganya dari suara cempreng milik Zia!
***
Menurut Nadia hari ini, waktu berjalan sangat lambat. Energinya benar-benar habis. Ia butuh istirahat. Hari ini sangat melelahkan baginya.
Setelah melewati jalanan yang padat, akhirnya gadis itu sampai ditempat favoritnya, yaitu kos tercinta. Ia memang ngekos di tempat ini bersama temannya yang bernama Kiska Rahayu. Mereka tidak sengaja dipasangkan menjadi teman sekamar, dan kebetulan lainnya mereka satu daerah. Jadi tidak terlalu sulit bagi Nadia untuk beradaptasi dengan Kiska yang akan menghabiskan hari-hari secara bersama selama masa kuliah.
"Kamu kenapa? Kok keliatan capek banget?" tegur Kiska ketika melihat Nadia merebahkan badannya dikasur.
"Sial betul aku hari ini" jawab Nadia dengan nada malas. Perempuan itu mulai memejamkan matanya.
"Lah kenapa? Ceritain dulu woy!" ucap Kiska penasaran, dengan malas, Nadia membenarkan posisinya menjadi duduk dan kemudian menceritakan apa yang sudah dialaminya tadi pagi. Kiska mendengarkan dengan serius cerita temannya tersebut.
"Astaga Nadia, lucu banget ceritamu" ucap Kiska sambil tertawa
"Semoga aja aku gak ketemu lagi sama manusia aneh itu lagi"
"Uda gausah kesel, anggap aja itu fans kamu"
"Mana ada fans yang ngasi bungkus permen, dimana-dimana tuh ngasihnya coklat, bunga atau apa kek yang normal dikit" sahut Nadia kesal.
"Ya anggap aja, fans kamu yang ini gak normal, makanya ngasihnya bungkus permen. Oh atau mungkin kamu mirip pemulung, makanya dikasih sampah"
Nadia pun melemparkan guling yang ada di sebelahnya ke arah Kiska, gadis itu tertawa puas karena telah membuat Nadia kesal.
"Semoga aja aku gak ketemu sama orang aneh itu lagi. Cukup itu petemuan pertama dan terakhir"
"Kalau ketemu lagi?"
"Gak akan!"
Nadia sangat berharap dia tidak akan bertemu dengan lelaki aneh itu. Sekalipun itu akan terjadi, tentu Nadia akan menghindar.
Gadis itu kembali merebahkan badannya, dan matanya mulai terpejam begitu saja. Sungguh solusi yang dibutuhkannya saat ini adalah tidur untuk mengembalikan semua energinya yang hilang.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Karet Gelang
Teen FictionJangan terlalu benci, nanti cinta. Mungkin pribahasa ini cocok dengan Nadia dan Syahrul. Si gadis introvert yang tidak sengaja bertemu dengan si manusia ekstrovert melalui sebuah insiden. Semakin Nadia ingin mencoba menghindar, semakin ada saja keb...