Sesuai dengan ucapan ketua panitia temu ramah minggu lalu. Hari ini pembagian tim akan diumumkan hari ini. Sudah sedari pagi tadi Kiska tidak sabar dengan nama-nama yang akan diumumkan.
"Kira-kira kita bakalan setim gak ya?" tanya Kiska kepada Nadia yang sedang sibuk menyantap sarapan pagi mereka.
"Mana aku tau, kamu kira yang buat nama timnyaa aku?" jawab Nadia dengan mulut penuh.
"Sensi banget sih mbak ini, lagi pms ya?" ejek Kiska yang sedang mengunyah lontong sayur yang mereka beli di depan gang kos mereka.
"Lagian aku ikut UKM ini karena terpaksa" ujar Nadia
Kiska hanya cengengesan mendengar ucapan Nadia
"Percaya deh sama aku, kamu bakalan senang ikut UKM ini, kan kamu gak sendiri, ada aku juga dan bang fikri"
Dddrrtttt...
Suara notif pesan masuk dari ponsel mereka secara bersamaan. Sudah bisa dipastikan kalau notif itu berasal dari grup whatsapp yang sedang mereka bicarakan.
"Uda pembagian nama-nama tim, ayo buruan kita cek" Heboh Kiska "Yahhh... kita gak satu tim, Nad" sambungnya masih menatap benda pipih itu.
"Serius?" Tanya Nadia memastikan, yang hanya dianggukin oleh Kiska.
Nadia pun membuka grup tersebut dan membaca siapa saja nama anggota timnya, setiap tim berisikan sepuluh orang dan dua orang mentor didalamnya.
Ia berada di tim dua, sudah bisa dipastikan kalau ia tidak mengenal satu orang pun diantara deretan nama yang tertulis disana.
Tapi ada satu nama yang tertera dan seperti tidak asing baginya. Ah tapi masa iya? Nama seperti itu kan banyak di dunia ini, bukan cuman dia saja. Nadia mencoba meyakinkan dirinya.
Ddrrrrttt...
Satu pesan baru masuk lagi dari grup yang sama, kali ini, anggota tim diminta untuk masuk kedalam grup sesuai dengan urutan tim. Nadia pun masuk kedalam grup baru itu dan melihat siapa-siapa saja yang akan menjadi teman sekelompoknya nanti.
Satu nama anggota grup mencuri perhatiannya. Ia pun segera mengklik icon profil dan terpampang lah wajah seorang lelaki yang sedang tersenyum sedang merangkul bahu seorang perempuan dengan latar hitam putih.
Mampus!
Feeling seorang perempuan memang tidak pernah salah. Sesuai dengan dugaannya diawal. Lelaki itu memang benar dia.
Lelaki yang tempo hari ia temui di halte sekaligus orang yang mengantarkannya pulang rapat. Si manusia aneh yang ia harapkan semoga tidak bertemu lagi. Ya lelaki itu adalah Syahrul.
"Aku gak mau ikut temu ramah!" ucap Nadia
"Loh, kenapa?" tanya Kiska heran
"Karena ada dia" ucap Nadia sambil menunjukkan ponselnya.
"Dia kan senior yang nganterin kamu pulang pas rapatkan?" tanya Kiska memastikan.
"Dia cowo aneh yang aku ceritain"
"Oh uda punya pacar dia. Terus masalahmu apa?"
"Dia jadi mentorku. Aku gamau ikut pokoknya" ucap Nadia "Kenapa dari banyaknya mentor, kenapa mentorku harus dia?" sambungnya.
Sebagai kaum overthinking, Nadia sudah membuat skenario sendiri didalam kepala mungilnya. Berbagai kemungkinan yang akan terjadi sudah dibayangkannya jika bertemu dengan lelaki aneh itu.
"Yahhh.. Nad, jangan gitu dong. Entar aku sama siapa? Aku juga belom punya kenalan disana. Ikut aja ya ya ya" mohon Kiska.
Ia sengaja memasang wajah memelas, agar Nadia luluh dan mau ikut acara temu ramah itu yang akan dilaksanakan besok.
"Aku janji deh bakal jagain kamu disana. Kan ada bang Fikri juga disana. Kalau dia aneh-aneh lagi, aku bakal belain kamu. Kamu ikut ya"
Nadia pun menghela nafas panjang "Aku pikir-pikir dulu deh" jawab Nadia sambil memasukkan satu sendok lontong kedalam mulutnya.
***
Alunan musik masuk kedalam indera pendengaran ketika Nadia dan Kiska masuk kedalam cafe yang didominasi dengan warna putih. Telihat mewah. Kalau dipikir, ini pertama kalinya mereka menginjakkan cafe di daerah ini.
Kedua gadis itu duduk disebuah bangku yang menghadap ke jalan raya, membuat pemandangan yang ada luar terlihat sangat jelas.
"Kita ngapain sih kesini?" tanya Nadia
"Ini malam minggu Nad, gak bosen apa dikamar terus. Sekali kali kita keluar cuci mata" jawab Kiska.
Seorang waiters datang menghampiri mereka.
"Mau pesan apa kak?" tanyanya dengan tangan memegang pulpen dan kertas.
"Aku teh hijau dingin. Kamu apa?" tanya Kiska kepada Nadia.
"Milo panas aja"
"Teh hijau dingin satu, milo panas satu dan nugget pisangnya satu ya kak." jelas Kiska kepada waiters, dengan sigap sang waiters mencatat pesanan mereka.
"Ditunggu sebentar ya kak pesanannya" setelahnya waiters itu pergi menjauhi meja mereka.
"Maaf ya nunggu lama" ucap Fikri sambil menarik bangku yang ada di depan mereka. Nadia pun kaget karena kehadiran lelaki itu.
"Abang ngapain disini?" tanya Nadia heran
"Teman kamu ini tadi ngechat abang, katanya kamu gak mau ikut temu ramah. Kenapa? Ada masalah apa?" tanya fikri dengan nada lembut.
Nadia melirik kearah Kiska dengan tatapan yang sulit diartikan. Kiska hanya cengengesan membalas tatapan Nadia.
"Aku gak suka sama mentor di timku"
"Siapa nama mentormu?"
"Bang Syahrul"
"Kamu emang gak boleh suka sama dia. Dia uda punya pacar, dan aku dengar pacarnya galak. Bisa habis kamu" canda Fikri dengan wajah sok serius.
"Aku serius ih"
"Kenapa? Kenapa? Ada masalah apa kamu sama bang syahrul? Dia itu senior kita, angkatan 16"
"Dia aneh"
"Dia memang sedikit aneh sih, tapi aslinya orangnya seru kok. Mungkin karena kamu belum kenal aja, makanya kamu bilang kayak gitu"
"Pasti disana aku bakalan dibully sama dia" kata Nadia.
"Abang janji bakalan jagain kamu disana, kalau dia berani bully kamu, lapor aja ke abang" ucap Fikri
Kiska sedari tadi hanya mendengarkan percakapan kedua orang ini sambil memakan pisang pesanan mereka yang sudah datang.
Nadia pun menganggukan kepalanya dengan berat hati. Ia pun menyeruput milo panas untuk menenangkan pikirannya.
Kiska dan Fikri pun tersenyum melihat anggukan Nadia, walaupun gadis ini terpaksa. Yang penting ia mau ikut acara temu ramah besok. Tidak sia-sia Kiska mencari kontak Fikri untuk meminta bantuan membujuk Nadia.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Karet Gelang
Teen FictionJangan terlalu benci, nanti cinta. Mungkin pribahasa ini cocok dengan Nadia dan Syahrul. Si gadis introvert yang tidak sengaja bertemu dengan si manusia ekstrovert melalui sebuah insiden. Semakin Nadia ingin mencoba menghindar, semakin ada saja keb...