Hari yang ku anggap melelahkan, apakah benar akan melelahkan?
***
Sudah lima belas menit Nadia berdiri di depan cermin. Menatap wajahnya dari pantulan kaca. Kaos berwarna biru dongker yang dipadukan dengan celana training berliris biru menjadi tema acara hari ini.
Ia menghirup udara sebanyak mungkin. Menetralkan isi pikirannya yang sejak semalam menganggu. Hari ini akan menjadi hari yang sangat panjang, pikirnya.
"Lama-lama bisa pecah tuh kaca, kamu liatin terus dari tadi." ucap Kiska membuyarkan pikirannya.
"Uda ayo. Uda jam berapa ini, nanti kita telat" ucap Kiska dengan totebag yang sudah bertengger di bahunya. Nadia menurut, mengambil tas, dan segera mengunci pintu kos.
Sunyi. Satu kata yang menggambarkan suasana jalanan pagi ini. Mereka berada di sebuah Masjid yang letaknya tidak jauh dari kos mereka. Terlihat beberapa peserta dengan warna baju yang senada sedang duduk di pinggir teras masjid.
Acara temu ramah akan diadakan di sebuah pantai yang tidak jauh dari kampus mereka. Kampus mereka dekat pesisir pantai. Sudah menjadi hal biasa setiap ada kegiatan organisasi dilakukan disana.
Masjid ditujukan sebagai titik kumpul para peserta sebelum akhirnya mereka berangkat secara bersama-sama menuju lokasi temu ramah.
Beberapa orang terlihat baru saja tiba mengenakan kaos hitam bertuliskan lingkungan hidup kampus berada belakang punggung. Sudah bisa dipastikan kalau itu panitia.
"Aku pulang aja ya, Kis. Gausah jadi ikut acara ini" ujar Nadia melas.
Sejujurnya ia sangat malas berada dikeramaian yang membuatnya tidak nyaman. Hari minggu paginya terganggu karena acara ini.
"Nadia, kita uda capek-capek bangun pagi, Uda mandi, dandan dan kita uda datang kesini. Hargai perjuangan kita dong" ucap Kiska kesal.
Nadia menatap lingkungan sekitar dengan malas, sedangkan Kiska menatap kesekitar dengan tatapan sumringah.
"Itu bang fikri" ucap Kiska sambil menyenggol bahu Nadia.
"Bang fik" teriak Kiska yang mendapat lirikan dari sekitar. Lelaki yang dipanggil itu menghampiri mereka. Kiska melambaikan tangannya dengan senyum yang mengembang.
"Kalian baru datang?" tanya Fikri.
"Baru sepuluh menit." jawab Kiska "Kita kesananya naik apa bang?" sambungnya penasaran. Melihat banyaknya peserta yang ikut dan minimnya jumlah kendaraan yang ada disana.
"Panitia uda nyewa pick up untuk bawa kalian semua" jelas Fikri. Nadia dan Kiska mengangguk sebagai jawaban.
Jam telah menunjukkan pukul delapan. Mobil pick up yang disewa pun telah tiba. Setelah memberikan intruksi kepada peserta. Panitia menyuruh mereka untuk menaiki mobil terbuka itu. Sedangkan panitia menaiki sepeda motor mereka masing-masing.
***
Tiupan angin mengenai wajah Nadia. Suara deburan ombak yang menenangkan, menjadi pelengkap paginya.
Para peserta duduk diatas terpal yang digunakan sebagai alas. Ketua panita pun memberikan kata sambutan.
"Saya ucapkan terimakasih kepada para peserta yang berkenan ikut serta dalam kegiatan acara temu ramah 2018 ini. Semoga dengan acara ini semakin membangun kekompakan kita antara satu sama lain. Tanpa basa basi lagi, dengan ini temu ramah 2018 resmi dimulai" ucap Fajar sebagai ketua panitia dan suara tepuk tangan dari peserta terdengar riuh.
Nadia dan Kiska duduk di bagian belakang, Nadia yang merasa bosan sedari tadi terus menguap, ditambah dia kurang tidur tadi malam karena bergelut dengan pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karet Gelang
Teen FictionJangan terlalu benci, nanti cinta. Mungkin pribahasa ini cocok dengan Nadia dan Syahrul. Si gadis introvert yang tidak sengaja bertemu dengan si manusia ekstrovert melalui sebuah insiden. Semakin Nadia ingin mencoba menghindar, semakin ada saja keb...