|| Kisah bayi dan ayahnya ? ||
Happy readingHaechan berjalan menuju kantor Dokter Diana. Ia sudah menebak dari awal kalau bayi yang ditemukan bersamaan dengan pria itu adalah ayah dan anak. Hasil outopsi yang diminta Haechan sudah ada di tangannya, ia membaca semua hasil termasuk hasil DNA milik kedua korban.
Dokter Diana memperhatikan Haechan yang duduk di depannya. "Mereka ayah dan anak, kau benar, nak. Mereka meninggal karena tenggelam, tampaknya ayah dari bayi tersebut memutuskan untuk bunuh diri dikarenakan hubungan yang rusak atau masalah ekonomi. Kau kenal dengan Detektif Seora? dia detektif wanita yang menangani kasus ini, kau ku minta kerja sama dengannya, kau mau kan?" tanyanya pada Haechan yang membalas pertanyaan itu dengan anggukan, Haechan membuka ponselnya dan menelfon seseorang, ia izin keluar ruangan Diana untuk berbicara dengan orang tersebut.
"Halo, aku ingin minta tolong untuk selalu kabari Felix pada ku ya." Pinta Haechan pada seseorang di balik telfon.
"Aku sedang berada di apotik untuk mengambil obat Felix." Jawab suara perempuan. Ryujin mengeluarkan surat obat yang sudah diberikan oleh pihak rumah sakit pada dirinya. Perempuan cantik itu memasukkan obat Felix ke dalam tasnya dan berlalu menuju ruangan tempat Felix dirawat.
"Aku harus memeriksa beberapa hal terkait forensik, mungkin waktu ku pulang akan lama." Katanya. Haechan mematikan panggilan telfon dengan Ryujin.
Sementara itu di rumah keluarga Guinar, Jeno menarik laci meja di kamar Haechan, ia melihat sebuah diary yang sudah Haechan tulis saat mereka kecil, Haechan pasti merasakan sakit yang teramat dalam selama ini, Haechan harus merasakan sakit karena hal yang sebenarnya bukan salah dirinya.
Jeno membaca diary Haechan dan menemukan satu lembar tentang upaya bunuh diri yang dilakukan oleh Haechan dengan pisau silet yang ditempel oleh Haechan di diary tersebut.
Dear diary
Aku bahkan tidak ingat tanggal sekarang berapa, air mata ku mungkin sudah membasahi lembar kertas ini, aku merasakan sakit yang teramat dalam, apakah putusan terakhir hidup ku adalah kematian? mungkin aku tidak bisa mengiris badan ku lebih banyak lagi. Hahaha lucu bukan? anak umur 14 tahun yang seharusnya berbahagia bersekolah dan juga mendapatkan kasih sayang orang tua malah mendapatkan sebaliknya. Oh aku tidak bisa mati, walaupun siletnya sudah berdarah karena tanganku yang teriris aku harus terus bertahan. Jeno, kau kakak terbaik, kau tahu itu? aku bertahan hidup demi kau karena aku hanya punya kau satu-satunya, saat kau baca ini sepertinya aku sudah mulai menerima nasib buruk ini. Kakak, tolong bahagia lah demi aku, aku mohon padamu untuk bahagia ya."
Haechan .
Jeno menghapus air matanya, ia menatap keluar jendela kamar Haechan lalu matanya menatap bintang yang bersinar di malam itu. Ia tidak pantas bahagia, itu yang ia putuskan tepat setelah ia membaca diary milik sang adik.
Haechan berjalan menuju rumah sakit tempatnya dulu berkerja. Ia melihat Zhaoyi yang juga datang untuk meminta laporan terkait jadwal operasi Dokter Yuta, ia ingin melihat bagaimana dokter tersebut bekerja untuk ia pelajari lebih dalam. Haechan tidak menghiraukan Zhaoyi sama sekali, ia sibuk dengan tugasnya mengerjakan kasus sembari membuat tesis.
Di depan Haechan saat ini detektif Seora, ia mendapatkan laporan bahwa istri dari korban dirawat di rumah sakit karena syok mendengar berita dari televisi. Seora tampak kacau saat ini karena dirinya sudah bertanya pada sang istri tapi wanita tersebut seolah trauma dengan kejadian itu.
"Kau tau? wanita itu berbohong, aku tahu itu. Sialan, kenapa wanita bajingan itu masih saja berakting sok trauma dengan uang asuransi dan santunan dari pihak yang memberikan santunan tersebut, Seora yang sedang marah-marah malah terpana dengan wajah serius Haechan saat membaca sakit yang diderita oleh wanita yang menjadi calon tersangka.
YOU ARE READING
I GOT YOU BROTHER || HAECHAN JENO.
FanfictionGenre Angst. "Dengarkan aku Haechan! kau adikku dan akan selalu begitu." - Jeno. "Apa kakak lupa? yang selalu diberi kebahagiaan itu cuman kakak, bukan aku!" - Haechan. Dia bahkan lelah untuk hanya sekedar bertahan.