Dua

1K 146 24
                                    

Typo

***

"Bye, Mom. I love you!"

"Bye, baby. Love you too!"

Sama seperti kemarin, Hanni berjalan di pagi hari menuju tempat kerjanya, dengan kedua tangan dimasukan ke dalam jaket setelah berpamitan dan juga melemparkan ucapan manis kepada wanita kuat yang telah bersusah payah melahirkannya ke dunia.

Udara pagi ini terasa dingin, hingga Hanni dapat melihat uap keluar setiap kali dia membuang napasnya, dan nampaknya, Hanni mendapatkan mainan baru. Dia secara sengaja membuang uap panas dari mulutnya, membuat uap di udara semakin terlihat jelas. Dan dia terkikik setelahnya.

Tidak apa-apa dia disangka gila, yang penting Hanni senang.

Saat Hanni melewati tempat dimana dia mengenal seseorang tanpa mengetahui namanya, matanya teralih dari semua kegiatannya sejenak. Tempat itu adalah tempat yang kemarin Hanni lihat sebagai tempat dimana dia mendapatkan hiburan yang baru dia dapat di umurnya yang sekarang.

-

-

-

Waktu bergerak cepat, tidak terasa hari sudah sore kembali. Bedanya, langit sore hari ini tidak secerah kemarin, alias mendung. Hanni yang memprediksi kalau hujan akan turun sebentar lagi, melangkah sedikit tergesa-gesa. Dia tidak membawa payung―karena Hanni pikir dia tidak memerlukannya seperti kemarin saat melihat langit cerah tadi pagi.

Tes!

Langkah Hanni terpotong tetesan hujan yang menyentuh kepalanya. Segera dia berlari menuju halte bus yang ada di ujung sana saat hujan langsung turun menyerbu bersama pasukannya yang lain. Sungguh, Hanni juga tidak tahu kalau hujannya akan turun secepat ini.

Hanni menepuk-nepuk lengan jaketnya yang basah oleh air hujan sebelum menatap ke jalanan, dimana air sudah membasahi seluruh permukaannya tanpa terlewatkan. Dia berdoa dalam hati agar hujannya tidak lama, karena Hanni tidak mungkin menerobos hujan yang deras ini, yang ada nanti tubuhnya akan sakit karena diserbu air. Belum bajunya yang akan basah kuyup.

Hanni mulai menyusupkan kedua tangannya ke dalam saku jaket saat kedua telapak tangannya terasa beku. Sepertinya, dia akan bertahan lama berteduh di bawah naungan atap halte bus sampai beberapa jam ke depan.

Sial!

Hanni mendesah kasar, "Masa bodolah dengan sakit, aku bisa izin nanti," dumelnya. Akhirnya, dia membulatkan niat untuk menerobos hujan daripada harus bertahan di sana untuk beberapa jam ke depan.

Belum sempat Hanni berdiri, seseorang sudah berada di depannya. Hanni mendongak untuk melihat siapa orangnya. Dan yang mengejutkan, orang tersebut adalah badut yang sama yang kemarin berhasil membuat Hanni tertawa.

"Ow, hai," sapa Hanni dengan senyum merekah. Dia berdiri di depan badut tersebut, namun dia tetap harus mendongak karena perbedaan tinggi badan yang lumayan jauh, "Apa yang kau lakukan di sini?"

Badut pantomim itu menjawab dengan menyodorkan gagang payung hitam yang masih berada di dalam genggaman tangannya. Hanni menatapnya dengan kerutan di kening mulusnya.

"What's that?"

Si badut pantomim itu menyodorkan gagang payung itu ke arah Hanni sekali lagi. Hanni yang mulai paham lalu menunjuk dirinya sendiri, "Untukku?"

Badut itu mengangguk dengan cepat.

Hanni tersenyum manis, "Aku sangat berterima kasih atas bantuamu, tapi, bagaimana dengan dirimu?" setelah Hanni bertanya, badut itu menampilkan tangan lainnya yang dia sembunyikan di belakang tubuhnya, lalu dia menekan sebuah benda kecil layaknya tombol dan sebuah kain waterproof hitam membentang lebar, dan itu membuat Hanni tergelak, "Oh my God, kau membuatku terharu sekaligus geli,"

Love and ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang