Sesuai dengan rencana, Seonghwa kembali ke tempat di mana Hongjoong tinggal. Berbekal alamat yang bantu dicarikan oleh hacker kepercayaan pulau. Tentu, Seonghwa tak bersikap lancang, ia hanya meminta dicarikan alamat, tak lebih.
Bersyukur ternyata rumah Hongjoong tak jauh dari pantai, cukup berjalan lurus dari jalan utama menuju pantai, dan berbelok ketika menemukan jalan setapak, jalan pintas menuju rumah Hongjoong dari pesisir pantai.
Sekitar sepuluh menit berjalan, sebuah rumah dengan desain classic-modern terlihat di depan sana. Begitu nyaman dan sejuk dengan banyaknya bunga-bunga yang tumbuh di halaman.
Seonghwa berhenti di depan gerbang yang hanya setinggi pinggang, menoleh ke arah kiri, ia dapat melihat lautan dari sini. Di sisi lain rumah, pagar pembatas berhubungan langsung dengan hutan yang rindang.
Kembali membenahi diri, kali ini Seonghwa memakai pakaian yang lebih layak. Hendak membuka pintu gerbang guna menekan bel di samping pintu rumah, tetapi suara Hongjoong dari sisi lain rumah menghentikan gerakannya.
Tak jadi masuk, Seonghwa memutar, menyusuri pagar, menuju sumber suara. Dapat ia lihat Hongjoong ada di halaman belakang, tengah menelepon seseorang, tapi sebelum ia sampai, Hongjoong selesai dengan panggilannya.
Berdiri di luar pagar, menatap Hongjoong yang masih belum menyadari kehadirannya. Sempat terdiam ragu, juga ada denyutan sakit. Namun, Seonghwa tak ingin mundur, ia akan memperjuangkannya. Jika pun takdir memang tak mengizinkan mereka untuk bersama, setidaknya ia sudah berusaha. "Hongjoong?" panggilnya ragu.
Hongjoong mendongak, terkejut akan kehadiran lelaki manis yang kemarin ia tolong di dekat dermaga. "Oh, maaf. Sejak kapan kau di sana? Kau ada perlu denganku?" tanya Hongjoong ramah sembari berjalan mendekat.
Seonghwa mengangguk pelan, memberikan handuk milik Hongjoong yang kemarin dipinjamkan. "Terima kasih untuk handuknya."
Hongjoong sedikit terkejut, tapi dengan cepat ia menerima handuk itu. "Astaga, padahal tak perlu dikembalikan, tetapi ... sama-sama, aku senang dapat membantu," balasnya, "ngomong-ngomong, dari mana kamu tahu rumahku?"
"Aku dapat melihatnya dari laut," tak sepenuhnya bohong, sebelum naik ke darat, Seonghwa memang memperhatikan rumah Hongjoong dari laut terlebih dahulu.
Hongjoong sedikit mengernyit bingung dan menatap lautan yang masih terlihat, oh mungkin dia melihatku berdiri di sini saat naik kapal, pikirnya, tak ingin berpikir berlebihan. "Begitu ... ah, kamu mau mampir? Gerbang masuknya ada di sebelah sana."
"Hongjoong?"
"Iya?"
"Kamu benar-benar tak ingat padaku? Walau hanya sedikit?" tanya Seonghwa, menggigit pelan bibir bagian dalam, berusaha tetap tegar walau hati berserakan.
"Maafkan aku, aku benar-benar tak ingat," balas Hongjoong, ikut tak enak hati, karena sepertinya pria di depannya yakin bahwa tak salah orang. "Siapa namamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny . JoongHwa
FanfictionKetika takdir kembali mempertemukan. Akankah kisah cinta ini bisa dilanjutkan? . "Kau kenal aku?" "Kamu tidak mengingatku?" . . Akan kah pertemuan yang dinantikan dapat kembali menjadi kebersamaan? Atau kah takdir memiliki garisnya sendiri? . 𝐋𝐚𝐧...