Ketika takdir kembali mempertemukan.
Akankah kisah cinta ini bisa dilanjutkan?
.
"Kau kenal aku?"
"Kamu tidak mengingatku?"
.
.
Akan kah pertemuan yang dinantikan dapat kembali menjadi kebersamaan? Atau kah takdir memiliki garisnya sendiri?
.
𝐋𝐚𝐧...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lima tahun kemudian.
Seonghwa menggeliat pelan dalam tidurnya, membuka mata dan berusaha membiasakan cahaya yang masuk ke dalam netranya. Pukul enam, jelas ia terlambat bangun, untung saja sekarang hari minggu.
Berusaha bergerak, tetapi Hongjoong masih erat memeluknya dari belakang. "Hong—" Pipi Seonghwa langsung berubah merah ketika sadar masih ada yang mengganjal di bawah sana.
Kebiasaan baru yang sering Hongjoong lakukan setelah kehamilannya memasuki trisemester kedua, dokter bilang itu bawaan janin, sudah beberapa kali terjadi, tetap saja ia belum terbiasa, dan rasanya malu ketika terbangun dengan penis Hongjoong masih menancap di dalam dirinya. "Hongjoong," panggilnya pelan.
"Hngg?" Hongjoong hanya bergumam dan semakin mengeratkan pelukan.
Membuat tubuh telanjang mereka semakin menempel, gerakan maju yang Hongjoong lakukan tentu juga mendorong sesuatu di bawah sana semakin masuk ke dalam.
"Nnhh," lenguh Seonghwa, "lepaskan aku, aku harus membuat sarapan," pintanya, juga agar Hongjoong segera mengeluarkan benda panjang itu dari sarangnya, atau bisa-bisa ia kembali terangsang.
"Sepuluh menit lagi," racau Hongjoong dan kembali menggerakkan pinggul.
"Hong—enhh, hentikan!" sewot Seonghwa, refleks menggeplak tangan sang suami yang melingkar di perut sampai Hongjoong mengaduh. "Minggir, keluarkan punyamu, aku ingin membuat sarapan."
Hongjoong akhirnya sedikit menjauh, hanya sedikit. "Morning sex?"
"Matamu!"
"Hahahaha." Tak rela, tapi akhirnya Hongjoong menarik batang kebanggaannya sebelum istri tercinta marah. "Bagaimana kalau morning kiss?" ujarnya masih menawar.
"Ckk, banyak maunya!" Meski begitu, Seonghwa tetap mengabulkannya, berbalik untuk menghadap Hongjoong dan memberikan kecupan ringan di bibir yang lebih dominan.
Namun, Hongjoong justru memegangi tengkuk Seonghwa dan memperdalam ciuman, tak mempedulikan tangan protes Seonghwa yang menepuk-nepuk pelan bahunya.
Suara ketukan di pintu, membuat Seonghwa mencubit kuat perut Hongjoong sampai tautan terlepas. Lekas bangun, memakai dengan cepat piama yang berserakan di lantai dan berjalan menuju pintu, meninggalkan Hongjoong yang menggeliat kesakitan di atas tempat tidur.
"Iya, sayang," ujar Seonghwa setelah membuka pintu, "kamu bangun lebih cepat, biasanya bangun siang kalau weekend?"
Putra pertama Seonghwa yang berusia empat tahun hanya menampilkan gummy smilenya. "Mau main sama teman-teman, kami sudah membuat janji kemarin," jelasnya.