● Bab 10 - Pelaku Mengaku

4 0 0
                                    

Di pagi hari, mereka menjalani aktivitas seperti biasa. Makan pagi, bercanda, belajar, dan lain sebagainya. Namun, itu semua selalu dalam pengawasan tentara-tentara di Kota Melawa.

"Zarch, terima kasih telah memberitahu semua informasi ini. Aku sangat bersyukur dipertemukan denganmu," ucap Astria pelan setelah membaca surat-surat Zarch. Ia masih meringkuk di ujung pintu dalam kamarnya setiap malam, menanti surat dari Zarch.

Seperti surat terakhir yang dikirim oleh Zarch, yang mengajak Astria untuk menyelamatkan Aro, mereka pun keluar diam-diam dari BSEKUM dan beraksi untuk eksekusi masuk ke ruang bawah tanah.

"Aefon, malam ini kita bermain petak umpet lagi, ya. Kita cari Kak Aro sampai ketemu," ucap Astria sedikit memaksa adiknya yang masih kecil untuk ikut eksekusi.

Aefon harus melewati lubang kecil yang sangat kecil, yang hanya bisa dilewati dengan merangkak oleh Aefon. Astria dan Zarch terlalu besar untuk masuk ke lubang itu. Jadi, mau tidka mau, mereka harus mengajak Aefon.

"Aefon, kamu masuk ke lubang ini, ya. Jika sekiranya kamu menemukan orang jahat, jangan berteriak. Kembalilah kemari. Bisa kan? Jika Aefon mendengar suara siulan Kakak cuuuit cuit cuuuit, kemarilah. Bisa kan? Arah kembalinya sama seperti tali ini. Ikuti saja tali ini." Astria memberikan instruksi dan menunjuk tali yang diikatkan pada pinggang Aefon.

Aefon mengangguk paham. Aefon masuk ke lubang kecil di sana. ia merangkak masuk. Semakin dalam ia masuk, semakin gelap. Entah ke mana Aefon akan terus merangkak, yang pasti dirinya sedang bermain petak umpet untuk menemukan kakaknya. Sejauh ini, dia sudah melatih kepekaan inderanya.

Samar-samar, terdengar orang menjerit, orang melonglong, orang meminta tolong. Aefon terus merangkak maju. Sampai indera penglihatannya menemukan secercah cahaya.

Kaki mungilnya mengabaikan suhu tanah yang malam hari menjadi sedingin es. Dia terus maju, tidak sabar ingin menangkap kakaknya.

Begitu jelas Aefon melihat apa yang ada di balik jendela yang memberikan sumber cahaya di lubang kecil tempat ia berada sekarang. Belasan manusia berada di penjara bawah tanah. Di masing-masing penjara orang-orang terlentang dan terikar di sebuah meja operasi. Ada banyak jarum dan kabel menancap di tubuh orang-orang itu.

Aefon merasa ketakutan. Dia berteriak dan menangis sejadi-jadinya. Dalam kabut matanya yang terhalang oleh air mata, Aefon melihat Kak Aro di sana. Seorang dokter terlihat akan menyuntikkan sesuatu ke tubuh kakaknya.

Semua orang di dalam sana terkejut akan tangisan anak kecil. Mereka menloleh ke sumber suara. Astria me

Zarch dan Astria yang menempelkan telinganya ke dekat lubang, menjadi panik. Bagaimana bisa Aefon berteriak dan menangis di bawah sana. itu akan membuat mereka bertiga dalam bahaya.

Astria bersiul. "Aefon ..., cuuuit cuit cuuuit. Kemarilah." Dia menarik-narik pelan talinya, untuk mengingatkan Aefon segera kembali ke mereka, mengikuti tali, nyatanya, Aefon terus menangis di sana. Dia hanya anak kecil yang wajar ketika mengikuti emosinya.

Suara itu tidak ada lagi. Astria menarik talinya, tetapi terasa ringan. Tidak seperti tadi. Seseorang pasti telah melepaskan tali, dan mengambil Aefon.

"Aefon dalam bahaya!" pekik Astria pada Zarch.

Tidak lama kemudian, belasan tentara menyergap mereka. Mentupi pandangan mereka dengan kain hitam pekat. Entah di bawa ke mana mereka sekarang. Mereka terus meraung berusaha melepaskan diri, tetapi nyatanya kekuatan mereka tidak sebanding dengan tentara-tentara itu,

Akan lebih baik kau menuruti perintahku. Tidak mungkin kau tega mengorbankan adiku demi diri sendiri, kan? Perkataan Jion mendesak Astria untuk menurutinya.

"Jion, kau bukan lagi Jion yang kukenal," bentak Astria. "Siapa kau sebenarnya?"

"Aku? Aku tetaplah aku. Kau saha yang telalu polos. Maka aku mudah membohongimu," ucap Jion santai.

Astria menggeleng. Wajahnya emmerah karena menahan emosi.

"Di mana zarch?"

"Aku tidak tahu!"

"Di mana Zar-"

"Diam! Aku tidak tahu! Jangan memaksaku!" bentak Astria. Jion melotot. Ia langsung mencekik Astria. "Kamu tidak punya hak untuk membentakku!"

"Bak, jika kau tetap keras kepala ..., kalian! Kabwa dia ke kamarnya!" perintah Jion.

Anak buah Jion membawa Astria ke kamarnya. Pastinya, ia memberontak. Nmaun, mana bisa satu gadis melawan lima orang? Akhirnya, Astria tak berhasil lolos. Sampai di kamarnya, Astria dilempar seperti barang.

"Aaakh!" pekik Astria.

Oa terjaruh. Beruntung, Zarch langsung muncul dan menahan Astria agar tak terbentur lantai. "Nah, tepat sekali kalian di sini. Eksekusi mereka!" Anak buah Jion bergerak denengan cepat. Mereka mengangkap Astria dan Zarch. lalu, mengangkatnya dengan rantai.

"Apa? Mua berontah? Silakan saja jika mampu!"

"Kembalika Aefon!" desak Astria.

"Sssttt. Aku tidak pernah mengingkari perkataanku sendiri."

Jion berjalan mengelilingi mereka berdua. Ia sedang mendekati Astria dan Zarh.

Jion mengambil walky talky di saku Astria. Walky talky ini aku sadap. Siapapun kau, baik Aro maupun bukan, kuharap kau tidak semakin mebahayakan nyawamu, Astria. Jika kau tak ingin melihat mayat Astria aku geletakkan begitu saja di kamarnya. Camkan itu!" ancam Jion.

Kemudian Jion merusak walky talku itu dan membuangnya. "Jangan berharap kalian bisa meminta bantuan dari orang lain!" Jion meninggalkan mereka dengan kondisi seperti itu.

Kemudian, tak lama, Jion kembali lagi sambil membawa tongkat baseball. Baru saja memasuki kamar, Jion memukulo Zarch dengan tongkat baseball tersebut, begitu pula Asrtia.

Jion tak seperti Jion dulu. Selarang, Jion lebih kejam dari pada harimau yang galak.

"Baiklah. Satu hal yang harus kalian rahasiakan, yakni akulah dalan gdari segala-galanya. Kekacauan ini? Akulah induk idenya. Genosida yang terjadi di Kulipa itu ideku. Salah satu cara ayahku mendapatkan aset milik pemerintah. Aku tidak menyangka masih ada orang peka seperti kalian," ucap Jion.

Astria berusaha melepaskan diri dan melawan balik serangan Jion. Sayang, senjata milik Jion menggores pipi Astria. Darah merembas hebat dari kulitnya.

About Tora: Unlocking Your Inner StrengthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang