Sore itu, Astria dan Aefon berdua keluar dari gedung. Mereka menghirup udara segar di halaman BSEKUM. Rerumputan hijau memenuhi halaman. Sejauh mata memandang, rimbunnya pohon dan serangga menghiasi kemewahan BSEKUM. Kupu-kupu beterbangan di sekitarnya. Kepik merayap di bunga-bunga.
Harusnya tentara-tentara sibuk berlalu lalang, tetapi entah kenapa sore ini terlihat sepi. Itu membuat suasana terasa semakin hening.
Sayang, Astria harus melewatinya begitu saja. Langkahnya terus mengikuti Aefon untuk mencari Kak Aro yang sedang "bersembunyi" dalam permainan "petak umpet" ini.
"Pelan-pelan, Aefon." Suara lemah lembutnya memperingati Aefon yang terlalu bersemangat berlarian ke sana kemari mencari Kak Aro.
"Kak Arooo ... Aefon akan menangkap Kakak. Bersiaplah!" Bocah kecil itu memperingati.
Astria terkejut adiknya berteriak seperti itu di halaman BSEKUM. Bagaimana kalau Jion sampai mendengar itu? Dia pasti tidak akan suka. Astria tergugu.
"Aefon, Aefon," panggil Astria sedikit berbisik. "Kalau Aefon berteriak keras seperti itu, nanti Kak Aro tahu kalau Aefon mendekat. Aefon diam-diam saja, ya, biar kita bisa tangkap Kak Aro," usul Astria.
Aefon berhenti sejenak. Ia terlihat sedang mencerna kata-kata kakkanya. Tapi tidak lama kemudian, ia pun mengangguk cepat, tandanya sudah mengerti.
Aefon berjalan lebih pelan, mengendap-endap, mempertajam semua inderanya, mulai dari penglihatan. Ia melihat setiap sudut benda, bahkan sela-sela benda pun ia teliti. Siapa tahu ada Kak Aro di sana.
Tak hanya mempertajam indera mata, Aro mengendus-endus apapun yang ada di sana. Siapa tahu ada aroma khas Kak Aro. Setiap manusia memiliki aroma khasnya. Aefon yang kecil itu juga pasti hafal aroma kakaknya sendiri.
Telinga kecil itu pun dipertajam inderanya. Ia memfokuskan pada apa saja suara yang ada di sekitar. Siapa tahu ada suara grusak-grusuk Kak Aro bersembunyi. Tak lupa Aefon segera berbisik untuk melaporkan semua hal yang mungkin menjadi petunjuk di mana Kak Aro berada.
"Kak, Kak," bisik Aefon di telinga Astria. Astria berlutut mendengarkan. "Coba dengerin, deh. Ada suara orang berteriak."
Astria sebenarnya lelah mendapati setiap laporan yang diberi oleh Aefon. Laporannya terlalu naif untuk disebut sebagai petunjuk. Namun, perempuan sabar itu tidak pernah mengatai adiknya.
Ia mencoba mempertajam pendengaran. Kali ini, lagi-lagi, ia tidak mendengar apapun. Semua laporan dari Aefon adalah nihil.
"Kas Astiii," panggil Aefon lagi sambil menarik-narik rok Astria. Astria berlutut lagi supaya Aefon bisa berbisik di telinganya. "Sekarang terdengar seperti ada yang meminta tolong juga. Kakak dengar tidak?"
Astria mempertajam pendengaran. Sungguh, dia tidak mendengar apapun. Dia merasa, dia terlalu lelah untuk ini semua. Aro tidak kunjung datang. Astria tidak lagi bisa istirahat dengan tenang. Mimpi buruk selalu menghantuinya. Jion yang terlihat enggan memberi kabar. Entah apa yang disembunyikannya. Dan, sikap Jion yang tidak berkenan untuk ditanyai tetang Kak Aro, membuat Astria kehilangan arah. Aefon? Semua informasi yang diterimanya terlalu imajinatif untuk bisa diterima oleh akal sehat.
Yang benar saja. Di sekitar sini tidak ada seorang pun. Sejauh mereka berjalan, tidak ada tanda-tanda orang berlalu lalang, atau berdiam diri di suatu tempat. Jika memang begitu, tidak mungkin ada suara orang, berteriak, apalagi meminta tolong.
"Aefon." Astria menepuk bahunya. "Kak Aro masih belum ketemu. Hari sudah malam. Kita cari Kak Aro besok pagi lagi, ya."
Kepalanya menggeleng kuat-kuat. Aefon menolak keras. Astria member pengertian lagi padanya, kalau malam, gelap, Kak Aro akan lebih sulit ditemukan. Akhirnya, Aefon pun mengalah. Ia bersedia kembali, tetapi sambil digendong Astria. Kaki kecilnya sudah terlalu lelah setelah berlarian sejauh itu ke hampir seluruh halaman BSEKUM, hampir menuju batas gerbang yang posisinya sangat jauh dari BSEKUM.
Astria pun berjalan kembali ke gedung BSEKUM.
Di gendongan Astria, Aefon lagi-lagi berbisik, "Kak, ada teriakan orang meminta tolong-"
"Ssst!" Astria memotong. Ia sudah tidak sanggup lagi menahan semuanya sendiri. Ia hanya ingin keheningan. Aefon, kumohon, jangan mengigau dulu, ya. Kak Aro pasti akan kembali. Entah kapan itu.
"Kak! Aefon serius. Suara-suara itu ada!" Aefon mengguncang bahu kakaknya dengan kuat. Matanya tajam menatap.
Astria terkesiap. Aefon kecil menggemaskan tidak pernah seperti itu. Tatapannya ..., mengartikan kesungguhan.
"Suara itu ..., berasal dari bawah tanah," ucap Aefon tidak yakin.
Astria terperanjat. Benarkah? Ia tahu, ia bisa mendekatkan telinganya ke tanah. Aefon melepaskan gendongan sejenak. Mereka berdua sama-sama menempelkan daun telinga mereka ke permukaan bumi.
"Odsaiwoeqmdfs." Tidak jelas. Astria tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang diucapkan orang-orang di sana. Mungkin, inderanya sedang bekerja dengan tidak baik. Namun, suara itu nyata!
"Aefon, benar ada suara meminta tolong?" Astria mulai percaya dengan Aefon. Entah Aefon yang dianugerahi pendengaran lebih baik, atau memang dirinya saja yang telinganya tidak beres. Untuk itu, Astria konfirmasi pada Aefon.
"Iya, Kak, beberapa orang di sana. Mereka seperti meminta tolong." Lagi-lagi, anak kecil itu tidak yakin atas ucapannya sendiri. "Apakah itu suara Kak Aro?"
Kak Aro? Hati Astria mencelus mendengar nama itu. Benarkah itu Kak Aro? Jika iya, apakah Jion tahu Kak Aro sudah ada di Melawa? Kenapa dia enggan memberitahunya? Kenapa Kak Aro harus ada di bawah tanah, tidak tinggal di BSEKUM saja? Apa jangan-jangan Kak Aro dan beberapa orang itu telah terpapar radiasi dari Provinsi Itya, jadi tidak bisa masuk ke BSEKUM, agar tidak menyebarkan radiasi? Kak Aro, kamu di sana, kah? Bagaimana kabarmu?
Sederet pertanyaan melintas begitu saja di benak Astria. Tak ayal, Astria memerintahkan Aefon untuk lanjut mencari tahu keberadaan kakaknya. Ia seketika lupa malam akan segera tiba. Mereka pun seketika lupa lelahnya telah mencari sepanjang sore ini. Demi Kak Aro, jalan apapun akan kutempuh, tekad Astria dalam hati.
Sudah sepanjang sore mereka mencari, hingga sinar matahari berganti cahaya rembulan, Aefon mulai rewel dan meminta kembali ke BSEKUM. Astria paham, ia pasti sangat lelah. Mereka pun berjalan kembali.
Sesampainya di BSEKUM, Astria menuju dapur. Ia harus menyiapkan makan malam untuk adiknya, ... dan juga dirinya. Meski sangat tidak berselera, Astria harus memaksakan diri untuk makan. Tubuhnya membutuhkan energi agar bisa mencari Kak Aro lagi.
Usai makan malam, Aefon masih sangat aktif bercerita dan bermain di kamar. Astria hanya duduk dan menemani adik kecil itu ala kadarnya. Dia bernar-benar tidak bersemangat.
"Aefon, bagaimana kalau Kakak ceritakan sebuah kisah?" Astria berusaha membujuk Aefon untuk segera tidur.
"Mauuu." Dengan girang, ia melompat ke kasur. Seperti biasa, kalau Kak Astria sudah berkisah, itu waktunya untuk segera tidur. Aefon menarik selimut dengan mandiri. Kepalanya menengadah di bantal, bersiap mendengarkan Astria dengan semangat.
Seiring Astria mengisahkan sebuah cerita, Aefon pun mulai terlelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Tora: Unlocking Your Inner Strength
FantasíaTragedi bertubi-tubi yang Aro dan Astria alami, tak membuat mereka jatuh dalam kesedihan. Setelah desa pedalaman di Provinsi Itya hancur, mereka memutuskan untuk kembali ke Kulipa dan mencoba untuk menenangkan diridengan berlibur ke Melawa. Sangat t...