● Bab 13 - Memulai Kembali

8 1 0
                                    

Astria duduk termenung di taman Kota Melawa. Pagi ini ia berencana menjenguk Zarch. dua pekan ini ia tidak sadarkan diri. Ia merindukan sosok Zarch yang sering mengajaknya bercanda.

Astria sekarang berbeda dengan yang dulu. Astria sekarang lebih terlihat anggun dan lembut. Rambutnya terurai, mengenakan mahkota kecil, mamakai gaun berwarna biru, warna kesukaannya. Sangat cantik.

"Nona, mobil kita sudah siap."

"Baiklah, Kakak. Ada-ada saja. Kak Aro ikut juga?" Astria sebal.

"Tentu saja. Ke amnapun kamu pergi, akulah bodyguard-mu." Kata Aro menyombongknan diri.

"Yasudah, ayo!" Astria begitu semangat.

Mobil melaju menuju rumah sakit umum Negara Tora. Sesampainya di sana, mereka melihat Zarch yang masih terbaring. Badannya diselimuti oleh perban.

Astria melangkah pelan. Ia tak tega memandangi Zarch di kondisi separah ini. "Zarch, kau sendiri yang bilang. Jika aku harus bertahan. Semua akan baik-baik sjaa. Tapi sekaran, ketika aku sudah bertahan hidup, semua tak baik-baik saja. Aku akan mengatakan semua baik-baik saja. Jika kau kembali seperti dulu lagi."

Astria duduk di samping Zarch bersama Aro. "Adikku benar, Zarch. Kau itu payah, malas! Sudah berapa hari kau berbaring, hei?"

Astria mengikuti Aro yang tengah mengejek Zarch. ia melirik Aro sinis karena ia mengatakan Zarch payah. Padahal, Aro lebih payah dari Zarch. "Jangan dengarkan dia, Zarch. kakakku pada dasarnya memang menyebalkan seperti itu." Astria mendorong kakaknya. Aro cengengesan tanpa merasa bersalah.

"Lihatlah, Zarch! kau kebih payah dari seorang wanita! Adikku lebih kuat darimu! Ha-ha-ha!" ejek Aro.

"Ih, Kakak. Pergi, pergi! Berhentilah!"

"Astria sudah tak bisa menaha emosi. Baikla. Sebagai seorang kakak, Aro mematuhi perintah adik perempuan satu-satunya. Aro keluar dari ruangan sambil menertawakan Zarch.

"Jangan hiraukan kakakku. Dia memang menyebalkan/" Zarch. Bangunlah. Hari-hariku sepi. Tidka ada yang menasihatiku agar menjadi wanit sejati. Bukan setengah tomboy. Lihat, seorang aku jadi wanita sejati, bukan?"

Ia berputar seperti berdasnsa.

"Asuh, Kak Aro. Jangan ganggu Zarch."

"Kau ..., kau .... Ah, sudahlah."

Seperti anak kecil yang rindu rumahnya, Astria memeluk Zarch, sedangkan Zarch hanya menahan tawa.

"Apa yang lucu? Sebentar. Lalu, siapa dia?" Astria menunjuk ranjang yang kosong. "Itu hanya bayangan hologram saja untuk mengecohmu." Zarch mencubit pipi Astria.

"Jadi, langsung ke intinya saja. Nih ...." Zarch memberikan kotak kecil kepada Asrtia. Wajah gadis itu bingung. Tak banyak bertanya, ia membuka kotak tersebut.

"Oh, jadi beigut. Oke." Astria keluar dari ruangan untuk memanggil Aro agar menjawab pertanyaan Zarch.

"Bagaimana, Kak Aro?"

Begitu juga Aro, ia langsung menganggu-anggukk dan tersenyum lebar ke Astria. Ia kegiranan sampai lupa bila di seorang putri kerajaan.

"Ekhem. Aku menerima lamaranmu atas restu Kakak Refaro Davaldo, yang berhak atasku."

Di detik ini, hari ini juga, Zarch melamar Astria di hadapan Aro. Bukannya bersalaman, Zarch malah menjitak kepala Astria.

"Au! Kak Aro, lihat Zarch!" Astria mengadu

"Ululu, kasihan."

Aro ikut-ikutan mejnitak Astria. Ia semakin sebal. Tak peduli bagaimana kondisi sekitar, Astria melangkahkan kakinya dengan keras.

Merasa bersalah, Zarch mengejar Astria yang semakin menjauh. Aro menggeleng heran. Baru saja ingin melangkah, ia mendapat telepon dari asisten Ayah.

"Iya, ada apa?" Aro mengangkat teleponku.

"Tuan, Anda dicari oleh pengasuh baru Aefon. Bisakah Tuan kembali secepatnya?" tanya asisten Aro sopan.

"Iya, sebenatr. Sekarang aku akan kembali."

Aro bergegas mematikan telepon dan beranjak ke kerjaan. Selama perjalanan, merkea bertua mengulas kembali kejadian-kejadian yang telah mereka lalui, dan mereka tak akan mengira datang dan semua ini adlaah orang terdekat di antara mereka.

"Sebuah pelajaran, dan kenangan untuk kita. Jahat tak selamanya salah, dan baik tak salamanya benar."

"Kak, memangnya siapa pengauh baru Aefon?" Astria bertanya tentang karyawan kerajaan baru itu.

"Kalau tidak salah, namanya Crover. Hawke Crover. Nama yang unik. Kudengat, ia pelatih tempur terbaik di neganya."

"Akan seru jika Tuan Crover mengajariku menyusun peperangan untuk melawan Red Sun!" Zarch begitu antusias.

"Tapi, kita harus teap waspada. Ingat, pesanku. Jakat tak selamanya salah, baik tak selamanya bernar, tegas Aro.

Zarch dan Astria mengangguk.

"Eh, Kak. Sejak kapan kau pintar bela diri? Astria teringat sesuatu.

"Kau lupa? Kakek yang mengjarinya ke kita, kan? Aku bisa sehat kembali hanya dengan tangaha dalam, jurus pernapasan. Parcayalah, itu cukup ampuh," jelasnya.

"Dan, sejak kapnan Kakak secerewet ini, hah?"

Sempat terpikirkan di benar Astria, jika kakaknya, Aro, sudah berubah. Dulu, Aro sangat pendiam, dan tak semenyebalkan sekarang.

Dulu, seorang Aro ialah lelaki desa yang sederhana, kahas alis tegas dan rambut belah sampingnya yang panjang. Ia sangat suka bermain di pantai besama Lia.

Itu dulu. Sekarang? Aro berubah. Ia sudah berpenampiilan rapi dan bijaksana. Baju kerajaan bernuansa biru dan abi-abu membuatnya terlihat cerdas ditambah rambutnya yang dirapika lagi dan kulit sawi matangnya, Aro terlihat sangat tampai di mata adiknya, Astria. Dan, terlihat berwibawa di mata Zarch.

Tak lama, mereka sampai. Para karyawan kerajaan mengantarkan Aro dan yang lainnya untuk menemui Hawk Crover, pengasuh baru Aefon, sekaligus pelatih tempur tambahan. Pasuka keamanan Negara Tora.

Mereka berkumpul di ruang tamu istana. Sejauh ini, Crover masih terlihat baik-baik saja. Dia tidak nervous seperti kebanyakan karyawan baru. Selama wawancara pun, semua terasa sangat meuaskan, seperti yang diharapkan.

"Tuan Crover, dari mana asalmu? Aku seperti penrah mengenali saura dan wajahmu." Astria penasaran.

"Aku dan Papa berasal dari Amerika, tetapi mamaku berasal dari Indoensia. Aku ke Negara Tora untuk membagi ilmuku tentang pertempuan di sini karena kudengar, Negara Tora menempati peringkat ketiga besar dalam pertahanan kerajaannya. Ini sangat keren," ucap Crover antusias/

Setelah wanwancara, Crover langsung diperkenankan bekerja, yaitu menjaga Aefon.

Di sisi lain, ketegasan Crover, ia juga menyukai anak kecil. Crover sangat aktif bermain dengan Aefon setiap pagi dan sore. Siang dan malamnya Crover mengajari beberapa tentik tempur kepada pasukan Kerajaan Tora.

Sepekan berlalu. Aro memperhatikan kualitas kerja Crover.

"Ayah, aku rasa dia akan baik-baik saja." Dia bekerja dengan kualitas yang bagus. Aku akan mulai membemaskannya untuk bekerja sekarang. Ah, benar. Selama ini aku tidak melihat anak-anak ayah yang lain. Ke mana mereka? Aku ingin bertemu," tanya Aro ramah.

"Oh, itu. mereka berpencar. Mereka sedang fokus dengan jalan mereka masing-masing. Mungkin dua tahun lagi, kau akan bertemu dengan mereka. Bersabarlah."

Ayah tersenyum tipis. Lalu, merangkul Aro. "Sudahlah. Hari sudah larut. Sebaiknya kita tidur. Ayo." Ayah mengajak Aro masuk ke dalam setelah berbincang di balkon istana di lantai dua. Sambil melihat-lihat kerlapkerlip Kota Melawa. Indah, seperti berlian.

Aro emngempaskan dirinya ke kasur. Hari ini sangat padat dan melelahkan. Tanpa disadari, ada yang aneh.

"Eh, seharusnya Aefon sudah tidur denganku saat ini. Mana Aefon? Melupakan lelahnya, kemudian ia beranjak dari kasur untuk mencari ke mana Aefon.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

About Tora: Unlocking Your Inner StrengthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang