32. Melihat Dia

292 56 22
                                    

Assalamu'alaikum,
Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma sholi alaa syaidina Muhammad

***
Ahad yang dinanti Mima dan Qima tiba, Kedua gadis itu semangat mendandani Fat hingga kakak mereka itu tampak cantik dalam balutan gamis dan hijab hitam.

Fat yang baru pertama kali datang ke tempat seperti  itu, merasakan canggung juga malu. Dari dua puluh orang gadis berhijab lainnya, Fat merasa paling kaku. Paling sering membetulkan letak hijab. Dia bahkan masih terbata melantunkan Salawat dan zikir. 

Jemaah laki-laki dan perempuan tidak disatukan, tapi dihalangi menggunakan kain sebagai pembatas. Sebelum tausyiah dilaksanakan, mereka terlebih dahulu membaca Ayat suci Qur'an, selawat, serta zikir.

"Pelan-pelan, Kak. Nanti terbiasa," bisik Mima yang menyadari kakaknya sedang gundah.

Tiba pada acara tausyiah yang ditunggu-tunggu, Fat makin gemetar. Ini jadi kali pertama dirinya akan mendengar tausyiah secara langsung.

Dari balik hijab yang menutupi pandangan para jemaah putri, suara berat nan tegas itu terdengar mengucap salam.

"Ustaz Azzam, aduh ... pengen liat mukanya," celetuk seorang jemaah.

"Liat aja di Ig-nya," timpal gadis lain.

"Jangan, zinah mata tuh!" lerai gadis berkerudung merah.

"Tergantung kita memandangnya," sambar gadis yang duduk di sebelah Qima.

"Apa kabar semuanya nih?" Ucapan Ustaz Azzam membuat perdebatan kecil para jemaah putri terhenti.

"Alhamdullillah, baik, Staz." Suara para lelaki yang dominan menjawab.

"Alhamdullillah, jangan lupa terus bersyukur, biar nikmatnya terus ditambah oleh Allah," balas Sang Ustaz.

"Ada yang lagi kecewa sama hidupnya, enggak, di sini?" 

Para jamaah terdiam, saling berbisik dan menyikut. Fat hanya tersenyum, beginikah rasanya ikut kajian?  Tentram, itu yang dirasakan oleh Fat.

"Nah kalau ada, salah sendiri. Pasti berharapnya sama manusia ya. Bukan ke Allah." 

Tawa renyah Sang Ustaz membuat jamaah ikut tertawa.

"Minta dan berharap lah kepada Allah, Sang Pemilik kehidupan. Sang Pemilik alam semesta. Sang Maha pemberi rezeki."

"Angkat kedua tangan dengan seyakin-yakinnya. Berdoa yang baik, meminta yang baik. Sesungguhnya, kata Nabi dalam hadist Qudsi, Allah malu  bila hamba-Nya sudah mengangkat kedua tangan, lalu tidak diberi. Allah malu tidak mengabulkan doa orang saleh yang khusu meminta."

 "Cuma, cara Allah menjawab doa itu terbagi jadi tiga model. Kadang Allah memberi persis apa yang kita minta. Kadang diberi lebih baik dari yang kita pinta. Dan, kadang diberi model lain yang sama dengan apa yang kita minta."

"Contoh nih, contoh. Kita mintanya Scoopy, eh dikasihnya Honda Jazz. Kita mintanya Honda beat eh beneran dikasih Honda beat. Atau kita mintanya Ninja eh dikasihnya Harley Davidson."

"Seseru itu berdoa kalau kitanya yakin pada Allah."

"Suka berdoa, suka?" tanya Sang Ustaz.

"Suka."

"Kadang-kadang."

"Ya gimana mau dikasih doa aja jarang. Gimana mau dikasih abis salat aja salam lekum salam lekum, langsung ngibrit cari hape yang dari tadi geter mulu." 

Tawa para jemaah pecah, termasuk Fat. Ia sadar, sudah menjadi salah satu dari bagian manusia yang sering segera bergegas dari atas sajadah setelah salat.

Dalam Hijrah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang